Larah

31 4 4
                                    

Arumi duduk di belakang mobil. Beberapa mobil di jalanan melaju dengan cepat. Mobil yang ditumpangi Arumi bersebelahan dengan mobil Baswara. Baswara duduk di belakang mobil sambil melihat buku rekeningnya.

"Uang sewa belum masuk lagi," kata Baswara.

"Apakah dia cantik?" tanya manajernya.

"Siapa?" ucap Baswara.

"Ya wanita itu, Apa dia cantik?" ulang manajernya.

"Ini tidak seperti itu," ujar Baswara

"Apa mungkin dia memiliki tubuh yang seksi?" tanya manajernya.

"Tidak seperti itu," kata Baswara.

"Jika bukan itu, apakah dia membiusmu? Menggunakan obat tidur," ucap manajernya.

"Tidak, sumpah," kata Baswara.

"Lalu apa itu? Apa yang dia lakukan padamu bahwa tidak menyadari jam tanganmu hilang? Berdasarkan kepribadianmu itu tidak akan meletakkan di pergelangan tangan kecuali tertarik padanya," ucap manajer.

Baswara membayangkan Arumi yang bersamanya. 

"Selamat tinggal kalau begitu," ucap Arumi.

"Tunggu. Maaf." Tangan Arumi dipegang Baswara ia melepaskan jam tangannya dan memakaikan pada tangan Arumi.

"Apa ini, Baswara," katanya.

"Jam tangan ini sangat berarti bagiku. Jadi tolong bawa itu saat nanti kita bertemu lagi." Membayangkan ketika bersama Arumi. Ia tetap menyangkal nayaka dan berkata, "Tentu saja tidak, kecuali menjadi gila." Melirik ke kanan ia melihat sebuah mobil yang di dalamnya ada Arumi. Ia berkata, "Apa itu tidak. Kupikir melihat sesuatu. Apakah dia kembali ke Surabaya?" tanya Baswara pada manajernya.

"Tidak mungkin, jenis pelarian terbaik adalah melarikan diri ke luar negeri" jawab manajernya.

"Iya benar," ujar Baswara dengan napas panjangnya.

***

"Petugas, dia mabuk dan memukulku lebih dulu."

"Iya tahu, tapi ...."

"Ini bukan pertama kalinya bagimu."

"Petugas!"

"Buat dia diam!"

"Apa?"

"Sampah ini ...."

"Tidak minum."

"Dia bertemu ...."

"Hanya satu."

"Dia selalu minum dan kemudian melakukan ini!"

"Diamlah."

"Apakah dia baru saja memanggilku seorang wanita?"

"Silakan duduk, Bu."

"Bukankah salah satunya ya?"

"Apa yang dibicarakan dirimu?"

"Petugas!"

"Baru saja kuberkata."

Arumi menghampiri laki-laki yang duduk di kantor. Dia bertanya, "Apakah melihat Bhadri?"

"Semuanya diam!" ujar laki-laki yang tepat di hadapan Arumi.

"Apa katamu?" jawab laki-laki itu.

"Apa ada Bhadri di sini," jawab Arumi.

"Dia tidak masuk hari ini. Apakah tidak menelponnya sebelum datang?" tanya laki-laki itu.

"Tidak punya nomornya," jawab Arumi karena mendengar Bhadri bertugas di sini.

"Kembalilah besok, atau simpan nomormu di sini," suruh petugas laki-laki di kantor.

ArumibaswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang