chapter 6

312 48 12
                                    

Setelah mengamati wajahku selama beberapa detik, mata ibuku melebar. "Bagaimana dengan Yeri?".
"Mereka putus".
Kedua alis Mom melesat naik. "Kapan? Ibunya tidak mengatakan apapun padaku soal itu?"
"Dua hari yang lalu". Aku mengakui dengan tatapan rasa bersalah.
"Kalau begitu berhati-hatilah, jangan melakukan sesuatu yang melewati batas".
Sambil menyeringai, aku berkata. "Jika itu aku lakukan, aku akan merekamnya untuk Mom".
"Pergi. Kau sama sekali bukan putriku, kan?"
"Aku putri yang tertukar" gumamku. "Mom mengatakan sesuatu tentang karaoke saat seojoon oppa kesini kan? Kapan mom akan pergi? Dan apa mom keberatan jika aku mengundang Mina dan Jungkook?".
"Kau benar-benar berpikir mereka mau pergi?"
"Kita tidak akan tahu sampai kita bertanya mom".
"Tentu saja tidak apa-apa, aku akan bicara pada seojoon dan mengabarimu lagi sayang". Mom sepertinya merasa bingung karena aku ingin menghabiskan waktu bersama-sama. Aku hanya ingin mengenal calon pendamping ibuku lebih jauh.
"Kedengarannya hebat". Aku mengambil mantelku dari lemari dilorong, memakainya dan berhenti di pintu depan. "Aku tidak tahu pasti apa aku akan pulang malam ini".
"Jangan melakukan apapun yang tidak akan kulakukan jihyo". Melihat tatapanku, ibuku mencoba lagi. "Berhati-hatilah, buat keputusan yang tepat".

Aku tersenyum lebar, lalu melangkah keluar dan menuju jalan masuk. Kali ini aku mendapati Jungkook sedang tidak siaga dan melompat masuk truk sebelum dia bisa membuka pintu. "Apa yang sedang kau baca?". Tanyaku.
"Tentu saja ceritamu". Dengan seringai jahil, Jungkook mengangkat binder yang entah bagaimana di selundupkannya dari kamarku.
"Apa kau Bercanda?" aku memukul lengannya. Tapi aku tidak berusaha mengambil binder itu. Saat Jungkook memundurkan truk dari jalan masuk, ia menambahkan. "Ini menarik sekali. Ceritanya sudah membuatku penasaran walaupun dihalaman pertama".
"Kau terlalu berlebihan Jungkook, tapi aku akan Membiarkan mu menyimpannya".
"Aku akan berkelahi denganmu untuk mendapatkannya". Kata Jungkook.
"Hei, jangan menyepelkanku. Aku suka berkelahi". Kemudian terlintas di benakku untuk mengikutsertakan dirinya dalam rencana yang baru terbentuk itu. "Jadi Mom punya kekasih dan dia punya beberapa studio karaoke, apa kau tertarik untuk ikut karaoke? Aku berencana untuk mengundang mina juga, kau masih ingat dia?"

Jungkook mengingat-ingat selama beberapa detik, kemudian menggeleng. "Maaf. Kecuali mereka bermain olahraga tertentu, aku tidak kenal banyak adik kelas ketika aku lulus, hanya kau dan yuna".
"Tidak relevan, karaoke, ya atau tidak?".
"Aku tidak janji untuk bernyanyi, tapi aku akan pergi".
Terpikir olehku bahwa kami banyak menghabiskan waktu bersama, dan Jungkook tidak pernah cerita soal berkumpul dengan teman-temannya. "Apa yang biasanya kau lakukan untuk bersenang-senang?".
"Ke Bar olahraga. Setiap beberapa minggu aku berkumpul dengan teman-teman se tim yang masih berada disini. Sahabat dekatku". Sambil merenung, jungkook menambahkan. "Aku punya beberapa teman gym, tapi kami tidak melakukan lebih dari gerutuan dan anggukan saat kami olahraga".
"Dalam dan sangat menyentuh"
"Bukan seperti itu aku dikenal". Katanya. "Lagipula aku bergabung dengan banyak ikatan basket, sepak bola, bisbol—"
"Oke, sekarang aku mengerti, kau adalah serigala penyendiri, yang melakukan hal-hal sendirian".
Jungkook melemparkan lirikan sekilas padaku. "Tidak harus selalu begitu. Ada saat ketika seorang pria merasa lelah bersenang-senang dengan sesama pria, dan dia hanya menginginkan satu wanita saja".
"Apakah itu benar, spartacus?"
Jungkook merona ketika menyadari perkataannya. "Tidak. Maksudku—bukan berarti ada yang salah dengan hal itu—kalau itu maksudmu, tapi pria tidak akan menginginkan seorang wanita, oh kecuali dia—"
"Tidak apa-apa, aku tahu maksudmu". Aku memutuskan untuk tidak menggoda Jungkook lagi. Buku-buku jarinya memutih karena mencengkram setir terlalu erat,kemungkinan merasa frustasi karena kata-katanya keluar dengan kikuk, membuatnya terdengar bodoh. "Keluar untuk minum-minum tentu menyenangkan, tapi setelah beberapa lama, kau punya dorongan untuk hidup mapan".
"Kurang lebih". Ujarnya pelan.
"Aku minta maaf, itu tadi tidak sopan".
"Kau memang lucu, jihyo. Aku tahu itu. Sangat cerdas dan lucu".
"Ya, tapi humor hanya dikatakan berhasil jika kau membuat orang tertawa. Kalau menyakiti mereka, maka itu jadi perbuatan jahat. Karena itu, membuatku jadi orang brengsek".

LOVE J.J (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang