"Eh, menurut Lo LDR itu menyakitkan nggak sih?"Seketika, Chelli yang sedang terkekeh langsung terdiam. Gadis itu mengamati wajah Chelli yang terlihat begitu serius.
"Menurut Gue, LDR tu bukan hal yang menyakitkan. Malah dengan adanya LDR kita tuh bisa tau seberapa besar rasa kita pada pasangan. Jika cuman gara-gara jarak jauh terus kita putus, berarti rasa yang kita miliki itu bukan cinta tapi cuman nafsu belaka. Tapi jika karna LDR trus cinta kita makin bertambah, rindu kita makin meletup letup dan... Dor!"
"Eh!"
Chelli tertawa begitu keras melihat ekspresi kaget Rina. Sepertinya Rina mendengarkan dengan sangat serius.
Tawa gadis itu kembali mereda, kemudian kembali berkata,
"Maka rasa yang kita miliki emang benar benar nyata. Dan Lo jangan pernah ngelepasin pasangan yang rela bertahan karena jarak." Ucap Chelli, dan Rina hanya mengangguk paham.
"Emang Lu LDR? LDR-an sama siapa?" Tanya si pemilik rambut blonde sebahu tersebut, melanjutkan kalimatnya.
"E-enggak!" Mengalihkan pandangannya, "Gue cuman tanya aja."
"Ouh," Chelli mengangguk,
Hening setelahnya. Tak ada yang memulai pembicaraan.
Chelli memutuskan untuk beranjak menuju kerumunan dimana Aldo yang berada di tengahnya tak kunjung berhenti menabuh sedari tadi. Padahal keringat sudah memenuhi wajah tampannya. Dan Chelli berniat untuk menghapus keringat tersebut.
"Gue kesana dulu, ya?" Ucap Chelli. Dan Rina hanya mengangguk mengiyakannya.
Setelah kepergian Chelli, gadis itu memutuskan untuk beranjak ke kamar mandi. Lagipula, membosankan jika hanya terus berdiam diri di kelas yang sudah menjadi pasar seperti ini.
Kakinya melangkah, keluar dari kelas yang menurutnya begitu bising dan memicu kepala menjadi pusing. Di sepanjang jalan, gadis itu bersenandung untuk mengusir keheningan disekitarnya.
Setelah beberapa lama, gadis itu sampai pada belokan dimana apabila dia berbelok ke kiri maka ia akan sampai di kamar mandi.
Namun entah mengapa kakinya berkata lain. Gadis itu malah berbelok ke kanan menuju lorong prodi IPA. Langkahnya terhenti saat ia sampai di depan kelas 11 IPA 1.
Diluar dugaan, gadis itu dengan nekatnya mengendap endap hanya untuk mengintip melewati jendela.
Hal pertama yang ia cari adalah.... ya, seperti yang kalian kira,
Si pemilik manik biru.
Gadis itu menelisik satu persatu siswa yang ada di sana. Namun nihil, sama sekali tak ia dapati batang hidung Rival di kelas itu. Sebaliknya, dia malah mendapati Rean tengah mendengarkan musik dari hanphone -terlihat Rean yang mengenakan headset- dengan Anggun yang selalu setia berdiri di hadapan lelaki itu.
Selang beberapa detik, gadis berambut sepunggung itu memutuskan untuk segera beranjak dari sana.
Lagipula, orang yang ia cari juga tidak ada. Percuma jika dia berlama-lama disana.
Saat hendak melangkahkan kaki rampingnya, sebuah tangan kekar tiba tiba menarik tubuh kurusnya ke belakang. Gadis itu menjerit. Namun tak lama tangan lain ikut membungkam mulutnya. Cekalan tangan orang yang ada di belakangnya itu begitu kuat. Membuat dirinya tak bisa meronta.
"Hust, ini aku." Ucap pemilik suara bariton yang ada di belakangnya, membuat Rina terdiam.
Dan entah mengapa gadis itu pun tak lagi meronta. Sedetik kemudian, bungkaman di mulut Rina terlepas. Gadis itu menoleh dengan cepat-
KAMU SEDANG MEMBACA
RASGAR
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Lo sih, ke London waktu masih panas panasnya masalah kebakaran markas Raksa. Kan jadinya dikira kabur." -Daniel "Lah. Tapi kan Lo tau sendiri kalo Bunda lagi sakit parah." -Rival Raihanzalesta. Kemunculan Rival, membuat ke...