2

2.7K 308 18
                                    

"Dokter... Apa aku sudah mulai sembuh?".

"Menurut kamu bagaimana? Apa tubuh kamu masih bereaksi saat berada dekat dengan orang lain?".

Renjun berpikir sejenak ketika pertanyaan itu terlontar untuknya, dia menatap sang Dokter dengan ragu-ragu, lalu menjawab.

"Sejauh ini... Tidak. Saat naik bus, berbelanja di pasar, atau di tempat-tempat umum lainnya aku tidak merasakan gejala ketakutan lagi...".

Terdengar nada ragu saat Renjun berkata tidak, tapi walau pun begitu, Dokter tau betul bahwa pemuda manis dihadapannya ini sudah mengalami banyak kemajuan.

Syukurlah terapi ini berjalan dengan baik dan dapat membantu kesembuhan Renjun.

"Berarti, terapi ini cukup efektif untuk kamu. Bagus Renjun! Kamu hanya perlu terus menjalani hal ini agar dapat terbiasa. Lawan rasa takut kamu itu, supaya kamu bisa kembali menjalani hidup yang normal".

Renjun mengangguk dan ikut tersenyum ketika Dokter berbicara dengan wajah yang tersenyum lebar, dia berterimakasih atas kerja keras sang Dokter yang selama ini telah berusaha menyembuhkannya.

Walau Renjun masih sering gemetar ketakutan saat berada dekat dengan orang lain, setidaknya tidak separah dulu. Dulu orang asing berjarak satu meter saja didekatnya, dia langsung berteriak histeris dan sekarang sudah tidak lagi.

4 tahun terlewati, masa-masa sulit serta mengerikan bagi Renjun kini telah berlalu, walau dalam dirinya masih membekas rasa trauma, tetapi dia bisa melawannya dan melewati rasa takut itu dengan keberanian.

"Haechan datang bersama kamu, kan?".

Lamunan Renjun buyar seketika, dia mendongak menatap sang Dokter yang kini sibuk menulis resep obat baru untuk nya.

"Iya, dia tidak ikut masuk kemari karena katanya mau sarapan dulu di kantin. Seperti biasa, Haechan selalu bangun kesiangan. Padahal setelah ini, kami harus kembali ke tempat pelatihan".

Dokter hanya bisa menggeleng maklum, sudah biasa mendengar keluhan tentang anak muda itu dari Renjun. Padahal Haechan sudah dia wanti-wanti untuk tidak tidur terlalu larut, selain untuk menjaga agar tidak bangun terlambat, hal itu juga dapat menjaga agar dia tetap sehat.

"Selain ke kantin untuk sarapan, pasti Haechan tidak mau kemari karena takut aku omeli. Renjun tolong katakan padanya, jika dia terus begadang seperti itu, kesehatannya bisa menurun, di tambah kalian selalu latihan setiap hari. Itu tidak baik, ingatkan dia juga untuk meminum dengan rutin vitamin yang sudah aku berikan, ini berlaku bukan untuk Haechan saja, tapi untuk kamu juga".

Renjun menjawabnya dengan mengangguk kecil, kemudian tertawa pelan mendengar omelan sang Dokter yang sudah sama persis seperti kedua orang tua nya dan orang tua Haechan.

Entalah... Semenjak dari kejadian hari itu, semua orang yang mengkhawatirkan mereka berdua, berperilaku sangat amat protektif.

"Ucapan dokter sudah sama persis seperti orang tua kami".

"Wajar, aku kan kakek kalian".

Senyum Renjun bertambah lebar, bukan hanya kemajuan dalam kesehatan, tetapi kemajuan dalam hubungan antara Renjun, Haechan dan sang Dokter pun ikut membaik. Sehingha mereka terlihat seperti kakek dan cucu.

Dokter selalu memaksa Renjun maupun Haechan untuk memanggil dan menganggapnya sebagai kakek sendiri.

"Lagi pula, aku kan sudah bilang. Panggil si tua ini dengan sebutan kakek".

"Mana bisa Renjun memanggil Dokter dengan sebutan seperti itu?".

Alasannya cukup sederhana, Renjun merasa tidak enak saja...

After Bully [JAEMREN ft. Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang