Chapter 2

885 111 3
                                    

~Brother Complex~

Seminggu berlalu lebih cepat karna kesibukan yang mendera. Menjalani hari-hari seperti biasa Sakura mulai mengurangi mengeluh saat kakak-kakaknya memperlakukannya terlampau protektif. Sakura sendiri sibuk dengan banyak tugas rumah dan ujian praktek. Setiap hari ia uring-uringan. Gaara dan Kankuro yang juga sibuk masih tetap menjaga Sakura seperti biasanya.

Tapi karna kesibukan terlampau banyak bagi Gaara dan Kankuro, hari ini Sakura kembali terbebas dari kedua kakaknya itu. setelah sampai rumah sepulang sekolah, Kankuro rupanya hanya mengantar Sakura saja dan kembali berpamitan pada Karura untuk pergi dengan ransel besarnya, ada rencana kemah dengan klub pecinta alamnya setelah minggu lalu selesai memanjat gunung. Gaara yang memang sedang sibuk-sibuknya dengan kegiatan OSIS yang akan mengadakan festival tahunan sekolah sejak seminggu sudah jarang pulang lebih awal. Biasanya sampai rumah sekitar pukul enam atau pukul tujuh malam.

Karna tidak ada kakak-kakaknya di rumah yang selalu mengawasinya, dan ayahnya juga tidak mungkin pulang pada pukul tiga sore seperti ini, berhubung ibunya adalah yang pengertian dan tidak mengekannya seperti saudara-saudarnya, Sakura pergi bersama Ino dan teman Ino bernama Tenten untuk sekedar nongkrong di cafe. Dengan janji hanya satu jam karna takut ternyata Gaara pulang lebih awal atau Kankuro tiba-tiba memutuskan membatalkan kemahnya.

“aku tidak menyangka kau bisa ikut” kata Ino setelah menyeruput jus alpuket miliknya. “ternyata acara festival sekolah beruntung buatmu juga ya” katanya lagi. Sakura hanya tersenyum menanggapi ucapan Ino. Ia juga sangat senang bisa terbebas dari kakak-kakaknya, ternyata duduk-duduk di cafe sambil mengobrol dengan teman-temannya lebih menyenangkan daripada dengan kedua kakaknya yang diam mendampinginya seperti pengawal, dan menatap siapapun yang memperhatikan dirinya dengan sinis terutama laki-laki.

“ya, aku juga sangat senang, beruntung tahun ini tidak ada Sasori-ni” kata Sakura dan juga meminum jus strawberynya.

“memang kau tidak pernah ke cafe seperti ini?” tanya Tenten tidak mengerti. Di usia mereka yang memang remaja, menjadi hal umum untuk sekedar nongkrong di cafe.
Sakura mendengus mendengar perkataan Tenten. Tentu saja ia pernah ke cafe meski tidak sesering Ino

“tentu saja aku pernah ke cafe” kata Sakura. “hanya saja harus selalu dengan kedua kakakku atau salah satunya” ujarnya.

“ah, aku kira Kankuro senpai dan Gaara senpai hanya memperlakukanmu begitu saat di sekolah saja” ujar Tenten. “sangat di sayangkan. Padahal seharusnya kau bisa bermain bersama kami. Ternyata aku beruntung juga ya tidak memiliki kakak”

“yeah, aku juga berpikir begitu. Tapi tidak buruk juga memiliki kakak-kakak seperti Sakura, semua perempuan yang menyukai Gaara senpai selalu mencoba merayunya dengan berbuat baik pada Sakura” kata Ino dan glak tawa ketiganya pecah.

Sakura tidak mengerti juga dengan orang-orang yang baik padanya untuk menarik perhatian Gaara. Padahal menurut Sakura itu tidak berpengaruh apapun pada kakaknya Gaara, Ino yang selalu baik padanya saja Gaara tidak begitu memperdulikannya.

Suara lonceng berbunyi saat pintu masuk didorong, pertandan seseorang memasuki cafe. Dari sana terlihat laki-laki berambut pirang dan berambut drak blu. Berjalan santai menuju salah satu meja kosong tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang lumayan kaget atas kedatangannya.

Ino membelalakan matanya tidak percaya melihat laki-laki berambut pirang itu yang kini sedang berbincang dengan seseorang yang dikenalnya.

“WHAT?” pekik Ino menyemburkan jus alpuket yang ditenggaknya. Sakura yang melihat reaksi Ino segera berbalik melihat apa yang mengagetkan temannya sementara Tenten cengo tidak berkata.

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang