3

3.3K 469 54
                                    

Waktu baru menunjukan pukul sembilan pagi ketika bel berbunyi, sambil berjalan, Fiony melirik ke arah jam dinding. Ini masih sangat pagi, siapa yang bertamu? Jika Shania atau Shani, tidak mungkin mereka memencet bel, mereka berdua sudah punya akses untuk masuk ke sini. Fiony berhenti sejenak di depan monitor, ia memicingkan mata saat melihat seorang gadis cantik berdiri dengan hoodie yang menutupi kepalanya. Fiony mengayunkan langkah ringan ke arah lemari, ia membuka laci dan mengambil sebuah pistol sebelum membuka pintu.

"Ada keperluan apa?" tanya Fiony tanpa basa basi. Tangannya yang memegang pistol ia sembunyikan di balik badannya. Fiony memperhatikan gadis itu dengan seksama, apakah gadis itu anggota BIN? Fiony menggeleng, tidak akan ada yang mampu melacak rumah ini.

"Siapa?" Viny menyusul dari belakang, pandangannya tentu langsung tertuju pada gadis itu. Viny berjalan menghampiri mereka dan berhenti di samping Fiony.

"Kenalin, aku Ashel." Gadis yang ternyata bernama Ashel itu mengulurkan tangannya pada mereka. Namun, tidak ada satupun yang mau menjabat tangannya. Tentu saja. Ashel menghempaskan kembali tangannya dan melayangkan pandangan ke sekeliling, memperhatikan bangunan rumah ini yang memang tidak terlalu mewah, tetapi sangat sejuk.

"Aku nanya apa keperluan kamu?" Fiony bertanya sekali lagi. Ini pertama kalinya ada yang berani datang ke rumah tanpa perjanjian lebih dulu.

Ashel berdehem dan berbisik, "Aku tau siapa kalian. Aku heran kenapa pemerintah butuh waktu lama untuk mencari kalian dan akhirnya gagal, sementara aku hanya butuh begadang semalam." Ashel mengakhiri kalimatnya dengan senyuman menyebalkan. "10 komputer aku bekerja dengan sangat cepat."

Viny menahan tangan Fiony yang hendak menembak Ashel. "Lalu?" tanyanya menyipitkan mata. Jika Ashel berniat untuk menghancurkannya, tidak mungkin gadis itu berani datang seorang diri. "Apa tujuan kamu berani datang ke sini?"

"Kalian gak mempersilahkan aku masuk lebih dulu sebelum aku menjelaskan tujuan kedatangan aku?" Bukan menjawab, Ashel malah balik bertanya. "Mungkin ada secangkir susu untuk aku pagi ini?" Ashel kembali tersenyum meski Fiony kini menatapnya tajam.

"Kita gak biasa bawa orang asing ke rumah. Kalo mau, ikut aku." Viny mengusap sekilas punggung Fiony, memberi isyarat agar Fiony tetap tenang dan tidak gegabah. Ia berjalan ke arah samping rumah, di sana ada taman kecil dan gazebo yang biasa digunakan untuk bersantai atau menerima tamu.

"Nah di sini kan enak." Ashel melepaskan sepatunya dan duduk bersila dengan santai di sana. Tidak ada garis ketakutan sedikitpun dari tatapannya, ia yakin mereka tidak akan berani membunuhnya di sini. Jika ia salah bicara pun mungkin mereka akan mengincarnya di luar sana.

"Gak ada minum apapun, sekarang kamu jelaskan apa tujuan kamu datang ke sini." Fiony berkata dengan nada yang tegas dan tatapan dingin.

"Aku pikir anggotanya laki-laki, gak taunya perempuan ya?" Ashel menyandarkan kedua tangannya pada pembatas gazebo itu. Ia memperhatikan mereka berdua yang masih mengenakan piyama tidur. Tanpa mandi dan make up, mereka masih terlihat cantik.

"Jangan uji kesabaran aku." Fiony tidak bisa menahan emosinya lagi, ia menodongkan pistol pada Ashel.

"Dyinyby Technologies, aku ingin kalian menghancurkan perusahaan itu. Aku udah coba retas data mereka tapi sistem keamanannya sangat ketat, ada beberapa hal yang gak bisa terbaca sama komputer aku. Aku tau kalian selalu menghancurkan data perusahaan dan mengacak-acaknya. Aku datang ke sini hanya ingin bekerja sama."

Fiony terdiam cukup lama, tidak percaya bahwa tujuan gadis itu sama dengan tujuannya. Fiony menatap Viny dan menurunkan pistolnya perlahan. Ia mengembuskan nafas panjang, ia berharap gadis itu tidak akan jadi malapetaka untuknya.

FADING AWAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang