1. Pesona sang Raksa

23 4 0
                                    






5 Bulan kemudian....






Cup.

Sengaja kulayangkan ciuman jauh kepadanya.

Dan dia membalasnya dengan sangat menyebalkan. Lelaki itu melayangkan bogeman jauh kepadaku. Lidahnya sedikit ia julurkan sehingga wajah tampannya kini menjadi terlihat begitu konyol. Aku tertawa dengan begitu keras melihat tingkah Kak Rean, sehingga beberapa orang yang ada di sekitar kami menoleh keheranan.

Sebelumnya, haii perkenalkan namaku Andriana Lastri Dewi atau biasa dikenal si kembar pinang Bos Raksa.

Ya, aku adalah kembaran Kak Rean. Andreano Raksa Dewa. Dan lelaki yang berjarak tiga meter dariku itu adalah Kak Rean.

Kami baru saja sampai di gerbang sekolah dan Kak Rean hendak memarkirkan mogenya. Aku lebih memilih turun karena ada Chelli -sahabat terbaikku- yang tengah menunggu di kursi satpam yang terletak di dekat gerbang.

"Dasar nyebelin!" Pekikku keras ketika Kak Rean dengan seenak jidatnya meninggalkanku terlebih dahulu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Chelli yang tengah duduk pun bangkit menghampiriku yang masih berdiri di dekat gerbang, "hihi, dasar kembar sial."

Aku merotasikan kedua bola mataku malas, "dia yang sial, bukan gue." Ucapku ketus yang malah dibalas tawa oleh Chelli.

Setelah tawa Chelli reda, kami memutuskan untuk beranjak menuju kelas tercinta. Kelas 11 Bahasa, satu satunya kelas bahasa yang ada pada angkatan kami.

Karena yah... jujur.

Pada tahun ini peminat kelas bahasa sangatlah sedikit. Mungkin, bagi beberapa orang diluar sana kelas bahasa tak begitu keren. Bahkan, terkadang dianggap remeh.

Namun,
dalam sejarah kelas kami berbeda.

Menurut kami kelas kami adalah kelas yang limited edition.

Ya... memang begitulah adanya. Kelas bahasa hanya sedikit dan itupun peminatnya sangat jarang dan terbatas.

"Hoy!"

Dan... inilah dia. Orang yang sedang berlari menghampiri kami dengan pakaian awut awutan ala preman jalan itu adalah Leonard.

Leonard Bramasta.

Orang tajir yang tak kikir. Begitulah siswa bahasa memanggilnya. Gayanya yang selalu sederhana membuat sebagian besar warga Smakar (SMA karya bangsa) tak percaya bahwa lelaki itu adalah pewaris istana Bramasta.

Dan yang lebih menakjubkan lagi, dia adalah siswa bahasa.

"Mau ke mana lu berdua?" Tanya Leon, begitu sampai di hadapan kami.

"Mau ke kelas lah. Emang Elo yang baru dateng langsung ke kantin." Ejekku, yang mengundang gelak tawa Chelli.

Leon mendengus, "anji and r, dikira gua kayak gitu apa?"

"Emang iya," sahut Chelli yang ada di sampingku masih dengan tawanya.

"Tumben lo jam segini udah di sekolahan. Biasanya aja nunggu bel baru dateng." Tanyaku, yang langsung diangguki oleh Chelli.

RASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang