I'm dying

2.6K 128 20
                                    


Lagi-lagi tubuh kurus Seungkwan dipenuhi memar. Mulai dari pipi, perut dan dada yang kebiruan karena menerima belasan tonjokan dan tendangan. Dan kini kakinya pun pincang saat berjalan.

Sungguh malang nasibnya, namun tak ada satu orang pun yang berani menolongnya karena takut jika harus berurusan dengan Vernon sang ketua geng paling populer di SMA Pledis.

Semuanya berawal dari satu bulan yang lalu, saat pemuda berpipi cubby tersebut menyatakan cinta pada sang ketua geng yang terkenal bringas. Awalnya tak ada niatan untuk Seungkwan menyatakan cintanya pada Vernon, namun setelah memantapkan diri ia pun akhirnya memutuskan untuk menyatakan cinta pada sang pemuda berparas bak pangeran tersebut.

Namun semua tak semulus apa yang Seungkwan pikirkan. Vernon menolak cintanya dan bahkan mengatakan bahwa Seungkwan "menjijikan".

Setelah tau Seungkwan menyukai sesama jenis, semua orang pun mulai menjauhinya termasuk Moonbin sahabat Seungkwan. Ia pun mulai dirundung oleh vernon dan kawananya, membuat hari-hari Seungkwan di sekolah bagaikan di dalam neraka.

Sungguh hancur hati Seungkwan kala ia mendengar kata-kata umpatan dan hinaan yang keluar dari mulut Vernon. Setiap ahri ia harus menelan cacian dan makian itu seorang diri. Tak ada seorang pun yang memihak padanya, bahkan sekolah pun nampak tak acuh padanya.

Semua ini salah Seungkwan. Andai saja ia memendam perasaannya dalam-dalam dan tidak pernah mengungkapkannya, mungkin nasibnya tak akan seburuk sekarang ini. Tidak. Andaikan saja ia tidak pernah jatuh cinta dengan Vernon, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.

GEDEBUG! Seungkwan terjatuh ke tanah.

"apa kau tidak bisa berjalan dengan benar?" ucap Vernon ketus seraya menatap hina ke arah Seungkwan yang tubuhnya tengkurap di atas tanah.

"dia pincang" balas Wonwoo datar.

"ternyata bukan hanya otaknya saja yang rusak, tapi kakinya pun pincang hahaha" tawa Vernon dan kawan-kawannya yang terdengar begitu nyarin di telinga Seungkwan. Sangat memilukan hingga saat tidur pun ia masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Seungkwan beranjak berdiri seraya mengabaikan tawa mereka. Namun sayang hal tersebut membuat Vernon marah karena merasa diabaikan.

"kau mencoba mengabaikanku hah?"

Seungkwan tidak mengindahkan pertanyaan Vernon, ia pun lebih memilih bersikap abai. Hal tersebut membuat sang ketua geng yang arogan itu semakin murka, sehingga tanpa belas kasihan, pemuda berparas blasteran itu pun menginjak dengan keras kaki pincang Seungkwan berkali-kali hingga sang pemuda malang itu menjerit sejadi-jadinya karena tak kuasa menahan sakit.

Teman-teman Vernon hanya menatapnya sambil tertawa puas. Orang-orang di sekitar pun hanya bisa berpura-pura tak melihat dan seolah-olah hal tersebut sudah biasa terjadi di SMA Pledis.

"cukup Vernon!" Wonwoo berusaha menghentikan Vernon.

"kau ingin menolong si homo ini huh?" tanya Vernon seraya menatap tak suka ke arah Wonwoo.

"bukan begitu, Vernon. Hanya saja... bisa gawat jika sampai dia lumpuh dan melapor kepada orang tuanya. Kita bisa dikeluarkan dari sekolah ini" ucap Wonwoo mencari alasan.

"Kedua orang tuaku adalah donatur terbesar di SMA Pledis, mereka tidak akan berani mengeluarkanku."

"tapi jika dia sampai mati, reputasi sekolah ini akan terancam. Kedua orang tuamu mungkin tidak akan menyukainya"

"cih! Baiklah, untuk hari ini akan aku bebaskan si buruk rupa ini" ucap Vernon lalu melangkah pergi bersama para pengikutnya di belakang.

