Prolog

65 6 1
                                    


1 April 2022

"Sesuai rencana. Mereka sudah berkumpul di markas."

Terlihat seorang lelaki mengenakan topi hitam dan jaket berwarna senada tengah mengamati anggota Raksa yang sedang mengadakan pesta rahasia di dalam markas.

Lelaki itu menguntit dalam diam. Kemudian melaporkan keadaan yang terjadi pada seseorang yang sudah tersambung dengan ponselnya.

"Habisi mereka."

Satu kata telak dari orang yang ada di seberang seakan menjadi perintah yang tak bisa dielak. Lelaki bertopi hitam itu pun mengangguk meski dia tahu anggukannya tidak akan bisa dilihat.

"Baik."

Setelahnya, sambungan telfon terputus.

Mengantongi ponsel, dengan cepat lelaki misterius itu mengambil beberapa jerigen bensin yang sudah dia siapkan didalam mobil yang terletak tak terlalu jauh dari markas Raksa.

Lelaki itu menuangkan bensin disekitar rumah tempat semua anggota Raksa sedang berkumpul.

Dan setelah selesai. Dia melengos.

"Habis kalian semua!" Ucapnya sarkas.

Sedangkan di dalam markas...

"Yuhu... Sweet seventeen buat Lo ya!"

Lelaki tampan dengan rambut hitam legam itu tertawa. Mengangkat segelas minuman kedepan wajah Luis.

Luis pun ber-tos gelas dengan Daniel hingga menciptakan bunyi dentingan gelas kaca yang tak terlalu keras.

Suara disco memenuhi ruangan yang cukup lebar tersebut. Warna warni lampu menambah suasana menjadi cukup riuh. Serta berbagai sorakan yang membuat gendang telinga serasa penuh.

Terlebih, pesta ini bukan hanya untuk anggota Raksa, melainkan anggota Guardian juga. Mereka merayakan ulang tahun Luis yang ke-17 dan juga sebagai simbol persahabatan Ras-Gar.

Rean tertawa, tak sadar tatapannya lurus menatap seorang gadis yang tengah duduk sendirian di sofa. Gadis itu terlihat murung.

Padahal semua anggota Raksa yang lain tengah bergembira dengan alunan musik yang memanjakan telinga.

Menghampiri gadis tersebut, "kenapa Lo, Rel?" Tanya Rean begitu sampai di depan Aurel.

Mendengar namanya dipanggil, gadis itu langsung tersadar dari lamunan.

Menarik sedikit sudut bibirnya, "nggak ada kok."

"Gak ada apanya. Dari tadi Lo murung terus perasaan."

Sekali lagi, Aurel hanya tersenyum.

"Gimana ka-"

"Rean," Aurel membuka suara secara tiba tiba. Membuat Ucapan Rean terpotong.

"Ada hal penting yang harus Gue omongin." Lanjutnya lagi.

Akhirnya, Aurel harus menceritakan kejadian tadi sore. Saat dia dan ayahnya bertengkar hebat karena ayah Aurel sangat benci jika Aurel harus bergaul dengan anak anak Raksa.

Ayah Aurel hanya ingin anak gadisnya menjauh dari para lelaki terutama geng Raksa yang terkenal suka tawuran.

Namun tidak dengan Aurel.

Baginya, dengan bergabung bersama anggota Raksa dia jadi tahu apa arti penting persahabatan. Apa arti utama solidaritas.

Dan ayahnya, entah mengapa sangat sulit memahami arti solidaritas.

"Hal penting apa?" Tanya Rean, karena Aurel tak kunjung meneruskan pembicaraannya.

"Kalo Gue tiba tiba keluar dari Raksa, gimana?"

RASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang