Prolog

158 22 8
                                    


        Plakkkk

Wajah haruto tertoleh, kedua matanya memanas menahan perih yang tiba-tiba menjalari tulang pipinya

"TATAP PAPA HARUTO!" Bentak papa haruto lalu menendang lelaki tampan itu hingga menabrak meja ruang tamu

Haruto merasakan getaran hebat disaat kepalanya membentur lantai, tak dapat dipungkiri bahwa rasanya sangat sakit

"KAMU BISANYA APA HAH? MASA DAPETIN NILAI BAGUS AJA GAK BISA? MAU JADI APA KAMU NANTI? GELANDANGAN? DASAR ANAK BODOH! PAPA NYEKOLAHIN KAMU BIAR PINTER! BAHKAN PAPA RELA BAYAR LES MAHAL BIAR KAMU BISA PINTER HARUTO! TAPI PAPA SALAH, KAMU BUKAN YANG PAPA HARAPIN BUAT JADI ANAK PINTER! ANAK BODOH SELAMANYA BAKAL BODOH" Bentakan sang papa menggema diseluruh ruangan, haruto terisak dengan bercak darah yang menghiasi seragam sekolahnya. Bentakan itu sangat menyakitkan untuk haruto bahkan rasa sakitnya berkali-kali lipat daripada sakit yang ia rasakan disekujur tubuhnya

Papa berjalan meninggalkan haruto yang masih menangis ditempat semula

"Gue benci haruto! Gue benci diri gue sendiri"

Haruto menghela nafas panjang sembari mengumpulkan sisa kekuatan yang ada untuk berjalan kearah tangga menuju kamarnya

"Sini gue bantu" tawar yedam-kakaknya haruto sembari mengulurkan tangannya kearah lelaki tampan itu

Haruto membuang muka lantas mendecih "lo telat bang" ujar haruto dengan penuh penekanan

Yedam tau, ia tak layak disebut abang karena bukti ia tidak pernah bisa membuat haruto merasa aman, bahkan disaat haruto disakiti papanya sendiri, yedam tidak bisa berbuat apa-apa. Yedam terlalu lemah untuk menjadi sosok pelindung

"Maaf" dengan segera yedam menarik lengan haruto untuk berdiri, haruto mendecih tak suka tapi mau bagaimana lagi tidak mungkin juga saat ini ia harus bertengkar dengan kakaknya, haruto sudah sangat lelah untuk hari ini

Sesampainya dikamar, yedam segera membaringkan tubuh haruto diatas ranjang dan mengambil kotak p3k

Haruto membuang muka ketika yedam mulai mengobati lukanya, yedam tau betul adiknya itu sedang marah padanya dan itu wajar

Keheningan tiba-tiba menyergap, tidak ada yang membuka suara hanya terdengar hujan malam yang begitu deras dan dingin

"Jangan tidur dulu, gue buatin makan malem buat lo" perintah yedam dengan suara parau lalu berjalan menjauh dari kamar haruto

"Maafin abang dek, maafin abang"

Dear Semesta, Watanabe Haruto✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang