Aktivitas

59 12 0
                                    

"Mrrrrgh~" Akaashi memijit pelipisnya yang berdenyut, kepalanya seakan berasap.

Terlalu lelah karena berpikir.

Udai yang melihat editornya seperti itu menjadi gugup, takut salah bicara.

"Mas Akaashi, mau istirahat dulu? Harinya memang cukup panas..."

Akaashi mengangkat wajahnya dari draft penuh kertas warna-warni, kulitnya terlihat pucat tak berwarna... dengan senyum manis yang mengembang.

"Benar juga.. Ahh, ini juga sudah jam 2 siang... Saya pamit sebentar untuk sholat Dzuhur."

Udai mengangguk, "Iyaa tak apa."

Sepeninggal Akaashi dari ruangan meeting, Udai segera mengambil botol air dan sebuah onigiri dari tasnya.

Sebagai nonis, Udai selalu menahan diri agar tidak makan minum dihadapan Akaashi --yang noteben juga sedang puasa.

Hari ini adalah hari pertama puasa, namun siapa yang menduga jika Akaashi harus ke kantor di hari Sabtu. Selain kurang tidur dan dari awal sudah kelelahan, tentu Akaashi cukup lemas untuk berkegiatan di siang hari.

Setelah 20 menitan, Akaashi kembali ke ruangan dengan wajah yang lebih segar--terimakasih untuk air wudhu yang menyegarkan kulitnya.

Sebenernya tidak ada yang aneh, tapi sebutir nasi yang tertinggal di sudut bibir Udai membuat Akaashi menjadi merasa bersalah.

"Mas Udai... Kalau Mas mau makan sebenarnya ga papa, bilang aja Mas. Saya jadi ga enak juga kan kalau Mas diam-diam gitu."

Udai yang kepergok melotot, dengan panik ia menyapu wajahnya sendiri. "E-eh? Engga ko! Engga papa!"

"Baiklah, Mas..." Akaashi hanya mengangguk tanda mengiyakan, toh kalau bersikeras juga takutnya malah emosinya yang tersulut--karena bersikeras meminta Udai untuk makan.

Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing, sesekali berdiskusi mengenai ide yang menarik pembaca dalam pengembangan cerita dan tokoh.

.
.
.

Mendekati jam setengah 5 sore Akaashi bersiap untuk pulang, membereskan meja yang berantakan dan dipenuhi kertas-kertas.

Pereperepere~ Terdengar nada pesan masuk dari handphone Akaashi, chat dari Bokuto.

"De Keiji dah mau pulang kan? Ku jemput ya? Sekalian kita nyari tempat bukber! Dah lama ga ngabuburit keliling Jakarta."

Sejenak Akaashi berpikir, apa ia ajak rekan kerjanya juga?

"Ka Kou, kalau ku ajak Mas udai boleh?"

Tak berapa lama balasan dari Bokuto masuk.

"Ho'oh, ga papa ajak aja 😀👍🏻"

Mendapat respon bagus, Akaashi menoleh ke arah Udai yang juga tengah membereskan bahan revisian yang harus ia kerjakan.

"Mas, mau ikut aku bukber sama ka Kou ga?"

Udai yang terlihat kusut sejenak terdiam, "Boleh, tapi aku kemari pakai Grape gimana?"

Akaashi mengacungkan jempolnya, "Aman, ka Kou ke Jakarta sama Kouji."

Kouji adalah nama untuk mobil pribadi Bokuto, Suzuki Ignis warna mate-gold.

Kouji adalah nama untuk mobil pribadi Bokuto, Suzuki Ignis warna mate-gold

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar itu wajah kusut Udai sedikit berbinar cerah, "Aku ikut!!"

.
.
.

Jika ditanya apa yang Bokuto lakukan di Jakarta, dari menyiapkan makan sahur hingga mengantarkan Akaashi pergi ke kantornya.

Bokuto berolahraga seperti biasa, lari kecil di pagi hari. Membantu membereskan rumah sahabat yang cukup berdebu--tanpa sepengetahuan yang punya rumah, tentunya.

Bersantai di atas sofa hingga waktu sholat Dzuhur berkumandang, meminjam Al-Qur'an Akaashi dan mengaji.

Lanjut mengurus cucian yang tadi pagi ia jemur, kembali bersantai di depan kipas angin yang masih memberikan hawa hangat. Menghubungi keluarganya yang jauh berada di kota yang berbeda, mengatakan bahwa ia akan pulang beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri.

Hingga jam menandakan waktu sholat Ashar, setelah melaksanakan kewajiban ia berpikir untuk menjemput Akaashi dan mengajaknya bukber.

Mengingat hari ini puasa pertama, tidak ada salahnya untuk menikmatinya dengan makan di luar bukan?

.
.
.

Meski menjadi perantauan tidak bisa merasakan sholat tarawih pertama, bangun sahur bersama, atau pun menikmati buka bersama keluarga tersayang.

Paling tidak masih ada teman yang dapat diajak untuk pergi bersama.

*****

Author Note :

Sedikit penjelasan karena dirasa perlu.

Bokuto Kotaro
- Pemain Voli Nasional
- Usia 28 tahun
- Islam
- Tempat tinggal saat ini di rumahnya sendiri yang berlokasi di Bandung, dekat dengan timnas Voli.
- Jika ditanya apakah rambutnya dicat, jawabannya tidak. Itu warna asli karena dia memiliki kelainan genetik.

Akaashi Keiji
- Editor dari penerbitan terkenal di Jakarta
- Usia 27 tahun
- Islam
- Tempat tinggal berada di Jakarta Selatan dengan rumah kontrakan yang sedang ia cicil sebagai rumah pribadinya nanti.

Udai Tenma
- Ilustrator yang mencoba menerbitkan komiknya
- Usia 31 tahun
- Kristen Protestan
- Karena semenjak sekolah dia dikelilingi teman-teman dengan agama yang sama, dan baru dekat dengan yang beragama berbeda ketika di usia 20an, ia terkadang takut salah bicara dengan orang-orang. Karena itu ia selalu bersikap ramah dan terkadang suka tidak enakan.

Sebenarnya dibagian ini aku jadi rada galau, anak rantau selalu diuji mentalnya dengan topik keluarga 👉🏻👈🏻

But, it's okay. Jika masih ada orang di rumah, kita masih bisa menghubungi mereka dengan ponsel. Video call meski jaringan terkadang tak begitu bagus.

Yup, see you on next chapter~

02042022

Sowlmate in RamadanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang