prekognisi

4 1 4
                                    

"Dengan siapa, apa profesi kalian, dimana tempat tinggal dan apakah memiliki anggota keluarga? atau sudah pisah?"
Claren membuka laptop putih, merekam introgasi dan menuliskan laporan

"Raymond scootla, 24, pengolah data NASA, seattle, tidak ada"

"Joe keith, 20, kasir supermarket, moscow, tidak ada"

ia berhenti mengetik, mendongakkan kepalanya bertatapan dengan kedua laki laki yang berasal dari Amerika.
"tak punya keluarga sama sekali??"

Claren memiringkan kepalanya, alisnya naik turun
"tidak"
mereka berdua menggeleng

"paman, bibi, kakek, nenek??"

"tidak"

"what the hell-"

"langsung ke intinya saja"
ucap Ray
"seharusnya aku yang berkata seperti itu mthrfckr"
Claren menekan kata terakhir

"Cari kode pertama yang kalian kirimkan saat cek pertama dan bacakan",
ia terkaget
"tidak, itu rahasia"

Mereka diam beberapa saat, claren tinggal mencari identitas laki laki depannya ini. Namun yang keluar hanya Nama, Umur, Tempat tinggal, Profesi dan tanggal lahir. Tak ada DNA, riwayat penyakit ataupun keluarga terdahulu.

melirik ke satu tentara yang berjaga dibelakangnya
"bisakah kau keluar sebentar?"
Ia mengangguk

"Kalian kembar identik?"
langsung saja ke intinya.

Tambah terkejut lagi dua orang ini menggeleng
"Kami orang asing yang bertemu di supermarket karena aku memecahkan kinderjoy"

"Lalu kenapa kalian kesini dan MENGGORES MOFT KU??"
Dari balik kaca pemantauan, Arlo memijat kepalanya yang mulai pusing karena patner kerja wanitanya ini seperti anak kecil tak bisa mengontrol emosi
"Itu gun airbrush"

"benarkah?" Ia kembali mundur dan duduk anggun seperti semula
"Bacakan kode pertama atau perjalananmu ke bulan terbatalkan?"

"heh, siapa kalian mengatur atur jadwal ku?!-"



*****




Berdiri di tempat yang langkah kakinya sangat ringan, atmosfer setipis perhatiannya kepadamu bahkan hampir tak memiliki, berkawah, abu abu, keras, tak ada air, tak ada udara, menjadi sebuah satelit.
Dia di bulan memakai space suit putih berat.

Berdiri sendirian dikelilingi ketidakadaan cahaya (hitam). Matanya tak terlepas dari hal yang tak pernah ia lihat, hanya pernah menjadi imajinasinya.

Bermilyaran cahaya biru, merambat lurus ke atas bumi membentuk gumpalan berbagai warna yang tak menyatu. Walaupun setiap detik naik, semua gumpalan itu tak pernah bertambah. Bumi jadi tampak seperti ilustrasi virus, penuh duri.

Mendengar suara yang rusuh, ia memutar badan mencari asal suara. Dengan ragu mendongak ke atas, menutupi helmnya dengan tangan karena sungguh creepy.
Banyak orang yang berjalan di angkasa tanpa gravitasi! bahkan tak memakai seperti yang ia pakai. Jas casual, dress malam, baju tidur itu yang mereka pakai.

Ia kembali mendongak, menangkap dua orang yang tak asing dan itu laki laki tadi!. Tiba tiba ia memiliki inisiatif untuk terbang keatas mengejarnya, Laki laki itu menatapnya tapi seperti acuh tak acuh.
Ia merentangkan tangannya, melompat dan-

Seperti ditabrak nuklir antar benua, Jiwanya keluar. Kebingungan melihat tubuhnya mengapung begitu saja di angkasa luas, Ingin mengejar tapi sesuatu menarik kaos hijaunya dari belakang, shit! tak sopan sekali.
Berbalik kebelakamg, hampir saja hidungnya mengenai hidung Riana yang berdarah.

Tunggu, kenapa ia didepanku dengan hidung yang berdarah dan ia hanya menatapku diam tak bergerak seperti melayang?.  Keringat dingin mendukungnya menoleh ke kanan kiri. Dari ujung kanan ke kiri, hanya ada semua orang yang ia kenali diam posisi seperti Riana dengan wajah yang terluka.

The Florence [ sci-fi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang