11. minum untuk Garvi

6 1 0
                                    


Suasana lapangan basket indor sekarang tengah ramai dengan penghuni khususnya. Para pemain basket putra yang tingginya tak wajar itu membentuk lingkaran sedang menyalurkan pendapat satu sama lain tepatnya sang mentorlah yang berbicara membimbing anggota timnya.

"Kita tanding hari kamis, serah terima bakal di laksanain hari Seninnya, ngerti kan."

Semua mengangguk sambil berteriak 'ya'.

Garvi menganggukkan kepala. Jika sekolah lain tak melakukan secara formal serah terima jabatan anggota basket, di sekolah ini mereka melakukannya karena olahraga basket merupakan olahraga yang di banggakan di sini. Olahraga yang sedari dulu menjadi name tag sekolah Jaya Angkasa. Karena mereka akan mengenal sekolah ini hanya dengan mendengar SMA yang banyak pemain handal basketnya itu kan.

Sedari dulu SMA Jaya Angkasa selalu mengangkat piala setelah bermain, karena itulah basket adalah  mersi kebanggan sekolah ini. Bahkan kebanyakan atlit yang mewakili ajang Internasional di ambil dari SMA Jaya Angkasa. Jadi sekolah ingin mengapresiasi kerja keras mereka walaupun hanya dengan hal formal seperti ini.

"Oke, jadi kalian udah diskusi siapa yang bakal jadi ketua?"

Salah satu pemuda dengan rambut yang dikuncir karena panjang, mengangkat suara. "Sudah, dan itu saya."

Garvi mengangguk. "Lo yakin mau jadi ketua."

"Yakin" optimisnya.

Garvi mengangguk pelan sambil menilai lelaki berkuncir itu."Jadi ketua itu bukan soal memperintahkan atau memandori, dalam artian lo harus siap jadi role model untuk anggota tim basket lo. Lo harus tau sikap dan sifat para anggota tim lo karena kemenangan di dapat karena koneksi yang saling bertautan, ngerti. Lo juga harus memahami cara main mereka dan menempatkan mereka pada bagian yang tepat. Jangan ambil keputusan sendiri karena pendapat tim juga di perlukan. Intinya jangan sok meraja saat main buang ego lo saat tanding."

"Gue ngerti, bang."

Garvi mengangguk mengalihkan pandangannya pada tim yang lain. "Jadi anggota juga punya tanggung jawab, Rules of the game  artinya kalian harus hormat dan taat peraturan. Hargai sesama tim jangan sok bisa kalau nantinya cuma bakal di ketawain."

"Jadi hari ini adalah latihan terakhir kita, gue dan tim gue  udah bakal out minggu depan buat ikut bimbing kalian. So kita buat latihan kali ini sebagai latihan yang terhebat." Sambung Jayen.

Jayen ,Reza, dan Regan memang mengikuti basket sedari mereka dibangku SMP pertemanan antara mereka juga berawal dari ekstrakurikuler ini kecuali Regan dan Garvi yang memang berteman sedari kecil.

"Oke, apa ada yang mau ditanyakan." Ucap Reza sok menjadi guru.

"Elah lo tong, gayanya" sindir Jayen.

Reza memutar bola mata malas, ia sedari tadi diam karena otak cantiknya ini tak mau repot menyumbangkan kata kata mutiara jadi ia memilih diam sampai Garvi selesai mengutarakan nasehat mutiara pada ketua yang baru.

"Sirik aje lo mas."

"Gue... Sirik ama lo. Gak level kalee." Jayen terkekkeh diikuti yang lain entah mengapa tawa Jayen seperti menular pada mereka.

Reza kesal saat orang orang yang berada di lapangan ini menetertawakannya. "Diem lo je..."

Namun Jayen tetap tertawa walaupun mereka telah berhenti.

"VIDEO BARBIE VIDEO BARBIE." Teriak Reza yang membuat Jayen diam, Reza yang melihatnya menyeringai. "Bagus nih di kirim ke Grup." Ucapnya sambil bersedakup dada.

"Eh Za bakso mang jaja kayaknya enak, nanti pulang jajan yuk di sana."

"Gak mau gue."

"Ya ampun Za, padahal enak gue traktir Za tenang bae." Ucap memohon Jayen wajah nya pucat pasi seperti orang yang baru saja di tagih rentenir.

Lecy MoureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang