05 ; kenari dan kembali

7 1 0
                                    

Bangunan yang sudah puluhan tahun berdiri itu masih terlihat kokoh, walaupun sedikit kuno.

Toko itu memiliki ciri khas tersendiri, memiliki wangi seperti kenari. Sabintang dan sabulan memiliki beberapa kenangan di toko itu.

Sabintang menoleh ke arah sabulan yang sedang sibuk mengotak atik ponselnya.

"Udah gue bilang, mending lo tadi anter ketrin pulang aja."

Sabintang mengingat ulang kembali kejadian yang baru terjadi 20 menit yang lalu.

"Ketrin udah gue pesenin ojol. Kalo gue ga bareng lo nanti yang ada lo malah sama Janet."

Sabintang mengambil salah satu manik-manik rantai yang berada di rak, lalu menatap sahabatnya itu.

"Emangnya kenapa kalo gue bareng anet?"

"Anet?" Tentu saja sabulan kaget dengan yang dikatakan Bintang. Belum ada kenal sehari, sudah manggil sedekat itu.

"Iya. Nama Janet kek tokoh antagonis di sinetron yang pernah gue tonton. Gue benci banget sama itu tokoh, mangkanya gue panggil janet pake anet aja."

Sabulan hanya menganggukan kepalanya, pertanda mengerti.

"Janet juga bakalan jadi tokoh antagonis dikisah kita tang."

merasa sabulan tidak akan meresponnya lagi, kini bintang kembali fokus mencari barang yang sudah di note oleh vellyn.

Hingga 30 menit berlalu.

Kini mereka sudah berada di atas motor ninja sport hitam milik sabulan.

"Lo kalo mau bareng gue bawa motor beat aja napa."

kalimat dengan nada kesal tapi terdengar gemas itu keluar dari mulu sabintang.

"Bukan gue yang bareng lo. Tapi lo yang bareng gue."

"Gue ga pernah minta pulang bareng ya, lo yang nawarin!"

Bintang menepuk bahu bulan, melampiaskan kekesalannya.

"HAHAHA, emangnya kenapa kalo pake motor ini?"

"Gue takut jatuh, jadi suka peluk lo. Tapi malah dikira gay, sinting."

Sabulan hanya menunjukkan senyumnya, walaupun senyum itu tidak akan terlihat oleh sabintang yang berada dibelakangnya.

Jarak dari toko kenari kerumah sabintang tidak begitu jauh. Tanpa mereka sadari kini motor sport hitam itu sudah berhenti tepat di depan rumah bintang.

Rumah bintang tidak berada di daerah komplek. Jadi setiap jam segini, sekitaran jam 4 sore dini hari akan banyak ibu ibu yang berkumpul didepan rumahnya. Entah itu bergosip atau menyuapi anak mereka.

"Tuh kan lan, gue diliatin."

Sabintang turun dari motor sport hitam itu. Ya walaupun saat turun dia agak kesulitan.

"Terus? Masalahnya apa?"

"Nanti kita dikiranya yang aneh aneh."

"Gue ga masalah soal itu."

Spontan sabintang menatap curiga kearah bulan. Bulan yang ditatap hanya memiringkan kepalanya, bertanya 'kenapa?' secara tidak langsung.

"Gue curiga sama lo."

"Kenapa lagi sih tang."

"Sifat lo hari ini aneh. Lo biasanya tengil, ngeselin banget, suka gangguin sama ngatain gue. Tapi hari ini kek beda."

Sabulan menunjukkan senyumnya. Senyum yang terlihat aneh dimata sabintang.

"Gue kan tadi udah ngatain lo anjing pas nampar gue."

"Tapi cuma itu doang. Aneh tau ga sih lo."

"Suka-suka gue lah nyet."

Angin sore melewati mereka berdua, membuat poni sabintang sedikit berantakan.

"Buruan masuk, nanti makin digosipin sama tetangga."

Sabulan kembali menyalakan mesin motornya yang tadi sempat berhenti.

Lalu sabulan mengacak dan mengelus rambut sabintang, sebelum akhirnya ia melajukan motornya.

"Rambut lo udah ketiup angin, jadi sekalian aja gue berantakin."

Itu kalimat bulan yang terakhir kali didengar oleh sabintang pada hari ini.

TASURYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang