Bi Arum mengkrenyitkan alis saat ia mendengar suara suara dari arah dapur di jam 5 pagi ini.Namun kebingungannya terbayar saat ia melihat gadis cantik yang sedang membulat bulatkan adonan.
Ia terkejut, melihat nonanya sedang membuat makanan? Nonanya memang senang sekali mengesplor sesuatu, mencoba coba sesuatu apalagi mencoba memasak berbagai makanan. Karena memang Lecy suka makan. Ia jadi bingung mengapa nonanya tak melar melar ya.
"Nona, nona memasak apa lagi. Pekan lalu kue lapis, terus sekarang apa hem."
"Astaga bunda...." Lecy memegangi dadanya. "Ih kaget tau."
"Maaf deh non, nona buat apa?"
Lecy mengangkat loyang yang berisi makanan berwarna hijau bulat bulat. "Tada... Lecy buat kelpon dong."
Bi Arum menggeleng gelengkan kepalanya lalu mendekati Lecy. "Bibi bantu ya non."
"Gak usah bun... Udah selesai juga tinggal kukus kok ini."
"Ya udah siniin, biar bibi yang kukus. Nona mandi gih nanti telat, gimana. Katanya mau di jemput den Mahesa."
"Ah iya lupa..., Ya udah kukusin ya bun, nanti kalau dah mateng taro di tempat bekel ya. Makasih bunda sayang." Katanya lalu lari ke arah tangga, menuju kamarnya.
Sedangkan bi Arum melihat nonanya dengan senyum manis. "Jangan lari non." Tegurnya.
"IYA BUN" namun Lecy tetap berlari.
🐨
07.00 isi jam tangan milik Lecy. Jantungnya berdetak dengan cepat, rasa gelisah pun datang tiba tiba. Keringat bercucuran padahal di dalam mobilnya AC menyala seperti biasa.
Inilah akibatnya jika ia berbohong. Pura pura miskin bukan hal yang sulit baginya, yang sulit hanyalah saat kita berada di detik detik kebohongan kita akan terbongkar.
"Pak mamat, lebih cepet ya."
"Baik non."
Tilulilulit.
Ponselnya sekarang berbunyi, ia menelan selivanya susah payah takut jika Mahesa yang yang menelponnya.
Saat ia memandang ponselnya, rasa gugupnya kembali menerpanya, karena penelpon memang Mahesa.
Ia memejamkan matanya serta menarik nafasnya dalam mencoba menetralkan rasa resahnya. Ia mendekatkan ponselnya pada telinga setelah menggeser tombol dering. "Halo, sa"
"Kamu di mana, cy."
"Ekhem, aku ada di gang mpok Rumi, sa."
Mpok Rumi adalah wanita paruh baya, yang sering menjadi objek kebohongannya. Dia adalah pemilik warung sembako dan ciki ciki di sekitaran kostsan yang di beli Lecy.
"Loh ngapain, kamu cy."
"Aku tadi nyoba nyoba buat Kelpon tau, sa. Jadi karena kebanyakan, aku titipin di warung mpok Rumi. Kan lumayan dapet penghasilan."
Wah beri tepuk tangan, sungguh aktingnya sangat menjiwai. Entah mengapa Lecy sangat bangga dengan kebohongannya. Padahal ia tahu hal yang di bumbui kebohongan akan berakhir rusak.
Mahesa tersenyum di sebrang sana. "Ya udah, Esa susulin ya, cy."
"Eh gak usah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecy Moure
Teen FictionMenceritakan gadis polos yang masih mengejar cintanya padahal sudah di cap sebagai antagonis *** Lecy si gadis bagai buah leci. dia ceria, bagai kembang api yang warna warni. fisiknya ayu terlihat berbeda dari fisik orang Indonesia. namun fisik bul...