30 : KETAHUAN

202 36 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan benar, sepulangnya, lantai dua berisik tidak seperti biasanya. Akan menjadi sangat tidak biasa mengingat itu dipenuhi suara Gio dan Nanta, bukan Gio dan Rean, ataupun Dikta dan Rean yang memancing keributan.

"Dik, mau popcorn? Kalau kurang, ambil lagi di dapur, tadi ada staff bawa."

Dikta yang menjulurkan kaki dengan santai di sofa ruang tengah langsung menyambar semangkuk popcorn karamel yang ditawarkan Rean, melahapnya. "Lo mau dengar lagu, Re?"

Rean mengangguk saja, meletakkan dua botol minuman soda, lalu menyambar sebelah headset yang terhubung dengan laptop di pangkuan Dikta. "Survive Said The Prophet, Found and Lost?"

"Ya," jawab Dikta setengah tertawa hambar, lalu memperhatikan kamar Nanta yang berada di lantai atas. Ah, suara Gio benar-benar jauh lebih berisik dibandingkan Nanta. "Udah berapa menit mereka berantem?"

Rean yang menikmati lagu, mengangkat kedua alis, bergumam. "Baru tiga menit. Masih ada sisa tujuh menit lagi."

"Gue masih bisa ngegame sebentar. Udah lama nggak main." Dikta membenarkan letak duduk, lalu memilih salah satu game ringan. Tidak perlu banyak berpikir atau mengatur strategi, cukup menekan keyboard sembari lari dari kejaran musuh sampai menuju garis finish. Hanya itu. "Re, lo mau ma ...."

Ucapan Dikta terhenti sesaat begitu memalingkan pandangan. Rean, lagi-lagi tangan itu terkepal erat, wajah bundarnya memucat, tetapi berusaha sebisa mungkin memasang gestur tenang, mengembalikan fokus pada lagu yang memgalun di telinga.

Ah, Dikta mengerjapkan mata, lalu mengembus napas panjang. Lagi-lagi Rean memendam segala hal sendirian, huh?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


___


"Iya, ini salah gue."

Dari lantai atas Gio mengangkat kedua tangan, tubuhnya yang tadinya duduk dengan tenang di kursi belajar Nanta, pada akhirnya berusaha mati-matian untuk tidak bangkit dan semakin memperkeruh suasana ruangan ini.

Brother Notes [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang