***
Author POV
"APPA!!!" Pekik Lalisa. Gadis itu mematung menatap horor kearah pria ditengah-tengah ruangan tersebut. Pria yang Lisa kenal sebagai Dokter pribadinya di Swiss kala itu. Dokter Lee Dong Wook.
Tuan Lee hanya memberikan ekspresi biasa saja. Karena dia sudah tahu, bahwa kedua putrinya memang berteman dengan mantan pasiennya itu.
"T-Tunggu dulu!!!... Jennie eonnie! Kau tidak sedang ngeprank kan? Ini semua bukan settingan?" Ucap Lisa menatap Jennie meminta kejelasan.
Jennie, yang tidak berniat menjelaskan semuanya kepada Lisapun hanya berujar."Ck, ceritanya panjang, ini hanya masalah keluargaku yang rumit Lisa"
Lisa terdiam. Tidak tahu harus berkata apa lagi. Ternyata situasi yang ia hadapi kini tidak terlalu simpel.
"Maafkan aku Lisa-ssi! kau harus kembali bertemu denganku, dengan cara tidak etis seperti ini. Tapi, memang selama ini saya juga sudah tahu kau berteman dengan putri-putriku" Ucap Dong Wook menarik atensi Lisa sehingga Lisa kembali menoleh kearahnya.
"A-...Umm...Y-Ya Dokter Lee tidak apa-apa! Hehhe..." Balas Lisa diiringi tawa kering. Bingung harus bereaksi apa.
Jennie memutarkan matanya melihat interaksi kedua orang didepannya itu."Sudahlah dengan basa-basinya! Dan katakan dimana adikku kau kurung!!!" Seka Jennie. Menyebutkan kembali alasannya ia datang ketempat ini.
Masih mempertahankan senyumannya. Pria itu tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan putri sulungnya."Aku hanya rindu pada kalian. Jadi, aku menyuruh beberapa anak buahku untuk menjemput kalian. Karena kau tidak ada, untuk itu mereka hanya membawa Rosé."
"Apa dengan memaksanya untuk ikut dengan orang-orang suruhanmu itu disebut menjemput? Bahkan kau tidak meminta izin terlebih dahulu padaku! Kau dengan seenaknya membawa Rosé! Apa kau bangga dengan kelakuanmu ini? kau benar-benar tidak berubah!!!" Lagi, Jennie menyuarakan emosinya kepada sang ayah. Dirinya merasa lebih kecewa dengan kelakuan ayahnya ini.
Dong Wook bukan tidak menyadari kesalahannya ini. tapi, dia terlalu bingung dan putus asa memikirkan cara agar bisa bertemu lagi dengan kedua putrinya untuk melepas rindu. Apalagi, beberapa hari kedepan pria itu harus kembali terbang ke Swiss.
"Appa tahu appa salah, appa memang selalu banyak melakukan kesalahan. Tapi nak, appa benar-benar hanya merindukanmu! Merindukan Rosé! Appa tidak tahu lagi dengan cara apa, appa bisa bertemu dengan kalian! Kalian sangat sulit untuk appa jangkau." Dengan kepala tertunduk, Dong Wook memberitahukan isi hatinya kepada sang putri.
Jennie menggeleng. Menolak kata-kata ayahnya."Tidak! kau sendirilah yang memutuskannya! Kau sendirilah yang membuat hubungan ini tidak berarti lagi. kau tidak memiliki hak untuk berkata seperti itu! Kita sudah menjadi asing untuk satu sama lain selama belasan tahun. Jadi, lebih baik tetap seperti itu! "
Pria setengah baya itu mendongak, bertemu dengan mata coklat tajam yang persis seperti miliknya sendiri."Mianhae...Mianhae...Jongmal Mianhae nak! Appa salah, appa yang salah disini! Apa menyesal dengan apa yang terjadi oleh keluarga kita. Berilah appa kesempatan sekali saja!"
"Aku tidak memerlukan rasa penyesalanmu yang telah basi itu! Semuanya telah terlambat. Aku hanya datang kemari untuk mengambil adikku, sekarang dimana dia!" Seka Jennie menanyakan kembali keberadaan Rosé.
Dong Wook menggeleng."Kumohon nak, tinggallah bersama appa disini untuk beberapa hari ini. appa janji, tidak akan mengganggu kalian lagi. Jebbal!" Pria malang itu tetap memohon kepada Putrinya. Meminta barang sedikit pengampunan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS [SELESAI]
Fanfiction"Awas saja kau Poni!" "Seenaknya menyuruh-nyuruhku!" "Dia kira, dia siapa? Mentang-mentang banyak uangnya. Seenaknya saja membuatku harus tergencet seperti ini." "Astaga, bau apa ini? Apa seseorang baru saja buang angin?" Sepanjang perjalanannya, ga...