7

902 114 0
                                    

Hari ini adalah jadwal mengumpulkan tugas karangan bahasa Inggris dan Toro ditunjuk sebagai orang yang mengumpulkan tugas teman-teman sekelasnya

“(Name) tugasmu”

“Nah” (Name) memberikan tugas karangannya kepada Toro

“Trims” Sebelum Toro lanjut mengambil tugas yang lain Sho terlebih dahulu mengambil tugas milik (Name) dari tangan Toro dan membacanya. Sho mengerutkan keningnya ketika selesai membaca tugas itu “Bukannya kau pernah bilang ingin menjadi dokter hewan? Kenapa kamu tulis ingin menjadi seorang programmer?” yup sesuai dugaan (Name), Sho pasti akan kesal begitu selesai membaca tugas itu

“Kau sendiri tau kalau ibuku yang memaksaku kan? Lagipula jalan hidupku sudah ditentukan jadi… yaah- nikmati aja. Lagipula ada untungnya juga buatku jadi tidak masalah” Jawab (Name) sambil tersenyum diakhir, tentu saja Toro dan Sho tau apa maksud dari senyuman (Name) yang satu ini. Senyuman yang dulu dia sering tunjukkan yaitu senyuman yang digunakan untuk menutupi semua masalah yang dialaminya.

(Name) dapat melihat raut wajah Toro yang menunjukkan bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan besar yang membuat (Name) langsung menambahkan kalimatnya “Ini sama sekali bukan salahmu Toro jadi sebaiknya kau jangan merasa bersalah. Kau sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan keputusan ayahmu kok” ucap (Name) tersenyum simpul sambil menepuk pundak Toro dengan tujuan agar dia tidak perlu terlalu memikirkan ‘utang budi’ yang dimiliki oleh orangtuanya (Name) kepada ayahnya. Toro pun mengangguk mengiyakan dan melanjutkan aktivitas awalnya yaitu mengumpulkan tugas yang lain sedangkan Sho memberikan cireng yang baru saja dibeli kepada (Name) karena (Name) belum sempat sarapan tadi pagi

“Amu, tugasmu tolong dikumpulkan”

“Nih”

“Trims” Ucap Toro lalu dia membaca kertas milik Amu “Kau…. Mau jadi dokter?” tanya Toro dengan heran

“Nggak itu kemauan ibuku”

“Kenapa? Padahal kau suka menggambar. Kenapa nggak menjadi sesuatu yang kau inginkan?”

“Wah tumben kamu bahas hal kayak gini. Kenapa? Kamu lagi ada masalah?”

Toro terdiam sebentar “Nggak bukan apa-apa, aku cuman berpikir ‘kita’ ada di situasi yang sama”

Amu mengangkat salah satu kakinya di kursi dan menopang kepalanya pada tangan yang ada di atas meja sambil tersenyum penuh arti “menurutmu begitu?”

****

Niat awal (Name) saat jam istirahat adalah tidur, karena tadi Sho sempat memberikannya cireng yang lumayan banyak dan itu membuatnya kekenyangan hingga mengantuk “(Name)!!” Tapi sepertinya semesta tidak mengijinkan keinginannya menjadi nyata

“Paan?” Ucap (Name) dengan sinis karena melihat dua manusia yang kini sedang senyam-senyum kayak orgil

“Nanti bolos ke tempat teteh yuk!” Ucap Upi dengan semangat 46

“Ogah, ntar ketauan ama kak Umami mampus” balasnya dengan cuek, demi apapun (Name) paling malas kalau sudah berurusan dengan ketua keamanan putri itu

“Nggak akan ketahuan serius”

“Sekalinya tidak tetap tidak”

“Ayolah (Nameee), sekali ini aja”

“Kalo lu ikut gua topup-in”

(Name) mulai mengeluarkan seringaianya “Emang situ ada duit berapa buat nyogok?”

Upi langsung menarik Amu menjauh dari (Name) lalu dia mendekatkan kuping Amu pada mulutnya “Psst, kita patungan kau bayar 70% sedangkan aku yang 30%. Deal?”. “Tung-” Ucapan Amu langsung dipotong oleh Upi “Ok deal” Amu melongo sesaat dan saat ia ingin protes Upi menutup mulutnya

“Tenang aja (Name) sekarang ayo ikut!!” Upi langsung saja menyeret kedua temannya untuk bolos

*
**
***
****

“Cita-cita teteh?”

“Iya teh, dulu cita-cita teteh apa ya? Kalo boleh tau” Tanya Upi penasaran begitu pula dengan Amu yang mendengarkan dengan tenang dan jangan lupakan (Name) yang sedang fokus pada sesuatu hingga tidak terlalu mendengarkan

Akhirnya Teteh menceritakan bagaimana cita-cita dulu, yaitu menjadi seorang pemain tinju, tapi karena sebuah kejadian Akhirnya Teteh memilih untuk berhenti, menjadikan tinju sebagai hobinya saja dan beralih membuka warung bakso. “Kita ngga boleh ngutang lagi” bisik Upi

“Benar bisa-bisa kita dihabisi” Balas Amu

“Eh, gua ke toilet dulu bentar ntar balik lagi” Ucap (Name), Amu dan Upi hanya mengangguk dan (Name) langsung pergi dengan cepat hingga punggungnya tidak terlihat lagi

“Orang lain udah pada nemuin impian mereka. Sementara aku masih bingung mikirin passion sama hobi” Ujar Amu sambil memainkan trisula kw punya poseidon dan Upi yang sedang menikmati kuah kaldu bakso yang menggoda selera

“Hobi biasanya dilakukan hanya sebagai pelepas penat, atau juga sebagai obat stress” Suara lembut tapi seram terdengar oleh dua manusia itu yang membuat mereka terkejut

“Sedangkan passion adalah penjiwaan dalam suatu bidang. Jadi Amu dan Upi bukannya sekarang masih jam pelajaran?” Tanya Umami dengan senyuman yang menyeramkan

“I-iya kak… kita kira masih jam istirahat” Jawab Amu dan Upi dengan gemetaran

“Makasih banyak atas kerjasama teh, sayang sekali satu anak lagi berhasil lolos” Ucap Umami sambil bersalaman dengan teteh

“Sama-sama neng Umami” Balas teteh

“Teteh menghianati kita” ujar Amu

Upi mengangguk menyetujui ucapan Amu “(Name) juga, dia tetap licik seperti dulu”

Seperti biasa, mereka dihukum lagi. Mari kita lihat kemanakah (Name) di saat-saat sebelum Amu dan Upi ditangkap oleh Umami

Setelah gadis bersurai ungu tua pendek itu berlari cukup jauh, ia segera dikagetkan oleh pemuda bersuara hitam “Setidaknya biarkan aku beristirahat dulu! Kau jangan membuatku jantungan aku tidak mau mati dengan cara yang tidak estetik!” Protes (Name) kepada Sho

“Sudah tau Umami bakalan kerjasama bareng teteh tapi tetap ikut mereka berdua” Balas Sho sinis. (Name) tertawa pelan “Yah… mereka bilang bakalan mau topup-in game, siapa juga yang tidak mau menerima rejeki, karena sudah bolos jadi mending bolos sampe pulang sekolah”

Tanpa banyak protes Sho mengikuti ajakan (Name) untuk bolos, toh bolos atau tidak mereka tetap bisa mendapatkan nilai yang bagus [Untuk Sho doang, klo (Name) nilainya gak bagus-bagus amat tapi gak remed]





























A/N
AKHIRNYA KELAR USBN 😜💅✨

WEE!!! (Reader insert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang