***
Pagi ini terasa sangat berbeda bagi Arisya, kali ini di jemput oleh Wira untuk ke kampus bersama-sama. Ya, meski itu adalah perlakuan wajar dari Wira, tetap saja rasanya sangat canggung bagi Arisya. Mereka berdua terjebak dengan perjodohan konyol dari kedua orangtua mereka, beruntunglah Arisya tidak memberontak layaknya kesurupan reog. Tapi, bedanya, Wira malah mengomel sepanjang pertemuan pertama kalau ia menolak perjodohan tersebut.
Namun, pada kenyataannya ia tetap menerimanya atau kata kasarnya terpaksa. Wira hanya tidak percaya kalau gadis yang ia nikahi nanti adalah Mahasiswi bimbingannya sendiri, ternyata kata ‘Dunia itu sempit’ benar-benar berlaku bagi Wira sekarang.
“Seharusnya Bapak enggak usah jemput aku,” gumam Arisya.
“Jangan panggil gitu kalau diluar area kampus,” ucap Wira.
Pupil mata Arisya otomatis membesar disertai ekspresi menggemaskannya, ia kemudian berbalik menatap Wira untuk meminta penjelasan atas ucapannya barusan. Jangan sampai Arisya jatuh cinta lebih dalam lagi, sedangkan Wira tidak. Arisya tak ingin hal itu terjadi.
“Panggil saya sesuka kamu, tapi jangan Bapak. Saya bukan Bapak kamu diluar area kampus.” sambung Wira.
“Aku panggilnya apa kalau gitu? Aku panggil sayang, nanti kamu marah,” ucap Arisya.
“Ya, kamu jangan ngelunjak juga,” gerutu Wira.
Spontan Arisya mengulum bibirnya dan menganggukkan kepalanya pertanda ia paham akan maksud dari sang calon suami. Ia pun berpikir keras, panggilan apa yang cocok untuk Wira. Tapi, otaknya tak bisa diajak kerjasama saat masih pagi alias suka error. Ya, begitulah Arisya, ia benar-benar harus berusaha paham ucapan seseorang meskipun berakhir sakit kepala.
“Mau kalau aku panggil kakak aja?” tanya Arisya.
“Sesuka kamu saja, asal jangan sayang atau Bapak.” balas Wira.
“Okay.” gumam Arisya.
Setelahnya hening, mereka berdua sama-sama diam dan bingung harus berbasa-basi seperti apa lagi. Arisya pun lebih memilih memandangi jalanan yang dilewati, lumayan ramai karena jam kantor sebentar lagi dimulai. Begitupun juga dengan Arisya, bedanya Arisya itu hendak kulaih, bukan ke kantor.
“Kamu suka apa aja?” tanya Wira.
Lamunan Arisya otomatis buyar dan kembali menatap Wira, ia sedikit mengerutkan keningnya, ia bingung atas pertanyaan tiba-tiba itu. Ya, bisa saja Wira sedang menghubungi seseorang atau sedang bermonolog seorang diri. Itu bisa saja terjadi, ‘kan?
“Saya?” tanya Arisya sembari menunjuk dirinya sendiri.
“Ya, siapa lagi kalau bukan kamu? Yang ada didekat saya itu cuma kamu,” omel Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Wonpil : DOSEN
FanfictionDi akhir kuliahnya, Arisya dihadapkan dengan sebuah kenyataan bahwa dia harus menikah dengan seorang pria pilihan orangtuanya sendiri. Parahnya lagi, ternyata pria itu adalah dosen pembimbingnya, yang terkenal sebagai dosen killer di kampusnya. Aris...