Prolog

2.2K 79 4
                                    

“Jangan terlalu senang mempermainkan hati yang benar-benar jatuh cinta kepadamu karena suatu saat nanti setelah ia memutuskan untuk pergi, kamu akan menyesalkan hal itu.”

🥀🥀🥀

Aku diajak polisi untuk melihat identitas yang ada di dompet istriku. Bagaimana wanita ini memiliki dompetnya? Kenapa sampai sekarang dia tak pulang? Ke mana sebenarnya Arum pergi?

Itulah yang terus kupertanyakan di dalam pikiran. Bahkan sepanjang perjalanan kucoba memecahkan segalanya. Namun, tak ada jawaban satu pun yang bisa kutebak. Setelah sampai ke rumah, aku cepat-cepat naik ke atas menuju kamar kami. Diri ini tak bisa tidur semalaman, memikirkan keberadaan Arum yang tak kunjung pulang kembali ke rumah. Kucoba menghubunginya lagi namun sama, tetap tak aktif.

Terus mencoba mengingat-ingat siapa kiranya yang bisa kuhubungi untuk mencari keberadaan Arum saat ini. Namun, tak ada yang kuingat. Istriku itu memang wanita yang sangat pendiam, dia tak memiliki banyak teman saat kuliah dan bekerja dahulu serta di panti asuhan dulu tempat dia tinggal.

Tunggu! Apa Arum ada di sana? Apa dia pulang ke panti itu?

Aku harus memastikannya besok. Kebetulan cutiku di rumah sakit masih ada dua hari lagi. Akan kuhabiskan waktuku untuk mencari keberadaan Arum. Syukur-syukur kalau memang dia ada di Panti Asuhan itu. Hatiku yang semalaman merasa gelisah tak menentu merasa lebih tenang setelah mengingat kemungkinan keberadaan Arum.

Menjelang waktu subuh aku mandi air hangat dan mandi besar, sebab memang belum melakukannya sejak semalam. Kebetulan setelah sampai di Bandung dan bertemu dengan Erika pukul tujuh malam, kami tak menunggu lama untuk bermesraan.  Apalagi sambutan ketika baru datang membuat diri ini tak sabar untuk membawanya ke peraduan kami. Penampilan istri mudaku itu sungguh membuatku sebagai lelaki merasa tergoda. Entah mengapa aku suka sekali melihatnya memakai lingerie, dengan tubuhnya yang sintal membuatku selalu saja tak bisa mengendalikan diri.

Karena kabar mengejutkan semalam, aku sampai tak sempat untuk membersihkan diri di rumah Erika. Bahkan tubuhku yang lelah tak kuhiraukan. Padahal, selama sehari semalam aku belum juga beristirahat. Apalagi bolak-balik Jakarta-Bandung dengan mengendarai mobil sendiri. Tanpa sopir yang menemani.

Setelah mandi aku salat subuh seperti biasa. Ada rasa sepi yang menguar ketika mengingat Arum istriku tak ada di rumah ini. Biasanya kami akan salat berjamaah. Aku yang suka memandang wajahnya yang bersinar karena air wudu selalu menggodanya dengan sikap jailku yaitu mencium keningnya sebelum kami salat, alhasil kami sama-sama harus berwudu kembali.

Bahkan dengan wajah cemberut dia kadang menggerutu ketika hendak bersuci kembali. Bukan rasa sebal melihatnya seperti itu, malah itu membuatku merasa terhibur. Jarang-jarang Arum bersikap seperti itu. Dia bukanlah istri yang selalu cerewet dan mengeluh dalam hal apa pun. Mungkin inilah yang membuatku merasa rumah tangga kami terasa ada yang kurang. Tak ada tantangan, tak seperti bersama dengan Erika. Mungkin itulah yang membuatku nekat untuk berselingkuh dari Arum.



Pukul tujuh pagi aku berangkat mencari istriku di Panti Asuhan Kasih Bunda, tempat tinggalnya dulu. Kutanyakan kepada pemilik tempat itu, apa Arum ada di sana? Namun, kekecewaan yang kudapat. Istriku tak ada. Akan tetapi, perkataan Ibu Rina pemilik yayasan membuatku merasa heran.

“Arum pernah bertanya tentang perceraian, Nak Arga,” jelasnya.

Apa itu artinya Arum menginginkan perceraian dalam rumah tangganya? Lantas karena apa?

Baca selengkapnya sampai tamat. Jangan lupa untuk klik tombol Berlangganan dan tinggalkan jejak dengan klik rate, hati dan komen.

Happy reading 🥰🥰🥰 Mampir juga ke cerita Nuri lainnya. Ada cerbung yang akan gratis sampai tamat

Sesal (Alasan Menghilangkannya Istriku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang