chapter 7

313 45 6
                                    








Tidak ada baju dalam bersih, jadi aku memilih untuk tidak memakainya. Aku mempertimbangkan untuk mengatakan hal ini saat sarapan di kamar jungkook, tapi itu berarti tidak akan ada pengerjaan renovasi rumah. Saat kami makan, aku berkata. "Jadi dari sudut pandangku, kita bisa jadi pekerja yang baik hari ini. Atau..kita bisa kembali ke ranjang karena kau tidak perlu pergi kemanapun sampai nanti malam".
Garpu jungkook berhenti ditengah jalan saat menuju ke mulutnya. "Maksudmu?".
"Ini hanya soal prioritas". Godaku. "Apa kau seorang hedonis atau seorang pragmatis?".
"Jelaskan".

Aku menyadari aku menggunakan dua kata yang tidak dimengerti jungkook dan aku tidak memberikan konteks yang cukup baginya untuk memikirkan maksudnya. "Hedonis, hidup untuk kenikmatan. Pragmatis, mendahulukan pekerjaan".
"Hmm", meskipun begitu ekspresi jungkook tidak menunjukan rasa malu yang kulihat sebelumnya.
"Jadi yang mana?".
"Apa menurutmu aneh jika aku ingin mengerjakan renovasi?".
Aku menggeleng. "Tidak, meskipun aku bertanya-tanya alasannya".

Jungkook menggigiti bibirnya selama beberapa detik sebelum mengakui. "Aku menikmati antisipasinya. Setelah kita bercinta, semua pertanyaan akan terjawab, tapi saat ini kita hanya bisa membayangkannya. Semuanya, sementara menunggu membuatku gila, aku...juga sangat menginginkannya jihyo". tatapan jungkook bertemu dengan tatapanku, begitu gelap, dengan mata hitam yang tajam.
"Kalau begitu aku penasaran kenapa kau membiarkanku—"
"Menyentuhku? Aku membutuhkannya, jihyo, sangat. Kau tidak tahu seberapa banyak. Tapi aku tidak ingin terburu-buru dengan sisanya".
Aku akan membuatnya terasa nikmat bagimu. Sedikit saja. Ayolah, kau tahu kau menginginkannya.
Pipiku panas saat membayangkan mengatakannya pada jungkook. Aneh sekali, melawan dorongan untuk mendesak seorang pria agar bercinta. Kau gila jihyo. "Oke, kalau begitu, renovasi".

Jungkook ragu-ragu, jelas terlihat khawatir. "Apa kau kecewa?".
"Tentu saja tidak. Kau bukan seekor kuda pembiak. Jika kita bercinta, kau harus siap secara emosional dan menginginkannya sebesar aku menginginkannya juga".
"Ketika". Ucap jungkook lembut. "Bukan jika. Tapi aku harus menjernihkan pikiran dulu. Aku baru saja putus dengan Yeri, dan aku bersamanya karena alasan-alasan yang salah. Sekarang aku punya masalah dengan Keluargaku, dan aku tidak ingin menggunakan mu sebagai jalan pelarian".
Aku sedikit gemetar saat jari jungkook mengusap pipiku. "Bagaimana kalau aku bersedia dimanfaatkan?".
"Kau seharusnya tidak begitu sayang".
Brengsek, jungkook benar dan itu manis sekali, aku tidak tahan lagi. "Baiklah, kalau begitu kita buat kemajuan untuk rumah ini".

Kami bekerja selama enam jam, kemudian jungkook mengantarku pulang untuk bersiap-siap makan malam. "Aku akan kembali dalam sejam. Apa itu cukup lama?".
Aku meringis. "Kalau kurang, kau harus menunggu".
"Setuju".
Mom pulang saat aku sedang mandi. Dia meneriakkan sesuatu padaku, tapi aku tidak mendengarnya, jadi aku balik berteriak. "Beri aku waktu sepuluh menit Mom".

Akhirnya aku turun dengan menggunakan jubah mandi ku, dan menemukan seojoon oppa dan dua orang tua duduk diruang tamu. Ya ampun, mata seojoon sedikit melebar sementara si wanita mengerjap karena penampilanku yang acak-acakan. Melirik kebawah, aku melihat jubah mandiku terbuka dan aku cepat-cepat menutupnya, tanganku gemetar.
"Jihyo, ini adalah orangtua seojoon. Kami semua akan pergi makan malam".
Rasa malu terasa mencekikku, tapi tidak ada cara lain selain memainkan ini tanpa pakaian yang layak. "Senang sekali bertemu dengan kalian. Kuharap kalian menikmati makan malam ini. Aku harus bersiap-siap untuk pergi juga, aku sungguh minta maaf". Aku melemparkan senyum singkat dan pergi.

Ya Tuhan, aku mencoba untuk menguasai diriku sebelum jungkook tiba, tapi aku masih mengenakan jubah mandiku dan hampir menangis ketika bel berbunyi. Aku berjingkat kelantai bawah, lututku gemetar. Tapi untungnya mereka sudah pergi. Ketika membuka pintu, jungkook bertanya. "Apa kau baik-baik saja?".
Tatapannya tertuju diwajahku, dengan buru-buru aku memberitahunya tentang kejadian yang memalukan itu di depan orang tua seojoon. Dia membopongku dan membawaku menuju sofa kemudian mendudukanku, memelukku dan mengusap punggungku.
"Apa ada yang bisa kulakukan untuk membuatnya lebih baik?". Jungkook akhirnya bertanya.
Aku menghembuskan napas. "Kau sudah melakukannya".
"Kau tidak perlu pergi malam ini. Tidak apa-apa. Aku tidak—"
"Tidak, aku ingin pergi. Kecuali kau tidak bisa memberiku waktu duapuluh menit".
"Aku akan memberimu lima belas tahun". Kata jungkook pelan.

LOVE J.J (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang