go'

1 0 0
                                    

"fearlessena"

Dengungan angin di telinga membuat Claren bangun, Arlo yang duduk di kursi sebelah menjentikkan jari.
"akhirnya bangun juga".

"apa?"
Claren memijat kepalanya, berusaha duduk diposisi yang benar. Melihat sekitarnya ternyata ia masih didalam mobil yang berjalan.
Sontak ia membuka jendela dan mengeluarkan jari telunjuknya, ntah apa yang mau ia sentuh. Namun Arlo menepisnya
"Ada apa denganmu!"

"kita mau kemana?"

"Astaga nenek ini pikun, kita perjalanan ke bekas apartemenmu menemui dua teroris"

"sungguh?"

"ya, dan kau sudah tertidur selama delapan menit"

Claren menggeleng "tidak!"
"Kita sudah sampai dan menemui mereka lalu- georvlob dan- angkasa bumi- ashh lupakan itu"

"damn, apa yang menimpa wanita ini" Arlo bergeming
"dan mana ice coffee ku?!"
"aku buang"

"APA?!"
Arlo menarik tas yang dipegang erat Claren
"Coffeemu tumpah!, lagian bagaimana bisa tiba-tiba kau tertidur" ia menggeleng.
Claren bergidik "ya- mana ku tau"
"Lebih baik kembali tidur, akan ku bangunkan jika sudah sampai"

***

Mereka berdua hanya berdiam diri didalam lift tanpa sebuah pembicaraan hingga sampai di lantai tempat bekas apartemen Claren.
Claren memencet bell dan juga mengetuk pintu beberapa kali sesekali mengintip dilubang kunci, tapi kosong. pintu juga tidak dikunci.

Ia mendongak ke atas, walpaper bintang berkilau memenuhi langit apartemen
"Joe?"

"Siapa Joe?" tanya Arlo

"Laki-laki tadi"

Arlo ke dapur dan Claren ke kamar
"Raymond?" Tapi kamar kosong, kamar mandi pun sama.
"Joe! Raymond!" Ia keluar menuju ruang keluarga.

Melihat remot diatas sofa, ia menyalakan Tv. Rekaman zoom bumi yang terus terulang-ulang. "SON OF BITCH! jangan membohongi ku!!"
berlari menuju kamar tamu, semuanya berantakan dengan buku-buku sampul coklat diatas lantai.

Memunguti buku satu-satu hendak membacanya, tapi itu hanya buku kosong tak ada titik ataupun tulisan.

"I won't lie to you.."

Claren sontak membalikkan badan, berjalan perlahan ke jendela tertutupi gorden. Ia membuka lebar-lebar dan melihat ke bawah apartemen. Dua laki-laki berkacamata hitam dengan jas hitam menoleh kepadanya.

Saat ingin berlari keluar mengejar dua orang seperti setan itu, ia tersandung oleh satu ntah apa itu berwarna hitam berbentuk crystal panjang dan- dingin mengeluarkan asap.

Mereka menghilang ditengah jalan raya tanpa seorang melihat.

Tiba-tiba Arlo datang
"Ketemu?"

"tidak"

"Di dapur banyak garam berceceran"

"Aku membawa garam saat pindah"

"Mereka membeli garam??" Arlo mengkerut
"Mungkin untuk teh" Ia melotot "Bagaimana bisa membuat teh menggunakan garam!"

"mungkin vegan" Berlalu meninggalkan Arlo.

"Kita harus pulang, dua jam lagi kita akan bersiap ke bandara" Arlo mengecek jam tangannya sembari membersihkan garam, sedangkan wanita ini hanya duduk diam di balkon.

"Selesaikan garam itu dulu"

"Mereka orang aneh, mengapa kau mau menampung mereka di apartemen mewah ini?. -Owh ya, kau ingin menceritakan tentang mereka?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Florence [ sci-fi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang