Prolog

37 4 0
                                    

Gadis berbando itu turun dari angkutan umum. Ia tetap tersenyum walau hari ini terasa aneh baginya. Kemarin ia masih di bonceng montor ninja milik kekasihnya dan di kawal oleh teman teman pacarnya yang sangat menyayanginya.

Namun hari ini, entah ada apa ia tak tahu. hari ini mereka tak melakukan kebiasaan yang satu setengah tahun ini mereka lakukan.

Apa mereka lupa, atau sedang melakukan kejutan untuknya. Tak pernah sekalipun ia berpikiran negatif pada mereka.  karena ia tahu, bahwa mereka telah bergantung dengannya.

Ia memandang gerbang yang sedang di lalui para penghuninya. Ia tersenyum mulai melangkah, namun hal aneh muncul lagi. Banyak dari mereka yang memandangnya sinis, ya ia tak masalah karena ia biasah mendapatkan tatapan itu. Namun bukan hanya sinis tapi pandangan mereka mengarah pada benci?.

Apa kesalahannya sekarang, apakah ia melakukan kesalahan hingga para anak beasiswa yang dulu ramah padanya memandangnya benci.

Ia tak menunduk merasakan tatapan itu, ia malah memandang polos mereka. seakan bertanya apa kesalahannya. Namun bukan jawaban yang baik yang ia dengar. Jawaban menyakitkan lah yang ia dengar.

"Dasar licik, Munafik lo. Gak tau diri banget."

"Jelas banget anak miskin kayak dia gak mungkin, gak punya motif tertentu deketin para pentolan SMA Jaya Angkasa."

"Modal cantik, pas buat morotin, bener gak cy."

Mereka tertawa bersamaan seakan mengejek Lecy.

"Lecy busuk rasanya asem gays."

"Lecy nya udah bau busuk, ples banyak uletnya iuuuh."

"Bukan ulet mel, tapi belatung."

Iuuuhhh. Hahahahaha.

Dia gadis yang bername tag Lecy M  yang telah di hina. Tubuhnya terdiam kaku mendengar hinaan itu, matanya memanas, namun ia tahan untuk memuntahkan lelehan air di matanya. Cengkraman pada tali tasnya menguat, menandakan bahwa ia marah mendengar hinaan itu.

"Mau marah lo, silakan. Silakan buka jati diri lo. Diri lo yang pura pura polos eh ternyata seorang yang licik. Berani fitnah temen gue, buat dia di benci sama abang abangnya, and temen kecilnya. Ayo cepet marah, bukanya kemaren lo ngomong Gitu ya sama Riska." Dia gadis berkulit kuning lansat mendekatkan wajahnya pada wajah lecy, tanpa aba aba ia menjambak Lecy, membuat Lecy mendongak ke arah Gadis itu.

Jantung Lecy berdetak lebih cepat cengkraman pada tasnya melemas. Apa mereka sudah tahu. Tidak!! Mereka tak boleh meninggalkannya.

Lecy menunduk lalu menginjak kaki gadis di depannya.

"Akkkhhh... Sakit. awas lo leciii, gue bales berkali kali lipat."

Lecy berlari meninggalkan gadis yang tengah menahan sakit di kakinya, tujuannya sekarang adalah toilet.

Dengan nafas memburu Lecy terduduk lemas di dalam toilet, ia memejamkan matanya meresapi kejadian tadi.

"Kak Garvi gak boleh ninggalin aku, regan, mahesa dan yang lainnya gak boleh ninggalin aku... Aku gak mau, aku gak mau sendiri." Lecy menutup matanya menggunakan telapak tangan.

Ceklek

Lecy membuka telapak tangannya yang ada di muka lecy. Ia mendongak lalu ingin berdiri, namun dorongan pada tubuhnya membuat lecy tersungkur. posisinya yang membelakangi wastafel, membuat kepalanya terbentur.

"Oh ini yang katanya manfaatin lima cowok Jaya Angkasa. Wohhh cantik sih, tapi sayang!! Murahan."

Kepalanya pusing tangannya memegangi kepala yang mulai pening. Ia mendongak. "Kamu apa apaan sih, aku gak murahan!!."

"Gak murahan hem?." Gadis itu berjongkok lalu menjambak rambut panjang milik Lecy. "Terus kenapa lo mau di ajak sana sini sama cowok hah?!."

Lecy geram, ia menarik baju depan milik gadis itu dengan erat lalu menjedotkan jidatnya pada jidat gadis itu.

Akhhh "apa apaan sih lo!!."

"Aku murahan? Mereka yang sama aku gak ada yang miskin, mereka kaya. Aku gak murahan dong." Jawabnya.

"Lo." Tunjuk gadis itu.

Lecy melepaskan pegangannya. "Aku gak murahan." Ia berdiri membasuh wajahnya pada wastafel, lalu menghadap lagi pada gadis itu melihatnya miris dan pergi meninggalkan gadis itu yang terlihat marah.

Di ambang pintu ia menghembuskan nafasnya, lalu memandang jam tangan. 07.30. artinya jam masuk baru saja berbunyi. Tujuannya sekarang adalah membolos, ia akan pulang. Mencari tahu semuanya.

Lecy mengambil ponsel di tas Ingin menelpon seseorang.

"Ijin kan aku, aku ingin membolos untuk sehari, antar kan supir juga, segera aku tak ingin menunggu."

"..."

Tut.

"Aku tak rela jika melepas kalian, aku tak ingin sendiri lagi, jika memang kalian membenci ku karena cara itu, aku akan secara terang terangan mendekati kalian seperti antagonis Riska"

Lecy MoureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang