Empat: terluka lagi

109 20 1
                                    


Note: Vote and coment, jangan di boom vote! Sekian terima upil 🤖

       Sore ini haruto tidak pulang kerumah, entahlah dirinya belum siap untuk menerima pukulan lagi

Bibirnya mengukir senyum kala ia memasuki tempat peristirahatan terakhir sahabatnya- Maira atau akrab di panggil ira

"Kenapa lo pergi sih ra? Kenapa orang baik kaya lo malah lebih dulu perginya? Gue butuh lo ra, gue butuh semangat dari lo, dunia ini jahat ra...lo dulu pernah bilang kan? Kalo ada orang yang jahat lo bakal jadi orang pertama yang bakal ngelindungin gue...tapi gue sadar lo udah gak ada ra..." Isak haruto mulai terdengar setelah mengatakan itu semua, sesak kembali hadir memenuhi atmosfernya

"Ra...gue kangen..." lirih haruto lalu mengusap batu nisan ira dengan lembut, mengukir senyuman pahit di sudut bibirnya

"Tenang disana ya ra...gue pulang..."

Dengan langkah gontai haruto berjalan keluar, menghela nafas berat lalu menengadahkan pandangannya keatas, menatap langit yang sudah berwarna gelap

'I hate my life'

Cairan bening itu menetes lagi menghiasi wajah tampannya, bibirnya tak berhenti untuk berkata kasar yang ditujukan untuk dirinya sendiri

"Sialan"

"Kenapa lo harus terlahir jadi haruto!"

"Kenapa nggak bang yedam aja, mungkin enak kalo jadi bang yedam. Dia nggak pernah ngerasain sakit"

Haruto berhenti mengumpat, dadanya merasa nyeri dan sangat sakit sebelumnya ia belum pernah merasakan ini

"Sakit banget..." lirih haruto sembari memegang dadanya, pandangan tiba-tiba memburam namun dengan sekuat tenaga ia menjambak rambutnya sendiri agar pandangan tetap cerah

Tak lama kemudian ada angkot datang dan menawarinya untuk masuk, haruto menurut

Sesampainya dirumah, haruto dihajar habis-habisan oleh sang papa dan mamanya yang baru balik dari london

"APA YANG BISA PAPA BANGGAIN DARI NILAI 20 HARUTO! HAH? APA? BISA JAWAB KAMU?! DASAR ANAK GAK BERGUNA!"

BUGH

BUGH

"PAPA NYESEL UDAH GEDEIN ANAK GAK BERGUNA KAYA KAMU"

DUGH

DUGH

DUGH

"Mama kecewa sama kamu haruto" bisik sang mama lalu pergi meninggalkan haruto dengan darah yang mengalir dari kepala dan hidungnya

"MATI AJA HARUTO! KELUARGA LO GAADA YANG SAYANG SAMA LO! SEMUANYA BENCI SAMA LO!" teriak haruto yang diabaikan oleh kedua orang tuanya

Yedam terisak dari kamarnya, ia tidak berani mendekat kearah haruto. Darah lelaki itu sangat banyak berceceran di lantai

Yedam gagal jadi kakak yang baik untuk haruto dan ia mengakuinya

"Lo jahat dam" lirih yedam sembari memukuli kepalanya sendiri

Besoknya haruto tidak masuk sekolah karna demam tinggi, yedam berniat untuk membawanya kerumah sakit namun tidak diizinkan oleh orang tuanya karna mereka tidak ingin mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya pengobatan haruto

Akhirnya yedam sendirilah yang mengobatinya, dengan berbekal pengetahuan dari google, lelaki itu mulai membeli obat-obat di pukesmas karna obat di kotak p3k sudah habis

Sesampainya di kamar haruto, lelaki itu segera menempelkan kompres penurun demam di dahi adik kesayangannya itu

Dan mengoleskan salep sedikit demi sedikit di luka tubuhnya haruto, untung haruto tertidur dengan lelap jadi tidak merasakan perih pada lukanya

Setelah selesai mengobati haruto, yedam bergelut dengan dapur dan memasak bubur untuk adiknya, meski sempat kesusahan tapi tetap saja bubur itu rasanya enak karna yedam yang buat

Pukul 12.09 haruto mulai membuka matanya, bibirnya tersenyum tipis menatap yedam yang tidur di sebelahnya, terlihat ada bubur dan obat-obatan diatas meja disamping ranjangnya

Ia tau yedam orangnya peduli, namun orangnya tidak pernah bisa menjadi pelindungnya saat dihajar oleh orang tuanya

Haruto memijat pelipis nya yang terasa pening dan betapa terkejutnya dia mendapati dahinya dikompres oleh yedam

'Jangan bikin gue tambah berharap kalo lo bisa jadi penyembuh luka gue bang, jangan lakuin itu...mending lo jahat aja kaya papa sama mama...gue gamau lo juga ikut terluka gara-gara ada di pihak gue'

Dear Semesta, Watanabe Haruto✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang