"Oh". Karena aku hampir membiasakan diriku soal gagasan bahwa Jungkook tidak akan pernah melihatku dengan cara yang sama seperti aku melihatnya, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.
Pipi Jungkook memerah. "Pasti sekarang kau pikir aku ini orang mesum".
"Apa kau bercanda? Tidak. Tapi aku menceritakan itu padamu untuk...memikatmu atau sejenisnya".
"Pikiranmu lebih masuk akal".
"Benarkah?". Aku menaikkan kedua alisku.
"Jelas sekali".
"Aku bahkan tidak yakin apa yang sedang kita bicarakan".
Jungkook menghela napas dan meletakkan piringnya. "Maksudku adalah aku mengerti kalau kau tidak akan pernah tertarik padaku".Aku mengamati wajah Jungkook, berharap mendapatkan petunjuk, tapi wajahnya sangat tenang. Bahkan dia tak membalas tatapanku.
"Kau tidak tahu itu, aku benar-benar menyukaimu ketika aku berusia tiga belas tahun".
Senyum lemah melengkung di mulut jungkook. "Kau tahu, kau memperlihatkannya dengan cukup jelas. Saat aku berumur tujuh belas tahun, kau selalu bicara tergagap saat berada di hadapanku dan wajahmu berubah merah".
"Ya, begitulah. Kapan saja, aku akan menyambar kesempatan untuk membuat fantasi remajaku jadi kenyataan".
Jungkook menggelengkan kepala. "Lucu, tapi tidak. Para gadis tidak menginginkanku setelah mereka tumbuh dewasa. Atau setelah mereka mengenalku".
"Apa kau gila?". Tuntutku.
"Itu kenyataannya jihyo. Aku bukan pria yang diimpikan oleh pada wanita untuk membangun kehidupan. Mereka tidak hanya sekali berkencan denganku. Aku adalah pria yang mereka ajak tidur, aku adalah pria untuk hubungan sesaat, untuk pelarian. Terkadang mereka menggunakanku hanya untuk membuat seseorang cemburu karena aku terlihat menarik untuk dijadikan teman kencan".
"Mungkin kau membaca kisah yang salah". Kataku lembut, kemudian menelan ludah, melawan rasa gugup. "Kalau aku menulis buku, kau jelas akan menjadi pemeran pria utamanya. Kau manis, lucu, pengertian, protektif—"
"Aku tahu kau hanya mencoba untuk menghiburku, tapi...itu berhasil". Senyum Jungkook membuat hal-hal aneh terjadi padaku.
"Oh ya? Bagus. Sekarang aku tidak ingin mendengar lagi hal-hal tak berguna darimu, jeon jungkook. Kebetulan aku berpendapat kau itu mengagumkan, dan pendapatku selalu benar".
"Benarkah?".
"Tanyakan pada siapa saja. Yuna pasti akan mendukungku".
Jungkook tertawa. "Itu tidak adil. Kalian berdua sudah berkomplot untuk melawanku selama bertahun-tahun".
Tapi Jungkook terlihat lebih ceria ketika kami kembali bekerja. Ketika dia mengantarku pulang beberapa jam kemudian, dia memberitahuku.
"Wawancara besok?".
"Ya. Aku siap".
"Aku akan sampai disini setengah jam sebelumnya".**
Mom sudah pulang saat aku masuk. Dia sudah menyiapkan makan malam dan terlihat pria asing yang membelakangi meja, aku yakin itu seojoon, teman Kencan mom.
"Aku perlu mandi sebelum makan malam". Teriakku mengarah langsung ke lantai atas.
"Oke sayang".Hari berikutnya, Jungkook datang tepat waktu, seperti yang sudah Dijanjikannya. Aku sudah mengganti pakaianku empat kali sebelum memutuskan untuk memakai rok pensil hitam ketat, kemeja putih. Aku terlihat cantik menurutku, itu terbukti karena jungkook benar-benar tercengang melihatku.
"Aku tidak akan mempekerjakanmu kalau kau berpakaian seperti itu". Katanya.
"Apa? Kenapa tidak?".
"para pria dikantor tidak akan bisa bekerja karena sibuk melirikmu".
Aku tersenyum lebar saat Jungkook mengangkatku untuk mendudukanku didalam truk, tapi kali ini tangannya bertahan di pinggangku, dan dia tidak langsung melangkah mundur. Aku membuka lututku seinci lebih lebar sehingga kain celana jeans nya menggesek kakiku, tarasa seksi.
"Kau sadar Kalau itu diskriminasi".
Dengan lembut, Jungkook menyelipkan sehelai rambut kebelakang telingaku. Getaran menjalar dalam diriku ketika jemarinya mengenai leherku. Bibirku membuka, aku ingin melengkungkan jemariku kelubang ikat pinggangnya dan menariknya mendekat. Membayangkan Jungkook yang bertelanjang dada sudah mengisi banyak waktu pribadiku selama bertahun-tahun.
"Aku sedang mencoba menaikkan kepercayaan dirimu. Kelihatannya aku tidak terlalu ahli dalam hal itu".
"Tidak. Itu tadi hebat. aku akan mengambil kata 'terlalu seksi untuk dipekerjakan' daripada 'sayangnya tidak memenuhi syarat'".
"Tapi kau akan mendapatkanya". Kata Jungkook. "Mereka pasti gila jika tidak menerima wanita cantik untuk mengisi meja resepsionis mereka".
"Terimakasih". Aku meletakkan tangan dirahang Jungkook dan mencondongkan tubuh untuk mencium pipinya. Jungkook mengejutkanku dengan menerima ciuman itu dengan bibirnya. Begitu hangat, membuatku menahan agar tidak menggigit bibir bawahnya, memohon lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE J.J (END)
RomanceMencintai kakak dari sahabat sendiri itu sungguh memalukan. ~jihyo Aku sangat menginginkanmu sejak dulu. ~jungkook Mature 21+! Di bawah umur Jangan baca ya