◌Chapter 3◌

296 37 5
                                    

Di sebuah balkon kamar apartemen, seorang gadis duduk sambil menghisap rokok. Pikirannya melanglang buana, apa dia bisa melakukan misi ini seorang diri?

Kebenaran memang harus di temukan, tapi tidak semudah yang dibayangkan. Entah membutuhkan berapa lama semuanya akan terungkap.

Kejadian itu terjadi satu tahun yang lalu, dimana seorang pria yang begitu ia cinta menemuinya di sebuah gedung. Mengucapkan perjanjian dan salam perpisahan tanpa sebab yang jelas.

Mengingat itu tangan si gadis terkepal kuat, kenapa harus salam perpisahan? Semesta sangat jahat, mempertemukan lalu memisahkan. Ini tidak adil.

Drtt... Drtt...

Lamunan gadis itu buyar, dia mengambil handphonenya lalu menerima panggilan suara yang berasal dari ayahnya.

"Sayang, ayah tahu kau tidak masuk mata kuliah. Kemana saja kau tiga hari ini, hah?"

"Aku sakit ayah." dalih Melody.

"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang paling besar."

Melody mendengus, "Ayah, Melody ada keperluan, Melody gak masuk kuliah dulu."

Terdengar decakan di sebrang sana, "Jauhi apapun yang melanggar hukum, kau calon pengacara, sayang."

"Sudah kukatakan aku tidak ingin jadi pengacara, aku kuliah hanya untuk mengisi waktu luang dan mendapatkan gelar sarjana."

"Melody Aurelie Anggara!"

Melody mematikan telponnya sepihak, ia menyimpan handphone nya dan kembali menghisap rokok. Menjadi pengacara tidak pernah terpikirkan olehnya, dia sebenarnya sering merasa kesal jika ayahnya jarang pulang, ibunya pun sibuk dengan pasien-pasien sampai melupakan anak semata wayangnya yang butuh kasih sayang.

Yang ia miliki dan percaya hanyalah Black wolf, geng yang ia buat dan banyak di cap buruk oleh masyarakat. Tapi bagi Melody, geng itu adalah hidupnya, ia menemukan kasih sayang dan keluarga di sana.

Melody bukan introvert yang sangat suka kesendirian, dia juga bukan Ekstrovert yang tertarik dengan keramaian. Dia hanya ambivert yang suka kesunyian tapi juga menyukai keramaian.

Sifatnya yang selalu ingin bebas tanpa dikekang membuat dia lebih nyaman mengikuti kata hatinya. Dia bukan anak kecil yang selalu menuruti apa kata orang lain. Dia lebih suka berekspresi melalui apa yang dia suka.

"Lihatlah, murid baru SMA Sriwijaya yang berpakaian sopan dan bermuka polos ternyata bertolak belakang dengan kelakuan diluar, liar."

Deg.

Melody menoleh ke arah balkon sebelah kiri kamarnya, seketika matanya melotot melihat sosok pria yang menatapnya dengan seringai licik.

"Gavin, lo--"

"Iya, ini apartemen gue."

Sial, kenapa bisa Melody lengah. Harusnya apartemen ini aman, tapi ternyata dia salah. Bagaimana ini?

"Gak usah dimatiin, lanjutin aja." Gavin tersenyum ketika Melody menatapnya datar, gadis itu mematikan rokoknya.

"Apa yang lo mau dari gue?" tanya Melody menaikkan sebelah aslinya.

Gavin mengerutkan kening, dia mendesah kecil lalu membalikkan badan ke arah Melody. Melody menunggu jawabannya.

"Gue mau tahu semua tentang lo."

"Oh, kalau itu gue gak akan turutin permintaannya. Kalau lo mau tahu, cari tahu sendiri."

Melody berdiri dari duduknya lalu berjalan memasuki kamar tapi Gavin kembali berbicara membuat Melody terpaku.

"Jadi pacar gue!"

Melody berbalik, dia menatap Gavin dengan tatapan tajam. Gavin tersenyum, dia membasahi bibir membuat Melody semakin terdiam.

"Gimana?" tanya Gavin tak di jawab oleh Melody, "Kalau lo jadi pacar gue, gue gak akan kasih tahu orang-orang sifat asli lo."

Melody berdecih, "Gue udah punya pacar."

"Gue tahu."

Deg.

Tatapan Melody semakin tajam, dia mengambil sesuatu dari belakang bajunya dan mengarahkannya pada Gavin, Gavin mengangkat tangannya dan menggeleng.

"Tahu apa aja lo tentang gue?"

"Turunin dulu pistolnya baru gue jawab." ucap Gavin sedikit takut.

Melody tersenyum miring, "Gue serius, jawab gue!"

Perempuan ini gila apa bagaimana? Pistol itu asli, cara memegang dan posisi pun tidak diragukan, sebenarnya siapa Melody?

"Gue gak tahu apa-apa, gue cuma nebak."

Melody menatap tepat di mata hazel Gavin mencari kebohongan, ia perlahan menurunkan pistolnya. Melody berbalik dan masuk ke kamarnya.

***

~01-04-2022~

Angel BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang