2. Rahasia

890 161 53
                                    

Nadia berlari hingga terengah-engah sampai di dalam kelas.

"Loh, Nad? kamu masih kepedesan?"

"Eh, enggak, nggak kok, Sal. Tadi ada bu Jihan soalnya."

"Oh iya, ini kan jam mata pelajarannya bu Jihan."

"Assalamu'allaikum, adik-adik," Bu Jihan memasuki ruangan untuk mengajar pelajaran biologi.

"Tuh kan, baru aja diomongin," bisik Salwa ke Nadia."

Bu Jihan, seorang guru muda yang mengajar pelajaran biologi di sekolahnya Nadia dan Salwa, sekaligus menjadi wali kelas mereka. Satu kelas bisa wangi semerbak bila dimasukinya. Parasnya yang cantik, tinggi semampai, dan merupakan keturunan Arab, hingga menjadi idaman para siswa maupun guru pria disekolah itu.

"Bagaimana kabarnya adik-adik sekalian?" tanya Bu Jihan.

"Alhamdulillah, baik Bu," serentak satu kelas menjawab.

"Alhamdulillah, semoga kita selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Yuk, langsung saja kita mulai pelajaran pada siang hari ini, silahkan ketua kelas untuk memimpin doa."

Dikarenakan ketua kelas berhalangan hadir, maka Salwa sebagai wakil ketua kelas yang bertugas memimpin doa sebelum pelajaran dimulai.

Selama membaca doa, Nadia masih terus memikirkan peristiwa yang baru saja dialaminya di toilet sekolah.

"Baik, terima kasih Salwa. Adik-adik silahkan buka buku cetak bagian sistem reproduksi, dan tolong Nadia bacakan, setelah itu baru Ibu yang baca."

Bu Jihan meminta tolong kepada murid-muridnya untuk membacakan materi seperti biasanya. Kali ini Nadia yang ditunjuk untuk membacakan materinya, namun Nadia larut dalam lamunannya memikirkan peristiwa di toilet yang baru saja ia alami.

"Nad ... Nad ... ih kok malah ngelamun. Nad, itu kamu disuruh baca sama Bu Jihan," Salwa mencoba menyadarkan Nadia.

"Eh ... iya maaf Bu, i-iya ini saya bacakan ya Bu." Nadia pun tersadar dari lamunannya kemudian segera membuka buku cetaknya.

"HARIMU AKAN TIBA? a-apa maksudnya ini?" lagi-lagi Nadia menemukan tulisan tebal bertinta merah pada halaman depan bukunya.

"Ada apa, Nad?" tanya Salwa.

"Eh ... tadi yang mana Sal?" Nadia sontak mengganti halaman bukunya dengan tergesa-gesa.

"Nih, baca yang bagian ini," tunjuk Salwa.

Bu Jihan hanya bisa terheran-heran dengan sikap Nadia yang terlihat banyak pikiran. Begitu juga dengan Salwa, ia berpikir sesuatu baru saja terjadi pada Nadia.

Jam pelajaran Bu Jihan pun berakhir, Bu Jihan meninggalkan ruangan dan melanjutkan mengajar di kelas lain.

Salwa pun menanyakan kondisi Nadia yang begitu mengherankan.

"Nad, kamu kenapa sih? Kayak ada yang dipikirin deh," tanya Salwa.

"Eh ... enggak kok Sal, aku baik-baik aja."

"Nggak, pasti ada yang sedang kamu pikirin. Ceritain aja, siapa tau aku bisa bantu."

"Seriusan deh, aku nggak apa-apa kok," Nadia tetap tidak ingin menceritakannya.

Nadia masih penasaran apa yang terjadi sebenarnya di toilet tadi. Ia pun memberanikan diri mengecek ulang cermin di toilet sekolahannya.

"Salwa, aku ke toilet dulu ya, ada yang ketinggalan nih."

"Ya udah, buruan ya Nad, udah mau masuk waktu zuhur nih."

Nadia bergegas kembali ke toilet untuk memastikan peristiwa yang tadi ia alami, namun saat baru keluar dari pintu kelas, ia berpapasan dengan Rama, ketua kelasnya yang sedang masuk ke dalam kelas.

My Crush My Ustadz [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang