Lecy berdecih saat ia menemukan bukti dua orang penggelap uang perusahaan. Saat ia mengecek data keuangan, memang tak ada yang ia curigai. namun saat ia mengecek nota pembelian bahan produksi dan menyocokkannya, laporannya berbeda. Bahkan saat ia survei ke lapangan, mengecek bahan bahan pokok produksi hampir separuhnya kurang.Ia menjepitkan kertas pada alat print lalu ia menge-print kertas yang berisi data dua orang itu.
Tangannya memegang gagang telepon kabel. "Om Aris, datang keruanganku segera."
"Baik nona."
Tak
"Mau main main ya." Ucapnya setelah menutup telepon.
"Permisi nona."
"Masuk om."
Aris memasuki ruangan Lecy, dengan heran. "Apakah ada masalah lagi, nona?."
"Tidak! Aku hanya menemukan penghianat." Ia menyodorkan dua kertas yang tadi ia print. "Jangan bawa mereka ke polisi dulu, bawa mereka ke ruang bawah tanah milik ayah, aku yakin mereka bukan hanya mengincar uang. Tapi, mengincar kehancuran perusahaan."
Aris menelan seliva susah payah, aura yang di keluarkan nonanya bukan seperti biasanya. Jika biasanya aura nonanya mirip dengan sang ibu. Berbeda dengan yang ini, aura Lecy seperti sang ayah.
"Saya mengerti, nona. Saya sendiri dan bodyguard yang akan menangkap mereka, menyeret mereka langsung ke ruang bawah tanah."
Lecy mengangguk. "Lecy percaya sama om Aris."
Aris tersenyum. "Kalau begitu saya permisi, nona." Lecy mengangguk.
Lecy duduk di kursinya lima hari ia tak masuk sekolah hanya untuk mengurus perusahaannya. Syukur, ia berteman baik dengan sang kepala sekolah. Jadi ia tak terlalu khawatir, apalagi sebentar lagi setelah tes semester satu kelas 10 dan 11,.kelas 12 akan melaksanakan Try out pertama. Itu membuatnya sedikit pusing.
Belum lagi masalahnya dengan Garvi, bukankah ia dan Garvi belum putus. Ia juga tak mau putus sih, Lecy mencintai Garvi, apapun caranya ia harus mempertahankan statusnya.
Ia memegang ponsel seluler nya, di sana sudah terpampang nama My bayi gede. Percaya atau tidak Garvi akan bersikap childish saat ia bersamanya. Sungguh Lecy rindu masa masa itu.
Lecy tersenyum mulai menelpon Garvi. Ia tambah sumringah saat teleponnya berdering dan terjawab.
"Ha-"
"Siapa."
Lecy terengah, bukan suara Garvi yang terdengar. Tapi suara Riska. Apakah sekarang Garvi sering bersama Riska. Jika iya, apakah statusnya akan terancam
"Lo siapa sih, gak jelas banget. Nama lo siapa bego, ngapain telepon cowok gue. Atau lo salah sambung, nama lo gak terdaftar soalnya."
Ia mengeratkan pegangan pada teleponnya. Garvi telah menghapus nomornya ,kah. apa segitu bencinya Garvi terhadapnya, sampai menghapus nomornya.
Ia menatap ponselnya, tak lama ia matikan sambungan telepon. Ia benci, sekarang. Mengapa secepat ini Garvi melupakannya. Dua tahun bersama dan satu tahun menjalin hubungan, apa tidak cukup untuk merasakan cinta satu sama lain.
Ia saja sudah merasakannya, kenapa Garvi secepat itu melupakan.
Dari pada pusing memikirkan hal itu, sebaiknya ia pergi keruang bawah tanah menunggu dua tikus itu.
Sedangkan di waktu yang sama tempat berbeda Riska menyeringai saat orang di sebrang sana mematikan telepon sepihak.
Sekarang ia berada di kamar Garvi, sedangkan Garvi berada di kamar mandi. Sebenarnya nomor milik Lecy belumlah terhapus dari kontak penyimpanan milik Garvi, namun ia sengaja mengatakkannya agar Lecy tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecy Moure
Teen FictionMenceritakan gadis polos yang masih mengejar cintanya padahal sudah di cap sebagai antagonis *** Lecy si gadis bagai buah leci. dia ceria, bagai kembang api yang warna warni. fisiknya ayu terlihat berbeda dari fisik orang Indonesia. namun fisik bul...