Arshilla tiada hentinya tertawa setelah pulang dari sekolah, dan mendapat satu pesan dari Wira, beserta belasan missed call dari Arumi. Kenapa tidak? Sedangkan pesan dari Wira berisi :
Udah pulang sekolah, Nar? Nanti ayah jemput ya. Bunda kamu lagi nemenin Kak Satrio di rumah sakit. Tadi kecelakaan pas naik motor.
"Huh, kualat sih. Udah maling, gaya-gayaan pula." Arshilla tertawa ngakak, rasanya benar-benar bebas. Tidak ada siapapun di rumahnya. Jadi, tidak mungkin ia menyianyiakan kesempatan yang jarang sekali terjadi semenjak ada kehadiran Satrio ini.
Tapi tunggu, tawa Arshilla terhenti kala ia menyadari sesuatu. Jika Satrio kecelakaan, otomatis motornya juga rusak kan?
Lalu, pesan yang baru dikirim beberapa detik lalu dari Wira membuat Arshilla memasang muka masam.
Gak jadi, Kak Satrio ternyata disetujuin pulang. Cuman belum bisa jalan-jalan normal aja. Harus pake kursi roda.
Arshilla berdecih, ia pikir orang itu benar-benar akan musnah dan hilang dari penglihatannya.
Aktivitasnya selama satu jam ini, hanya merebahkan tubuh di sofa sembari memindahkan channel tv dengan raut yang kusut. Tak ada satupun sesuatu yang bisa menghiburnya, sebelum neraka kembali datang membuat kekacauan di hari-harinya yang monoton.
Pintu terbuka, menampakkan Wira dan Arumi yang mendorong kursi roda yang diduduki oleh Satrio.
"Nara udah makan belum?" Tanya Arumi, Arshilla hanya menggeleng lemas.
"Hm, yaudah. Kalo gitu, kamu tunggu disini. Bunda tadi sekalian belanja, sekalian mau masak, Nanti Bunda panggil kalau udah selesai, sekalian kakak kamu dibawa ya. Hati-hati, oke?" titah Arumi sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju dapur.
"Mampus," kata Arshilla pelan, mencebikan bibirnya seraya mendelik tajam kearah Satrio.
"Awas aja, kaki gue udah normal gue yang bakal patahin kaki lo,"
"Iwis iji, kiki gii idih nirmil gii pitihin kiki li," ledek Arshilla dengan bibir yang dianjurkan kebawah. "Ganti rugi motor gue rusak gara-gara lo!"
"Lah ya emang motornya aja sedeng, kok nyalahin gue. Urusin tuh motor butut lo."
"Udah sana pergi, berisik lo babu." Arshilla mendorong kursi Satrio dengan kaki kiri hingga menjauh darinya.
"Bun, shila dorong Satrio!" Pekik Satrio lantang.
"Shila, jagain kakaknya!" Sahut Arumi dari arah dapur.
Ini yang jadi adeknya siapa sih?
"Woy, gue pelintirin kepala lo ganti jadi ban mobil baru tau rasa lo." Arshilla memutar kedua bola matanya. "Satrio nya mukul bunda!" teriak Arshilla tak kalah lantang. Namun, tak ada jawaban dari Arumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) A Crazy Family
Teen FictionAwalnya Arshilla merasa hidupnya aman tentram meski tanpa kepala keluarga. Namun, keinginan Arumi untuk menikah lagi membuat Arshilla frustasi, lantaran ia tidak ingin mempunyai ayah tiri. Sampai-sampai, Arshilla harus menanggung kenyataan bahwa di...