Wonwoo menghela nafas panjang. Ia bersyukur dapat menghentikan tingkah laku gila dari si ketua geng yang sangat kekanak-kanakan itu.

Setelah memastikan Vernon sudah tidak terlihat lagi di sekitar sana, Wonwoo pun bergegas membantu Seungkwan berdiri dan memapahnya ke ruang UKS.

"mengapa kau membantuku?" tannya Seungkwan sembari menahan sakit kala Wonwoo menyentuh pergelangan kakinya. "aku tak memerlukan belas kasihan darimu"

"aku hanya merasa jika Vernon sudah kelewatan batas"

"harusnya kau mengabaikanku seperti orang-orang"

"memang, tapi... aku selalu teringat adikku saat melihatmu menangis. Aku tidak menyukai itu"

"adik?"

"ya, aku memiliki seorang adik yang masih berumur 11 tahun, namanya Chan. Terkadang ia pulang ke rumah sambil menangis dan mengadu bahwa teman-teman sekelasnya menjahilinya" ujar Wonwoo dengan sedikit kekehan terdengar dari mulutnya.

Senyuman yang begitu lembut sempat membuat Seungkwan terpesona dengan pemuda berkacamata itu, begitu pula dengan Wonwoo yang nampak gemas melihat Seungkwan yang begitu fokus kala mendengar ceritanya, hingga tanpa sadar ia mengusak surai Seungkwan selayaknya sang adik.

"sepertinya luka di kakimu semakin parah, bagaimana jika aku antarkan kau ke rumah sakit?" tawar Wonwoo.

"tak usah, aku bisa sendiri. Aku tidak mau merepotkanmu" tolak Seungkwan tak enak.

"tak apa. Anggap saja ini permintaan maafku karena sudah mengabaikanmu selama ini"

Seketika Seungkwan terdiam dan teringat kembali kejadian-kejadian kala Vernon dan teman-temannya merundung dirinya. Di sana memang selalu ada Wonwoo, tapi pemuda itu tak pernah sekalipun ikut terlibat merundungnya.

"tapi bagaimana jika Vernon melihatmu membantuku?" tanya Seungkwan.

"tenang saja. Itu urusanku dengan Vernon. Kau tidak perlu hawatir." Seungkwan pun mengangguk lalu menerima tawaran Wonwoo untuk membawanya ke rumah sakit.

Vernon melihat semuanya. Saat Wonwoo membopong Seungkwan dan membawa pergi pemuda berkaki pincang itu dengan mobilnya. Entah mengapa itu membuat hati Vernon menjadi panas dan kesal. Ia tak suka jika ada orang lain yang menyentuh mainannya.

Wonwoo tau apa yang ia perbuat sekarang ini sangatlah beresiko, namun ia tak bisa membiarkan Vernon menyakiti Seungkwan terus menurus.

Esok harinya, seperti apa yang Wonwoo duga Vernon datang melabraknya. Tapi tak seperti biasa, sekarang pemuda arogan itu datang seorang diri tanpa diikuti oleh rombongan anak buahnya di belakang.

Wonwoo tau maksud dari kedatangan Vernon, ia dapat dengan mudah menebaknya hanya dengan melihat wajah Vernon yang masam.

"apa maksudmu menolong Seungkwan?"

"berhentilah merundung Seungkwan, Vernon"

"he... aku lihat kau sering sekali membela si homo itu. Apa kau menyukainya? Haha" ejek Vernon diiringi tawa.

"jika aku menyukainya, lalu kenapa?" balas Wonwoo penuh kebohongan.

Mendengar perkataan Wonwoo itu, seketika tawa di wajah Vernon menghilang berganti dengan tatapan penuh amarah.

Tanpa melanjutkan perbincangan mereka, Vernon pun bergegas pergi menuju kelas Seungkwan. Namun langkah kaki sang ketua berandalan tersebut terhenti kala tubuh tinggi Wonwoo mehadangnya.

"kaki Seungkwan patah dan mungkin bisa lumpuh jika kau terus melukainya" ujar Wonwoo namun venon tak sedikitpun memperdulikannya.

"minggir!" titah Vernon seraya mendorong tubuh si pemuda berkacamata.

VerKwan One Shoot 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang