38.»Kembali

37.8K 4.1K 190
                                    

Vote dulu!

»Masa lalu itu sudah masuk bagian dari hidup. Melupakannya tidak semudah mengedipkan mata «
~Azalea~



AKHIRNYA PELUANG YANG GUE TUNGGU AKHIRNYA DATANG

Kaki Aza mundur beberapa langkah setelah membaca deretan huruf di kertas tersebut.

"A-apa maksudnya?"

Baru beberapa detik setelah keterkejutan Aza, bel rumah kembali berbunyi. Dengan cepat Aza berlari untuk melihat siapa orangnya.

Setelah gerbang terbuka, terlihatlah seorang gadis cantik yang sedang menatap malas ke arah Aza dengan tangan dilipat di depan dada.

"Lama banget, sih?" ketusnya.

"Kakak kenapa ke sini?" tanya Aza dengan berani. Ingatkan bahwa Aza masih kesal dengan gadis itu.

"Gue nggak salah denger, nih? Lo nanya gue kenapa ke sini?" sinisnya. Aza mengedikkan bahu.

"Gue kakaknya Agraven, kalo lo lupa. Jangan mentang-mentang lo istrinya, jadi seenaknya sama rumah Raven," balasnya penuh penekanan.

"Kak Agra lagi nggak ada di rumah, Kak Ludira. Jadi mau ngapain ke sini?" balas Aza penuh penekanan pula. Aza sebenarnya takut dengan Ludira. Mengingat orang di depannya ini psikopat gila dan tidak segan-segan menyakitinya.

Namun, Aza ingat pesan Agraven. "Lawan aja," batinnya. Walau ia sendiri pun tidak yakin bisa melawan.

"Gue ke sini cuma mau main-main sama lo," jawabnya tersenyum miring.

"Kalo Ludira macam-macam, lawan aja." Aza kembali teringat perkataan Agraven.

"Nanti Aza balas gimana, ya? Tarik rambutnya? Tapi Aza nggak jago kayak Vanna main jambak-jambakan. Kalo Aza balas seperti yang kak Dira lakuin, nanti Aza berdosa," batin Aza masih bergeming di tempat.

Ludira tidak menghiraukan Aza yang masih terdiam dan nampak berpikir. Ia dengan langkah anggunnya melewati Aza.

"Kak!" panggil Aza. Terlambat, Ludira sudah masuk ke dalam rumah. Dengan pasrah Aza mengikutinya. Entah apa yang terjadi nanti, Aza pasrahkan kepada Tuhan.

Saat Aza masuk, ternyata Ludira sudah duduk manis di sofa ruang tamu. "Azalea Kananta, sini duduk! Gue mau bicara," panggil Ludira sambil menepuk sofa di sampingnya.

"Sebentar, Aza ambilin minum untuk--"

"Enggak usah. Gue cuma mau lo duduk di sini!" potong Ludira dengan penuh penekanan.

"Siapa juga yang mau ambil minum untuk dia?" gumam Aza menggerutu.

Dengan sangat terpaksa Aza duduk di samping Ludira. Ia sedikit memberi jarak dari Ludira. Sebelum duduk, Aza sempat memikirkan bagaimana jika seandainya tiba-tiba Ludira mengeluarkan pisau dari tasnya lalu menusuk perutnya dengan pisau itu. Membayangkannya saja membuat Aza meringis.

"Gue udah kasih waktu sebulan buat lo jauhi Raven. Tetapi, sepertinya justru sebaliknya. Agraven semakin jatuh ke dalam cinta jahannam lo itu," desis Ludira.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang