6. Classmeeting

22 5 1
                                    

"Makasih, ya."

"Iya aku juga makasih."

"Makasih buat apa?" Tanya Rina, yang kini sudah turun dari sepeda motor milik Rival.

"Karena kamu udah jadi pemanis di hari hari aku yang pahit."

Rina yang mendengarnya terkekeh, "ih... udah deh. Nggak usah sok dramatis. Dari tadi kamu gitu terus deh." Omel gadis itu, sembari sesekali tertawa renyah.

Rival tersenyum, "jangan ketawa. Ntar tambah cakep."

Memutar bola matanya malas, "udah lah. Terserah! Sana cepet pulang ntar keburu Kak Rean dateng lagi."

"Kok ngusir ngusir?"

Astaga! Andai Rival tau secepat apa detak jantung Rina saat ini mungkin tanpa disuruh lelaki itu sudah pergi pulang terlebih dahulu.

Tapi... kembali pada kenyataan, kaum Adam memang cukup sulit memahami perasaan wanita.

Entahlah, bagaimana keadaan jantung Rina saat ini. Intinya, sedari tadi sejak dia baru berboncengan dengan Rival detak jantungnya sudah secepat kereta api dalam lintasan.

Rina tersenyum kecil, gadis itu kembali menyadari betapa beruntungnya dia hari ini.

Seharusnya dia pulang dengan Rean, namun ternyata lelaki itu malah menyuruhnya pulang duluan karena ada les tambahan.

Dan Chelli, gadis itu juga sudah pulang lebih awal.

Alhasil, disinilah dia sekarang. Pertama kalinya gadis itu pulang diantar oleh ketua geng Guardian. Kekasihnya sendiri.

Rival Raihanzalesta

"Udah sana cepet masuk, jangan ngelamun." Ujar Rival membuat kesadaran Rina kembali.

Gadis itu terkekeh pelan, "iya iya."

Tak lama, gadis itu berjalan masuk ke pelataran rumahnya.

Bersamaan dengan itu, hanphone Rival yang disimpan di jok depan sepeda motornya berdering menimbulkan getaran yang sebenarnya tak begitu kentara.

Buru buru Rival mengambil benda pipih tersebut dan menyambungkan panggilan,

"apa, dan?"

"Gue udah nemuin pelakunya. Namun sayang, Gue kehilangan jejak." Ucap Daniel dari seberang sana.

"Benarkah? Plat nya?"

"Beres. L 7561 R. Tapi Gue ga bisa liat mukanya secara jelas."

"Gapapa. Makasih Dan. Lebih lanjut serahin aja ke anak buah Gue."

Setelah mengatakan itu, Rival langsung memasukkan Handphone kembali pada jok depan tatkala melihat Rean yang sedang menuju kearahnya. Bahkan saking terburunya lelaki itu hingga lupa untuk memutuskan panggilan terlebih dahulu.

Sebelum Rean menyadari keberadaannya, dengan segera lelaki itu menancapkan gas untuk beranjak.

"Val! Gue bakal dapet tersangkanya!" Samar samar terdengar teriakan Daniel yang masih tersambung dengan panggilan.

Mengambil hanphone, setelah sebelumnya memelankan laju kendaraan,

"Lo masih kejar kejaran sampek sekarang?"

"...."

"Yaudah. Selesain aja dulu. Kasih kabar ke Gue lagi kalo ada yang lebih lanjut."

"...."

Setelahnya, panggilan diputuskan sepihak oleh Daniel.

Rival memasukkan kembali hanphonenya. Menancapkan gas menelusuri jalanan kota Jakarta yang selalu padat dan macet.



RASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang