"Semuanya terlihat bagus". Kata Dahyun, berdiri dalam siluet yang sempurna di ambang pintu.
"Tentu saja, akan ada beberapa penampilan secara profesional selama seminggu peluncuran. Pesta, pembukaan, wawancara. Kami ingin menempatkanmu di barisan depan media nasional sesering mungkin. Apa kau familier depan sweeps?".
Jungkook menggelengkan kepala. "Maaf, aku tidak terlalu mengerti soal pertelevisian"
Hal itu sepertinya membuat wanita itu girang, mungkin karena itu jungkook tidak akan berubah jadi diva yang haus ketenaran dengan begitu cepat. "Aku akan menjelaskannya nanti. Setelah kami mendapatkan persetujuan, aku akan mengirimkan kontraknya lewat email. Tapi...kita agak terlalu banyak menduga-duga". Dahyun menyentuh lengan jungkook, sambil tersenyum. "Meskipun begitu, aku mempunyai firasat yang bagus, bukan begitu?".
Jungkook balas tersenyum. "Kau sudah begitu baik".
Aku berdiri, menelan desahan, karena aku punya ide gila kalau aku bisa berjalan diantara mereka dan tidak akan ada yang akan melihatku.
Dahyun menambahkan. "Silakan pesan makan malam ke kamarmu. Biasanya aku akan mengajakmu keluar untuk merayakan, tapi kupikir hari ini adalah hari yang cukup sibuk".
"Jelas sekali". Jungkook terlalu tampan untuk kebaikannya sendiri. Dalam kemeja biru, dia bersinar dengan daya tarik penuh membuat para wanita ingin melahapnya.Dari ekspresi Dahyun, dia akan melahap jungkook untuk sarapan. "Aku akan mengantarmu ke bawah dan memastikan sopirmu sudah siap untukmu".
Aku tidak berkata banyak dalam perjalanan pulang. Jungkook menceritakan padaku semua yang telah mereka diskusikan, dan aku banyak mengangguk. Antusiasme jungkook sangat menular, tapi aku tidak merasakan apapun kecuali lilitan yang membelit pernapasanku, sehingga detak jantungku terasa salah.
"Kau diam sekali". Jungkook menyadari ketika kami keluar dari gedung.
"Ini adalah hari yang panjang".
"Bagaimana menurutmu?".
"Ini adalah kesempatan yang menakjubkan". Kataku jujur.
"Aku bahkan tidak bisa...". Saat kami masuk lift, jungkook terdiam, menggelengkan kepalanya. "Begitu sulit memahami semua ini. Seorang wanita mengirimkan email, mengklik tautan...dan semua ini".
Aku memaksakan senyuman. "Itu karena faktor X mu".
Sambil tersenyum lebar, jungkook mengangkatku kepelukannya. Pasangan yang lebih tua dari kami sedang menunggu di lantai sebelas ketika pintu membuka, tapi jungkook hanya tersenyum pada mereka dan menggendongku di sepanjang lorong menuju kamar kami. Aku memergoki si wanita resepsionis melirik jungkook saat ia menurunkanku di luar pintu."Kau yakin kau baik-baik saja?". Jungkook menyadari senyumku yang kaku saat kami bersiap tidur.
"Apakah akan aneh jika aku menghubungi Yeri agar aku bisa melihat happy? Aku merindukannya".
Tatapan jungkook melembut. "Tidak sama sekali. Kau begitu menggemaskan, kau tahu itu kan? Dan jangan khawatir, kita akan kembali ke rumah pada jam ini besok".**
Setelah kembali dari seoul, kami seakan berada dalam mode menunggu.
Aku mendapat nilai A dalam kelas online ku, semuanya berjalan baik. Secara keseluruhan tak ada yang berubah.
"Dengarkan yang satu ini". Kata jungkook sambil tertawa.
'Dear jungkook, aku pasti akan memesan meja samping tempat tidur, sehingga aku bisa memasang fotomu. Akan sangat berarti bagiku kalau kau membalas pesanku. Penggemar terberatmu, karina".
Aku berhasil tersenyum. "Kau seharusnya memulai bisnis trading card dengan berbagai macam pose".
Jungkook tertawa dan mencium pelipisku. "Imut sekali. Sungguh aneh ketika kau mengatakan sesuatu seperti itu. Tidakkah mereka menyadari kalau aku hanya pria normal?".
"Kau tidak pernah hanya".
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE J.J (END)
RomanceMencintai kakak dari sahabat sendiri itu sungguh memalukan. ~jihyo Aku sangat menginginkanmu sejak dulu. ~jungkook Mature 21+! Di bawah umur Jangan baca ya