Bagian 1

71 9 0
                                    

Aku baru sadar kalau aku publish cerita ini :)Okay, update setiap hari Sabtu dan Selasa 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku baru sadar kalau aku publish cerita ini :)
Okay, update setiap hari Sabtu dan Selasa 💙


***


BRAK


Sumpah demi apapun, Arisya sangat terkejut saat hasil cetakan skripsinya dibanting oleh Wira sang dosen pembimbing. Beruntunglah karena suasana ruang dosen masih agak sepi, sehingga rasa malu Arisya masih tersisa. Kedua mata bulat Arisya menatap takut kearah Wira yang terus menatapnya dengan tajam, seakan-akan ingin menelan Arisya detik ini juga.


“Sudah saya bilang, kamu cari judul saja dulu, kenapa malah kamu udah masuk ke isi? Kamu buang-buang uang saja cetak yang begini, padahal belum tentu benar.” omel Wira.

“Maaf, Pak,” gumam Arisya.

“Ya sudah, kamu cari yang lebih cocok lagi, saya kasih kamu waktu dua minggu lagi. Kalau belum temukan, kamu tunggu sampai tahun depan saja,” jelas Wira.


Spontan Arisya membulatkan kedua matanya, terkejut atas perkataan Wira barusan. Dengan seenak jidatnya dia menyuruh Arisya untuk mengulang setahun, padahal Arisya berusaha mati-matian untuk segera menyelesaikan segalanya demi Wira juga.


“Santai banget itu bibir ngucapnya,” gerutu Arisya.

“Kenapa? Kamu enggak terima?” sindir Wira.

“Hah? Eng-enggak kok, kalau gitu, aku pamit keluar dulu. Terima kasih, Pak.” ucap Arisya dan hendak keluar dari ruangan Wira, namun belum juga dia beranjak, suara berat Wira kembali terdengar hingga menggagalkan niat Arisya yang cepat-cepat ingin musnah dari hadapan Wira.

“Kamu selesai jam berapa?” tanya Wira.

“Masih ada satu kelas, Pak, emang kenapa?” balas Arisya.

“Kamu lupa atau pura-pura lupa? Malam nanti mau bahas tentang pernikahan kita,” ucap Wira.


Arisya hampir lupa kalau statusnya kini adalah calon istri dari Wira, dosennya sendiri. Arisya menganggukkan kepalanya pertanda ia paham atas ucapan Wira barusan. Hidupnya sedikit tertekan selama ia mengenal Wira lebih dekat lagi, andai bukan karena perjodohan konyol itu, mana mau Arisya dengan Wira.


“Iya, Pak,” gumam Arisya.

“Saya tunggu kamu di parkiran saja.” ucap Wira.


Lagi dan lagi Arisya hanya mampu menganggukkan kepalanya lalu dengan cepat keluar dari ruangan untuk menyusul teman-temannya yang sudah berkumpul di kantin sejak tadi. Belum ada satupun yang tahu tentang pernikahan Arisya dengan Wira, berhubung Wira adalah dosen idaman para gadis-gadis, Arisya tak ada keberanian untuk mengatakannya termasuk kepada teman terdekatnya. Dan, saat dia pulang bersama Wira, Arisya hanya mengatakan kalau yang menjemputnya adalah kakak laki-lakinya, Brian.


Kim Wonpil : DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang