BAB 1 Pembukaan

76 9 7
                                    

Tiga perempuan sedang memajang lukisan di kantor. Bu Mega berjalan menghampiri mereka. "Di mana Arumi?" ucap Bu mega.

"Di mana lagi dia?" jawab perempuan yang memajang lukisan.

Bu Mega menggelengkan kepala lalu menghela napas berjalan menyusuri lobi pergi mencari Arumi.

"Mengapa Bu Mega begitu terobsesi dengan Arumi," tutur ketiga perempuan itu membicarakan Bu Mega. Satu di antara mereka berdiri di kantor mengatakan, "Bu Mega mendapatkan makalah penelitian terbaik dari Arumi. Keadaan Arumi tidak hanya itu, ia juga berasal dari keluarga kaya, dan kami semua tahu bagaimana Bu Mega menyayangi orang kaya," katanya.

"Ohh pantas aja," ucapnya.

"Iya," jawab temannya.

Bu Mega berjalan menuruni anak tangga masuk ruangan yang penuh dengan rak buku. Di ruang itu dia menengok ke arah kanan kiri lalu melihat Arumi. Ia sedang membaca buku-buku dan mencatat beberapa hal yang menurutnya penting dengan buku yang ada di sampingnya. Bu Mega menghampiri Arumi yang sedang mengulum permen lalu mengambil buku cacatan Arumi.

"Hai, Bu Mega," ucap Arumi sambil melirik ke atas.

"Sudah berapa lama kamu seperti ini?" tanya Bu Mega.

"Tiga setengah hari," ucapnya.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Bu Mega dengan mengibas-ngibas tangannya di hadapan Arumi.

"Ya benar," ucap Arumi dengan suara perutnya yang keroncongan.

"Kamu bertahan hidup dengan permen lagi?" tegas Bu Mega.

"Ya, sains mengatakan bahwa manusia menyimpan sekitar 160.000 kalori dalam tubuhnya. Jika ibu menghitung bahwa rata-rata seorang manusia membutuhkan sekitar 1.600 kalori perhari, ini berarti manusia bisa bertahan setidaknya tiga bulan dengan energi yang tersimpan. Selain itu, jika ibu mengonsumsi cukup cairan dan garam maka ibu akan bertahan hidup meskipun tidak mengonsumsi makanan," jelas Arumi.

"Berapa kali ibu harus memberitahu kamu bahwa museum ini bukan perpustakaan?" tegur Bu Mega. "Sebagai direktur museum ini ibu tidak bisa membiarkan orang menuduh ibu mengabaikan karyawannya sampai bekerja terlalu keras begini. Pulanglah, makan sesuatu yang bergizi dan pergi tidur," kata Bu Mega.

"Tapi, Bu," selanya.

"Tidak ada buku. Tidak ada tablet. Kamu Harus tidur!" perintah Bu Mega.

"Bahkan jika Arumi tidak mengantuk sama sekali Bu?" tanyanya.

"Ya, bahkan jika kamu tidak mengantuk sama sekali!" tegas Bu Mega.

"Ini tidak adil," ucap Arumi sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. Namun, ketika akan memasukkan tablet Bu Mega membawa tabletnya dan memberikan amplop kecil berwarna coklat pada Arumi.

"Jangan masuk kerja besok. Pergi ke alamat ini saja," suruh Bu Mega. Dia tidak bisa pergi ke alamat itu karena harus menjemput tamu penting dari bandara jadi dia akan sedikit terlambat. "Pelindung VVVIP kami menjadi tuan rumah pesta ini jadi tolong berikan yang terbaik," ucap Bu Mega.

"Arumi yakin silvi ingin lebih darinya," katanya.

"Hahaha, ini bukan pesta yang bisa kamu datangi hanya karena kamu ingin Arumi. Ini adalah pesta yang diselenggarakan oleh wanita kaya yang mengundang teman wanita kaya mereka untuk menunjukkan satu sama lain. Lihat apa yang ibu punya," kata Bu Mega sambil berjalan meninggalkannya.

"Ohhh," simpul Arumi dengan merapikan tas dan bukunya.

"Dan siapa yang tahu? Mungkin kamu akan melihat Modigliani yang kamu cintai di tempat yang kamu benci!" teriak Bu Mega sambil berjalan meninggalkannya.

ArumibaswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang