3. Rainbow Cake

57 13 0
                                    

Ibarat ekosistem lingkungan hidup, ada dua orang menempati puncak rantai makanan di sekolahku. Sudah jelas mereka adalah Aarav dan Zach.

Sama-sama punya paras di atas rata-rata sampai bisa bikin bencong lampu merah klepek-klepek, penggemarnya militan garis keras tersebar di seluruh sekolah, dan kalau Zach punya otot, Aarav punya otak. Satu-satunya perbedaan mereka adalah Zach terlalu flamboyan, sedangkan Aarav kelewat dingin.

Aarav Julian, Ketua OSIS SMA Pradipta Negeri yang sebentar lagi bakal turun tahta, pemenang olimpiade sains nasional, ketua tim debat dan satu-satunya siswa polygot dengan penguasaan empat bahasa asing. Sekaligus cinta pertamaku.

Aku menduga kalau Aarav masih satu garis keturunan sama Einstein. Desas-desus beredar bahwa ayahnya pimpinan sebuah rumah sakit, sedangkan kakeknya adalah pendiri Yayasan Pradipta. Bisa jadi otak encernya menurun secara genetis.

"Mulut lo sampai ngeces gitu. Yakin nggak perlu ember buat nampung iler? Aku bisa ambilin kalau mau," kata Zach sok perhatian. Lamunanku langsung buyar. Tanganku meraih gumpalan tisu bekas dan melemparnya tepat mengenai wajahnya.

"Kalau di drama, ini namanya jjaksarang. Cinta bertepuk sebelah tangan," timpal Kimi ikut-ikutan.

"Gue cabein nih, mulut kalian berdua!" Aku memakai topi bisbolku dan melesakkannya sampai ke bawah wajah sambil berusaha kembali fokus di depan layar laptop. "Lagian, kata siapa bertepuk sebelah tangan? Nggak ada yang tahu!"

"Nah, itu dia! Emang nggak ada yang tahu. Nggak ada yang tahu sebelum lo bilang sama Aarav!" tekan Kimi, menyatakan cinta sama Aarav itu semudah beli kerupuk di warung.

Aku, Aarav dan Zach sudah kenal semenjak kecil. Kami masuk sekolah dasar sama, dan ketika Zach pindah ke New York waktu SMP, aku kembali masuk sekolah yang sama dengan Aarav sampai sekarang.

Sebetulnya kami enggak dekat-dekat amat sampai terjebak friendzone. Hanya saja, Aarav itu seakan punya dunia sendiri yang membuatnya nyaris tidak tersentuh. Kami sebagai rakyat jelata, enggak punya kuasa apa-apa selain berdiri di lingkaran terluar, sambil mengaguminya tentu saja.

"Daripada kalian sibuk ngurusin gue, mendingan urusin tuh cewek-cewek yang sudah antri buat Zach." Aku menunjuk buku catatan Zach. Di baliknya ada beberapa barang pemberian para penggemarnya yang sedari tadi terus berdatangan ke meja kami.

"Laris banget lo," sindir Kimi walaupun matanya sedikit getir. "Kebalikan banget sama meja sana."

Kimi mengedikkan dagunya ke arah meja Aarav di seberang common room. Seorang anak kelas sebelas kini berdiri di depannya, di antara mereka berdua ada kotak cokelat Godiva menanti berpindah ke tangan. Di luar dugaan, Aarav malah mendorongnya, tatapan datarnya seakan menolak, lalu berpaling kembali menekuni tugasnya. Si cewek kelas sebelas lantas terisak dan buru-buru ambil langkah seribu.

"Daebak! Si Es Batu lirik dikit aja bisa bikin anak orang nangis. Dek! Sini, cobain sama Jaki!" panggil Kimi.

"Lo ngapain, sih?" protes Zach.

"Itu kasian. Lo nggak mau terima cewek barusan, Jaki? Lumayan tuh, cokelatnya." Kimi menelan ludah dengan mata terus mengikuti si cewek kelas sebelas sampai menghilang di balik pintu.

"Berisik deh lo, Kim. BK gimana kabar? Urusin, tuh!" cegah Zach.

Pertanyaan Zach barusan, walaupun ditujukan untuk Kimi, tak urung tetap menimbulkan sensasi sodokan di perutku. Pikiranku langsung melayang pada kertas catatan konselor di dalam loker.

BK atau Bimbingan Karier adalah salah satu program yang harus dituntaskan setiap siswa kelas dua belas sebelum semester ganjil berakhir. Pada dasarnya konselor akan memberikan bimbingan jurusan dan universitas paling sesuai minat masing-masing.

Gula - GulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang