13

2K 368 80
                                    

"Kamu gak pernah cerita apapun ke aku soal latar belakang pekerjaan kamu!! Kamu bahkan tau aku bekerja di perusahaan itu tapi kamu hanya diam! Apa maksud kamu?! Kamu pengen aku tertuduh?!" Emosi Azizi sudah tidak bisa terkendalikan lagi. Seharian ini ia dibuat sangat frustrasi, nyawanya seperti ada diujung tanduk. Semesta seakan tengah mengirimkannya pada kematian.

"Bukan satu kali aku mengatakan sama kamu, aku seorang penjahat, aku yang mengajarkan kamu meretas, kenapa kamu gak curiga sedikitpun?" Fiony menatap Azizi yang tampak sangat emosi. Tatapan Azizi tajam, bahunya bergerak naik turun. Fiony berdiri dari kursi kemudian memiringkan wajahnya, hendak mencium bibir Azizi, tetapi kekasihnya itu bergerak mundur.

"Karna kamu aku nyaris dipenggal hari ini. Kamu sengaja 'kan tadi pagi nganterin aku biar mereka liat muka kamu dan aku tertuduh? Kamu menumbalkan aku untuk melindungi mata-mata kamu." Azizi menggelengkan kepala dan menepis tangan Fiony yang ingin menggenggam tangannya. Azizi terus mundur menghindari Fiony yang tak berhenti berjalan mendekatinya. "Aku nyaris mati karna kamu."

"Aku gak melakukan apapun. Aku mengantarkan kamu karna mobil kamu rusak. Aku gak tau semuanya akan jadi seperti ini, aku bahkan gak ngerti kenapa kamu bisa gabung sama mereka." Fiony akhirnya berhenti karena percuma saja, Azizi tidak ingin ia dekati. "Aku sangat mencintai kamu, aku gak mungkin mengirimkan kamu pada kematian, sayang." Fiony meraih tangan Azizi, kali ini Azizi tidak menghindar. Fiony mengecup punggung tangan Azizi berkali-kali.

"Terus apa ini? Siapa mereka sebenarnya?" Azizi mengusap wajahnya yang sudah sangat lelah. "Aku dituduh di sana."

"Posisi kamu akan aman, tenang aja. Maafin aku karna aku tidak memberitahu apapun dan menyembunyikan segalanya, aku juga akan memaafkan kamu atas kesalahan kamu." Fiony menatap Azizi kemudian tersenyum. "Aku tau segalanya, Azizi."

"Tau apa? Aku gak melakukan kesalahan apapun." Azizi menggeleng hingga detik berikutnya, tubuh Azizi menegang saat ingat apa yang ia lakukan bersama Marsha.

"Kamu gak bisa bohong sama aku, jelaskan sebelum aku menutup pintu maaf aku untuk dia." Fiony mengusap jas yang masih Azizi kenakan. "Ayo jujur, sayang." Fiony melepaskan jas Azizi sebelum menyandarkan tubuhnya di tembok. "Atau aku akan membunuh-"

"-Aku hanya bersenang-senang," sela Azizi cepat. "Dia selalu menggoda aku, dia sangat seksi dan cantik. Maaf aku gak bisa tahan diri aku." Azizi menunduk. Bodoh, bagaimana mungkin Fiony tidak tau? Mata-mata Fiony ada di dalam sana. Ludah Azizi tertelan begitu saja saat Fiony merobek kemeja biru Azizi menggunakan pisau lipat. Apa Fiony akan membunuhnya?

"Aku kurang cantik dan seksi ya?" Fiony menarik kemeja Azizi yang sudah robek lalu merobek celananya. "Kamu bahkan bisa hubungi aku kapanpun jika kamu merasa hasrat kamu ingin dipenuhi, tapi kamu selalu merasa kurang." Fiony menarik kasar celana Azizi sebelum menatapnya tajam. "Apa yang gak pernah aku kasih sama kamu? Aku kasih segalanya tapi kamu masih bisa liat orang lain selain aku."

"Aku gak khinatin kamu, aku gak cinta sama dia." Azizi berusaha menjauhkan kepalanya ketika pisau itu berhenti di lehernya. Nafas Azizi mulai terengah-engah.

"Kamu sudah cukup bisa disebut seorang pengkhianat jika kamu berani meniduri orang lain di belakang pacar kamu." Fiony membalikan pisau itu dan menempelkan bagian tumpulnya pada leher Azizi. "Hati-hati, orang yang kamu sakiti adalah seorang penjahat, aku bahkan bisa membunuh kamu detik ini juga."

Azizi tidak mampu mengatakan apapun saat pisau itu mulai menekan lehernya. Wajahnya sudah dipenuhi oleh keringat dingin. Azizi bahkan merasa sulit bernafas. Kenapa hari ini terasa begitu rumit? Azizi ditimpa masalah sampai berkali-kali.

"A-aku minta maaf," ucap Azizi bergetar hebat. Azizi masih ingin hidup meski sebenarnya dunia ini tampak sangat membosankan.

"Aku maafin dengan satu syarat." Fiony menarik pisaunya kemudian melemparkannya ke lantai.

FADING AWAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang