Surabaya

33 5 0
                                    

Para tamu menghadiri pemakaman Tuan Veda. Berita yang terdengar bahwa putra tertua Galeri Seni telah mengabdikan seluruh hidupnya berbagi seni dengan banyak orang.

Wartawan-wartawan melontarkan pertanyaan kepada laki-laki yang dia anggap sebagai putra dari Tuan Veda. Namun, ketika mereka berbicara satu wartawan mendengar teriakan orang yang hadir di sama.

"Bukankah itu mobil Bhama," teriak tamu yang hadir di pemakaman Tuan Veda.

"Bhama dari Grup Segi?" tanya wartawan.

"Ya, betul," ucap orang-orang.

Mereka menghampiri Bhama sambil membawa kamera yang dipegang pada tangannya itu. Bhama turun dari mobil disambut oleh pengawal dengan berdiri tegap samping kanan dan kiri. Ia berjalan masuk ke tempat di mana Tuan Veda di makamkan. 

"Ucapan bela sungkawa untuk ayahmu dari rumah lelang, kabarnya Galeri Seni sedang mengalami masa sulit. Kami akan menawarkan layanan jauh lebih baik dari pada rumah lelang lainnya," tawar laki-laki itu sambil memegang kertas di tangannya.

Candala merasa tidak terima atas apa yang laki-laki itu bicarakan. Candala berjalan tiga langkah menghampirinya dan menyuruh laki-laki itu diam.

"Jika kalian perlu membuang sesuatu, jangan ragu untuk menghubungi kami," ucap laki-laki ini kepada Arumi.

Bhama masuk ke pemakaman di mana semua orang mendoakan Tuan Veda.

"Tunggu," tegas Bhama yang muncul dari belakang, ia menarik lalu merebut kertas yang dipegang laki-laki itu.

"Tidak sopan. Kamu pikir kamu siapa?" ucap laki-laki itu.

"Turut berbela sungkawa atas kehilangan kamu," ujar Bhama pada laki-laki yang berdiri di hadapannya dengan memasukkan kertas ke dalam saku jasnya. "Itulah yang kamu katakan kepada keluarga yang berduka, ketika kamu tidak tahu bagaimana menghibur mereka. Hafalkan jika kamu tidak tahu itu," sindir Bhama berjalan meletakkan bunga.

"Maafkan kami, kami ucapkan bela sungkawa," laki-laki itu bergegas pulang selesai mendoakan.

Di pemakaman tersisa dua orang. Bhama mendoakan kepergian Tuan Veda. Sedangkan Arumi berdiri di samping dengan air mata yang berlinang dan tatapan kosong membuatnya frustasi. Selesai mendoakan Bhama menghampiri Arumi.

"Turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu," ucap Bhama.

"Itu dia, kan? Direktur Bhama dari Grup Segi," kata karyawan Tuan Veda.

"Beraninya dia datang ke sini!"

"Mengapa? Apakah terjadi sesuatu di antara mereka?"

"Apakah kamu tidak tahu? Dia hampir menikah dengan Arumi, tapi ...."

"Hush," tegur temannya.

"Astaga," pinta Dika.

"Ayo. Orang-orang dapat mendengar kamu," simpul Candala kepada temannya dan menyuruh menghampiri Arumi.

Orang-orang bergiliran datang masuk ke tempat peristirahatan Tuan Veda. Namun, ada seorang laki-laki yang tiba-tiba berlari masuk ke pemakaman dengan napas yang terengah-engah, ia menangis dan menyalahkan diri memukul kepalanya dan berkata, "Kamu orang bodoh, bodoh."

"Ini bohong, kan?"

"Tolong beritahukan ini tidak benar. Tolong beritahu ...," ucapnya sambil menangis.

Arumi menghampiri laki-laki itu, "Tidak apa-apa, Bhadri."

Bhama berjalan dari belakang meninggalkan pemakaman Tuan Veda, ia melihat Arumi yang sedang menangis bersama laki-laki yang di sampingnya. Ia pun terlihat seperti kesal.

ArumibaswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang