8. The fact

13 3 3
                                    

Saat baru sampai di pintu restoran, pandangan lelaki dengan jaket jeans itu langsung tertuju pada dua orang berbeda gender yang tengah duduk bersama di pojok restoran.

Tatapannya nyalang, seakan ingin menghabisi lelaki yang sekarang tengah tertawa sembari memegang wajah saudarinya itu, Rina.

"Dih najis." Umpatnya geram dalam hati.

Mempercepat langkah, lelaki itu berteriak ketika jarak mereka sudah dekat.

"Ey!"

"RIVAL! Dasar cowok brengse-"

BUAGH!

Satu bogeman berhasil meluncur mulus di wajah tampan bak pangeran milik Rival.

Lelaki itu nyaris terhuyung dari kursi jika saja tangannya telat sedetik untuk memegang meja.

Rina yang terduduk langsung bangkit. Gadis itu setengah berteriak.

"Ka-kak Rean!," ucapnya tertahan, melihat darah yang keluar dari sudut bibir Rival.

Menyeka darahnya, Rival bangkit.

Tangannya sudah mengepal sedari tadi namun dia menahannya karena satu bogeman darinya bisa membuat Rean semakin marah dan usahanya untuk berdamai akan gagal.

"NGAPAIN LO PEGANG PEGANG SAUDARI GUE!" Bentak Rean begitu keras membuat seisi restoran menoleh pada mereka bertiga.

Sadar menjadi tontonan, Rival langsung menarik kasar kerah baju Rean dan menyeretnya ke parkiran yang ada di depan.

"Lepasin Gue."

"...."

"Heh! Dasar blagu, masih berani aja Lo nampakin muka dihadapan anggota Raksa!"

"...."

"Habis ngunci anak Raksa dimarkas, mau apa lagi Lo? Bakar saudari Gue hidup hidup!?"

"...."

Rina berlari kecil mengikuti kedua lelaki bongsor itu di belakang. Dia bingung sendiri melihat kakaknya yang diseret seperti itu.

"Ri-Rival, udah. Lepasin Kak Rean." Bujuk Rina. Dan ternyata, Rival langsung menghentikan langkah. Lelaki itu melepas cekalannya dengan kasar.

"Kak, kakak gak papa kan?" Tanya Rina menghampiri Rean. Dan lelaki itu hanya mengangguk membalasnya.

Berganti menatap musuh bebuyutannya, "ngapain Lo deketin adek Gue? Mau nyakitin dia juga? Hah!?"

Rival terkekeh pelan, "Gue punya hati. Hati nurani Gue masih normal. Jadi, nggak usah sok tau." Jawabnya, sembari menunjuk dada Rean dengan jari telunjuknya.

"Kalo Lo emang masih punya hati nurani, terus ngapain Lo ngebakar markas Raksa dan ngunci pintu depan? Lo udah bikin sebagian anggota Raksa kena luka bakar apalagi Aurel yang sampek meninggal. Bahkan Luis saat ini koma. Itu yang Lo sebut punya hati nurani!?" Menjeda kalimatnya, "LO GAK LEBIH DARI PEMBUNUH! " Sambungnya, berteriak dengan  keras.

Urat di leher Rean terlihat begitu jelas. Lelaki itu hampir menonjok wajah Rival untuk yang kedua kali. Namun ternyata lelaki yang ada di depannya mampu menghindar dengan mudah.

"Emang Lo punya bukti kalo Gue yang bakar markas Raksa?"

Tersenyum smirk, "masih aja ngelak Lo!"

"Emang Gue gak tau apa apa soal kebakaran Raksa. Bahkan, waktu itu Gue udah ke London."

"Kalo Lo emang di London. Terus siapa yang bawa kunci markas Raksa, hah!? Apa iya kunci yang harusnya ada di Lo, malah jalan sendiri!! Bahkan, Gue udah mulai percaya sama anak Guardian, malah Lo sendiri yang ngilangin kepercayaan itu. Bang*at Lo Val!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang