Budayakan membaca deskripsi terlebih dahulu, sebelum membaca ceritanya❗
***
"Achil, ambilin gue minum!"
"Ok!"
"Chil, ikatin sepatu gue."
"Iya-iya!"
"Chil, tolong ambilin hape yang ada di sebelah gue!"
"Kan bisa diambil sendiri!?"
"Lo bisa menghargai orang yang lebih tua gak sih?"
"Ck, iya-iya!"
"Woy anak kecil, yang becus dong kalo jadi babu!"
"Bajingan lo, Satrio!"
Arshilla inara namanya, julukannya berubah menjadi 'Achil' semenjak Satrio datang mengotak-atik kehidupannya. Panggilan itu diambil dari nama depan Arshilla, dan bisa juga diartikan sebagai 'anak kechil'
Sejak Satrio datang, Arshilla malah menjadi pembantu dadakan. Arshilla tidak pernah mengira bahwa Satrio adalah sosok yang menyebalkan. Tapi ternyata salah besar, sejak Satrio menyebutnya seorang babu, maka Arshilla tidak akan lagi patuh dengan kakak tirinya itu, sampai kapanpun.
Dan mulai sekarang, Satrio adalah musuh dalam hidupnya. Ia tidak akan menganggap bahwa laki-laki itu adalah bagian dari keluarganya.
Satrio seringkali memerintahkan hal-hal yang justru bisa ia lakukan sendiri, tapi menyuruh Arshilla layaknya seorang pembantu adalah sebuah pelampiasan kekesalannya terhadap Wira yang bersikeras untuk menikahi Arumi.
"Chil, tolong ambilin-"
"Ogah," sela Arshilla sehingga langkah Satrio yang terburu-buru di tangga itu terhenti.
"Lo berani nolak?"
"Emang lo siapa? Anak pungut, kan? Haha!" Kedua bola mata beriris cokelat itu menatap sinis Satrio. "Yang datang-datang bisanya berlagak kayak raja, padahal cuma pendatang baru yang enggak dianggap ada."
"Wah..." Satrio bertepuk tangan seraya menggeleng pelan, langkah kakinya menghampiri Arshilla, masih bersedekap dengan ekspresi wajah yang seolah mengajaknya untuk baku hantam. "Udah berani ya lo sama orang yang lebih tua?"
"Ah iya deh, susah emang kalo ngomong sama tua bangka." Arshilla terkekeh pelan, jari tengahnya perlahan naik dengan mata yang melotot kearah Satrio. "Inget ya, disini peran lo cuma anak pu-ngut." Arshila menekan kata terakhir.
"Hahaha." Satrio menurunkan tangan Arshilla dengan kasar, matanya tak kalah melotot. "Dedekku yang manis, dengerin ya. Semua orang bakalan rela ngasih apa aja buat orang yang dia cintai. Dan, nyokap lo juga ngasih rumah ini ke bokap gue. Ya, otomatis rumah ini juga ada hak gue, dong."
Arshilla bergidik geli. "Denger ya BANG-SATrio yang terhormat, lo jangan asal mengklaim hak orang, dong. Semua ini usaha nyokap gue, dan sepenuhnya milik nyokap gue, termasuk gue anak kandungnya. Lo sama om Wira itu cuma numpang hidup!"
"Numpang hidup lo bilang? Lo pikir-"
"Eh, ssst! Gak pantes ah orang numpang protes gitu."
Satrio mengepalkan kedua tangannya, lalu mengambil ponsel Arshilla yang terletak diatas meja ruang tamu.
Arshilla membulatkan matanya sempurna, sial! Barang berharganya sudah sampai ke tangan Satrio.
"Lo tau ini apa?" Laki-laki dengan tahi lalat diatas bibirnya itu menunjukan ponsel Arshilla dengan cara memegangnya pada ibu jari dan telunjuk. "Ya, ini sampah."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) A Crazy Family
Dla nastolatkówAwalnya Arshilla merasa hidupnya aman tentram meski tanpa kepala keluarga. Namun, keinginan Arumi untuk menikah lagi membuat Arshilla frustasi, lantaran ia tidak ingin mempunyai ayah tiri. Sampai-sampai, Arshilla harus menanggung kenyataan bahwa di...