Bonus Chapter : Period

62 14 7
                                    

WARNING!!! Disarankan untuk di baca di malam hari karena ada pembahasan tubuh wanita yang terkesan sensitif. Genderbend!!!

.
.
.

"De, malam ini sholat tarawih kan?" Seru seorang wanita dengan surai dwi warna, tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia baru saja selesai mandi.

Tinggi semampai dengan tubuh berisi terkesan atletis, lengan kekar dan perut ramping yang kencang. Paha padat dengan betis kokoh.

Tubuh model gitar spanyol dengan aset wanita yang masih menonjol. Wanita cantik yang terkesan cukup maskulin.

"Iya ka." Sahut yang lebih muda tanpa menoleh, masih sibuk dengan layar laptopnya.

Perempuan yang lebih muda satu tahun dengan rambut ikal seleher yang di kuncir seadanya. Kacamata minus bertengger di depan mata sayu dengan bulu mata lentik.

Tubuhnya cukup montok dan terkesan lebih lembut, dadanya kecil, dan perut berlipat ketika duduk. Bisa terlihat stretch mark tipis dari bawah daster pada pahanya yang berisi, efek berat badan yang tiba-tiba naik.

Gyuuu~uut! Sepasang lengan kekar memeluk lehernya, sesuatu yang empuk juga menyenggol lehernya.

"Masih belum selesai De? Ntar kemalaman lo mandinya."

Akaashi bahkan bisa mencium aroma shampoo yang Bokuto pakai.

"Mmhu~ bentar aku simpan ini dan..."

Ctak. Ctak. Ctak. File tersimpan, laptop dimatikan.

"Aku mandi bentar ya ka." Akaashi melepas kacamatanya.

"Hu'um."

Begitu ia di kamar mandi, Akaashi yang tengah menanggalkan pakaiannya tenggelam dalam pikiran negatif.

Ia memperhatikan pantulan wajahnya di cermin, pipi chubby, kantong mata.

"Umm... apa sebaiknya aku beli masker mata ya?"

Akaashi lanjut memperhatikan tubuhnya, ia meraba dadanya sendiri. Berpikir kedua gumpalan lemak ini takkan pernah bisa bersaing dengan Bokuto.

Bagaimana tidak? Ukuran cup bra mereka saja sangat berbeda!

Bahkan untuk tinggi badan, Akaashi pikir dirinya dengan tinggi 172 cm sudah sangat tinggi untuk ukuran wanita. Ternyata atlit voli profesional yang menjadi sahabatnya ini kini setinggi 187 cm, padahal ia ingat dulu jarak tinggi tidak begitu jauh.

Tapi paling tidak... yang lain?

Akaashi meraba perutnya, cukup lembut dan mudah diremas. Pinggul dan paha terdapat stretch mark. Meksi tubuhnya cukup tinggi, Akaashi masih merasa kecil karena Bokuto yang cukup bongsor.

"Apa aku olahraga lagi saja ya?"

Jujur, Akaashi sedikit iri dengan tubuh Bokuto yang semakin kuat dan sehat seiring waktu. Dibandingkan dengan dirinya, Akaashi kehilangan tubuh ramping dan otot yang ia bangun. Semuanya menjadi begitu lembut.

Kurang sehat karena tidur larut dan makan tidak teratur, bahkan di suatu waktu Akaashi tidak mengalami menstruasi.

Ia... minder.

"Ah! Diamlah!" Akaashi menyiram wajahnya dengan air, mencoba menghilangkan suara berisik di dalam kepalanya.

Pikiran negatif dan overthinkingnya suka mengambil alih ketika ia kelelahan.

.
.
.

Untungnya, sesi mandi yang menyegarkan membantu Akaashi rileks dari lelahnya duduk sepanjang hari.

Sowlmate in RamadanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang