Chapter 8

224 25 3
                                    

Menyakiti atau di sakiti, begitulah perinsip Sasuke untuk bertahan hidup, dan Sasuke benci semua hal yang mengganggu jalannya, katakan saja ia egois, kejam, dan terserah apapun, tapi memang kehidupannya sudah terdidik seperti itu sejak ia terbangun dari tidur panjang tanpa ingatan apapun empat tahun lalu

"D-darah"

Sasuke menghentikan langkahnya karna tarikan di tangan dan suara terbata si gadis gulali. Ia segera menunduk untuk melihat kemeja putih yang di kenakannya kini bercorak merah tepat di bagian depan tempat luka tusuknya

"Sial, lukanya terbuka lagi" Rutuk Sasuke, salah satu kekurangan dari penderita Congenital Insensivity to Pain with Anhidrosis (CIPA) adalah bahkan ia tidak akan menyadari jika tubuhnya terluka yang mungkin saja membuatnya tiba-tiba sekarat, itu juga yang membuatnya tempo lalu bisa melarikan diri dengan memanjat pagar belakang sekolah dengan cepat, tapi masalahnya bukanlah itu sekarang, melainkan si gadis gulali, ah mari gunakan namanya sekarang, Sabaku Sakura yang menatapnya dengan pandangan nanar dan tubuh bergetar dengan tangan yang menutup telinga sambil terisak

"Hey, apa yang--"

Sakura mengelak mundur ke belakang saat tangan Sasuke hendak memegang bahunya, pikirannya kini mulai berputar-putar akan hal menyakitkan, darah, jeritan kesakitan, ruangan gelap, mata onxy, seringai gila, ingatan yang selalu meluluh lantah kan kewarasannya

"Kumohon jangan hiks, hentikan hiks.. Hiks.. " Isak Sakura tak dapat membendung memori mengerikan di kepalanya

Seharusnya Sasuke tidak peduli, mengecualikan fakta Sabaku Sakura dengan kebetulan selalu melihat sisi lain dirinya, seharusnya Sasuke tidak merasa kasihan dan terpengaruh oleh keadaan, namun dengan perasaan yang tidak dapat di jelaskan sasuke menarik bahu sakura untuk berdiri tegak, mendongakkan kepala si gadis gulali agar berhenti melihat darah di lukanya yang otomatis membuat keduanya bertatapan dengan jarak yang dekat, menarik kedua tangan Sakura untuk di genggamnya dengan hati-hati

"Tidak apa-apa" Sasuke mencoba bicara dengan se meyakinkan yang ia bisa

Satu kata dari sasuke dengan sorot mata tajam mampu menarik Sakura dari semua bayangan-bayangan buruk di pikirannya, membuatnya terpaku seperti sebuah ingatan pameliar

"Lupakan apa yang kau lihat, mengingat kejadian buruk hanya akan menyakitimu"

Dan setelah itu Sasuke pergi tidak mengerti dengan dirinya sendiri yang mengatakan hal-hal untuk menenangkan gadis gulali itu, seperti bukan dirinya sendiri saja

.
.
~Brother Complex~
.
.

Selesai pembukaan singkat yang di isi dengan beberapa kata pidato dari kepala sekolah, guru pembimbing acara, dan ketua pelaksana, acara dilanjutkan dengan pentas seni yang di bawakan oleh sebagian besar klub eskul KHS

Sementara klub paduan suara sedang membawakan lagu merdu indah penuh penghayatan, Gaara yang duduk bersama para anggota OSIS lainnya tampak gusar dengan terus menerus ngengecek ponsel di genggamannya, barangkali Sasori, Kankuro, atau Sakura sendiri memberinya kabar keberadaan Sakura.

"Belum ada kabar juga?"

Gaara mengalihkan pandangan dari ponsel untuk melihat si penanya

"Hm, Sasori tidak membaca pesanku" Gumam Gaara yang kini kembali melihat ke ponsel di genggamannya

Sai memperhatikan mimik hawatir pada wajah laki-laki bersurai merah di sampingnya itu, sebenarnya ia merasa semua anggota keluarga Sabaku terlalu berlebihan bersikap pada Sakura, hanya saja Sai tahu alasan di balik itu semua membuatnya cukup memaklumi

"kurasa Sakura tidak akan pergi jauh, dia bahkan tidak hapal semua tempat di sekolahan ini, dan lagi Sasori-nii bukan orang yang akan melepaskan Sakura begitu saja" Beritahu Sai mencoba menenangkan sang teman yang semakin waktu semakin tampak gusar

"Tetap saja, Sasori tidak mengabariku" Elak Gaara, bukan bermaksud tidak percaya pada sang kakak, tentu Gaara tahu akan seberapa Sasori menjaga Sakura, hanya saja bayang-bayang empat hari lalu saat menemukan Sakura yang tak sadarkan diri di belakang sekolah sendirian masih membuat Gaara takut dan terus merasa khawatir berlebih, itu semua membuatnya terus merasa bersalah seperti empat tahun lalu

Akhirnya Gaara memilih berdiri dari duduknya, melihat grup paduan suara yang masih menyanyi di depan sana sejenak, lalu mengalihkan pandangannya pada Sai yang tampaknya ikut berpikir akan masalahnya

"Aku tidak bisa untuk tidak memastikan nya dengan diriku sendiri, tolong tetap di sini dan kabari aku jika terjadi sesuatu" Pinal Gaara yang akhirnya melenggang pergi tanpa menarik perhatian banyak orang karena pencahayaan yang redup, lampu hanya berpusat pada paduan suara yang masih menyanyi di atas panggung

"Mau pergi kemana ketua?" Pertanyaan Inuzuka Kiba menarik atensi Sai yang sejak tadi memperhatikan Gaara yang kini sudah menghilang di balik pintu

"Entahlah" Jawab Sai tak acuh, memilih mengambil ponsel miliknya di saku celana

"Ahh, aku iri sekali pada ketua" Gumam Kiba, pandangannya masih mengarah pada pintu yang tertutup jejak Gaara menghilang di baliknya

Iri pada Sabaku Gaara? Kata yang kerap kali Sai dengar dari orang-orang yang hanya melihat tanpa mengenal lebih jauh, bagaimana orang lain bisa iri pada kehidupan melelahkan Sabaku Gaara, siapapun bisa melihat betapa Gaara terlalu banyak memfotsir tubuhnya sampai terlihat menyiksa

"Sudah tampan, dari keluarga baik dan kaya, pintar, jadi ketua OSIS pula, apalagi masih aktif di klub basket meskipun banyak kesibukan, menyayangi adiknya, ah, kehidupan sempurna yang tidak bisa ku miliki"

Kenyataannya orang lain tidak melihat sebanyak yang Sai lihat, Orang-orang cenderung menyimpulkan sesuatu dari apa yang mereka lihatlihat.

.
.
~Brother Complex~
.
.

Tap.. Tap..
Tap tap tap

"Aish, sial" Rutuk Sasori, saat lagi-lagi tak menemukan Sakura di setiap persimpangan koridor yang di lewatinya. Seharusnya sejak awal ia tidak membiarkan adiknya itu sendirian, apalagi mengingat Sakura yang baru saja sembuh kembali membuat pikiran buruk semakin bermunculan.

"YA!!" Teriakan di lorong sepi menghentikan kepanikan Sasori sejanak. Melangkah semakin dekat, di ujung koridor yang berlawanan Kankuro menghampirinya dengan raut marah yang sangat jarang di tunjukan

"Bagaimana kau menjaga Sakura bodoh!, ku pikir kau lebih baik dariku" Segera setelah jarak mereka cukup dekat Kankuro menari kerah kemeja sangat kakak penuh emosi, tangannya mengepal cukup kuat. Jika bukan karna sedikit kewarasannya yang tersisa tentu ia sangat ingin memukul wajah di depannya itu

"Sikamaru memberi tahu ku, ia menemukan Sakura pingsan sendirian di depan gudang olahraga"

Perkataan Kankuro itu menghapus semua spekulasi Sasori sejak tadi, memberikan rasa bersalah yang semakin besar
.
.

Itachi menghentikan mobilnya tepat di parkiran KHS, beruntung karena hari ini sekolahan melaksanakan festival sehingga bebas masuk keluar tanpa di curigai, meski sebenarnya hal-hal seperti itu bukan hal yang sulit juga untuknya.

Sebagai bagian dari anggota inti Akatsuki bahkan menyimpan bom di rumah presiden bukan lah misi tersulit, namun entah kenapa misinya kali ini terasa cukup merepotkan, padahal rekannya juga sesama anggota inti yang kemampuan nya tidak dapat di ragukan lagi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang