2. Surprise!

23 4 1
                                    

Rival:)
_Nunggu siapa sih?
_Kok duduk sendirian?
_Jangan bilang nunggu aku
03:30

Mataku terbelalak begitu lebar saat membaca pesan yang Rival kirimkan. Bagaimana bisa, lelaki itu tahu kalo aku sedang duduk sendirian? Bukankah dia masih di London?

Dengan cepat aku menggerakkan jari diatas layar untuk mengetikkan balasan.

Kok tau?_

Kamu dimana?_
Bukannya masih di London?_
Udah pulangkah?_
03:31
Read

Berbagai pertanyaan kulayangkan pada lelaki yang sudah setahun ini mengisi tahta dalam hatiku. Bagaimana tidak? Bagaimana bisa lelaki itu tau bahwa aku sedang duduk sendirian.

Atau mungkin dia hanya menebak?

Tak butuh waktu lama, lelaki itu langsung membalas chatku. Terlihat statusnya yang sedang mengetik.

_Maybe:)

Membaca satu pesan singkat itu seakan membuat jantungku langsung melompat dari tempatnya.

Benarkah!? Dia sudah pulang dari London! Setelah lima bulan tak kunjung pulang ke Indonesia!?

Kamu dimana sih? Sini dong!_

Tanganku yang mengetik, namun kakiku yang ikut mencak mencak diatas udara. Bahkan, kursi yang kududuki sampai bergerak.

_OTW.
_Buts, gajadi:(
_Ada ketua Raksa.

Aku tersenyum begitu lebar, namun senyumku langsung pudar kala membaca pesannya yang terakhir.

Ketua Raksa? Bukankah itu berarti Kak Rean? Kuedarkan pandanganku ke segala arah mencoba mencari keberadaan Rival. Karena, yah... aku yakin lelaki itu ada di sekitar sini.

Kami begitu dekat, namun keberadaan Kak Rean lah yang membuatnya enggan untuk menunjukkan diri.

Kubuka lagi aplikasi chatku, hendak membalas pesan terakhir Rival yang masih belum kujawab. Namun niatku urung tatkala mendengar suara bising dari arah kiri.

Aku menoleh, dan seketika itu mulutku menganga begitu lebar mendapati Kak Rean yang dikejar oleh banyak siswi Smakar dan beberapa ibuk ibuk kantin.

Astaga! Masalah apalagi yang diperbuat oleh kakakku yang satu ini!?

"Ayo lari!" Tarik Kak Rean begitu dia berada di depanku.

Aku yang belum siap, kini terpaksa membopong tas yang sebelumnya ada di pangkuanku.

"Kak, kak! Tunggu dulu. Resleting tasku masih belum ditutup nih." Pekikku keras. Namun Kak Rean masih saja berlari. Pegangannya di tangan kiriku semakin mengerat.

Kami berbelok pada gang sempit yang ada di belakang sekolah. Kemudian memilih untuk bersembunyi di belakang gerobak yang terletak di pojok. Akhirnya, kami bisa bernafas lega,

"ada masalah apa lagi sih, Kak?" Ucapku menatap Kak Rean yang sudah dipenuhi peluh di seluruh wajahnya. Bahkan terlihat rambutnya yang sedikit basah. Tapi... yah jujur. Rambutnya yang acak acakan terlihat begitu tampan.

Kakak pun sama terengahnya seperti aku. Lelaki itu menghembuskan nafas panjangnya.

"Gara gara Anggun."

RASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang