Hari pertama di gedung baru alhamdullilah baik-baik saja dan tak ada kejadian apapun seperti semalam. Kami semua sibuk mengatur ulang mesin dan barang-barang yang akan diproses. Itu semua terpaksa tertunda karena kami sibuk mengurus pindahan.
Bos juga memanggil tukang untuk menyelesaikan membuat kamar untuk karyawan mess. Dalam sehari semuannya selesai. Malam ini kami bisa tidur nyenyak kembali di kasur lantai tipis yang sangat nyaman bagi kami itu. Bos bilang kami akan mulai kerja dua hari lagi, tepat di hari Senin. Lagi pula memang hari Minggu kami libur, jadi sekalian saja katanya.
Ada mesin bordir baru yang akan ditambahkan dan belum selesai disetting. Sebelumnya hanya ada 3 buah saja mesin bordir. Bos menambah 2 mesin bordir lagi karena kami mendapat gedung yang lebih besar dari sebelumnya, karena orderan yang bertambah banyak setiap harinya.
Mesin bordir dengan komputer itu berukuran besar. Sekitar panjang 6-7 meter dan lebar sekitar 2 meter bahkan mungkin beratnya sampai 3 ton. Sehingga butuh ruang yang besar untuk meletakannya, juga butuh tenaga lebih untuk mengangkutnya kemari. Itu kenapa proses menyetting mesin membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara mesin jahit biasa hanya ada 3 buah saja karena konveksi ini berfokus pada hasil bordir.
Malam sudah tiba, beres-beres hari ini sudah selesai. Kulihat sudah pukul 7 malam. Biasanya kami baru selesai bekerja jam segini untuk sif siang. Pekerjaan dibagi menjadi dua sif, yaitu siang jam 7 sampai jam 7 lagi, sementara sif malam sebaliknya.
Gedung jauh lebih terang sekarang. Bos menambahkan banyak lampu di gedung ini. Hingga membuatnya begitu terang. Bahkan di tangga ke loteng juga jauh lebih terang. Anak-anak lain tampak sudah biasa saja seolah tak pernah ada kejadian aneh sebelum ini. Ya, lagian untuk apa terlalu memikirkannya. Hidup juga tetap harus dijalani. Hal terpenting adalah kami harus tetap sopan di tempat ini. Jangan sampai membuat mereka marah.
Lantai tiga yang sebelumnya terasa luas, kini terlihat seperti gedung apartemen. Para tukang itu menyekat ruangan besar ini dan membaginya menjadi beberapa bagian. Di samping kamar Mas Bagyo dibuat kamar dengan ukuran besar untuk karyawan perempuan. Ruangannya dua kali lebih besar dari kamar di gedung lama kami. Sampingnya tepat di pintu menuju balkon di gunakan sebagai ruangan bersama. Ada TV juga di sana. Sementara di bagian tengah samping tangga, sebuah ruangan kamar juga tersedia untuk karyawan laki-laki. Di sampingnya adalah celah antara kamar laki-laki dan kamar lama gedung itu yang kami gunakan sebagai mushola.
Dapur juga sudah tertata rapi. Ada kompor, penanak nasi, kulkas, dan dispenser di sana. Dapurnya juga jauh lebih terang dari sebelumnya. Gedung ini sekarang tak terlalu mengerikan seperti sebelumnya meski cat belum di cat ulang dan masih banyak cat lama asli gedung ini yang berlumut dan terkelupas di berbagai sisi.
Loteng digunakan sebagai area jemuran dan tempat nongkrong kami. Semuanya berkumpul di sana saat malam tiba. Sementara aku belum ingin menginjakkan kaki ke sana. Meski nantinya pasti akan ke sana untuk menjemur pakaian. Sepertinya aku harus mengumpulkan nyali lebih dulu. Ingatan buruk kemarin masih sangat jela sdi kepalaku.
"Dari tadi kamu nglamun apa, sih?" pertanyaan Mbak Desi mengalihkan pikiranku. Aku lupa jika sekarang kami tengah menonton TV bersama.
"Gak apa-apa," jawabku.
"Jangan suka nglamun, May. Kesambet ntar loh." Mbak Desi menakut-nakuti.
"Amit-amit, Mbak. Jangan sampai." Aku berusaha menjauhi pikiran buruk itu.
"Ya, lagian dari tadi ditanyain malah ngelamun mulu," rajuknya.
Aku memasang muka memelas padanya. "Maaf, emang tanya apa tadi?" tanyaku dengan suara semanis mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEDUNG TUA BERHANTU
HorrorDi sebabkan harga sewa gedung yang mahal, koveksi tempat Maya bekerja akhirnya dipindahkan. Namun mimpi buruk di mulai ketika Maya sampai di gedung baru tempat mereka bekerja. Teror demi teror harus di alaminya bersama teman-temannya. mampukah merek...