29✧⃝•͙┄

195 35 2
                                    

Hujan deras disertai petir mulai terdengar dari dalam apartment. Hal itu tentu saja membuat Seonghwa khawatir akan Nari yang belum juga pulang meskipun malam sudah teramat larut.

Berjalan mondar mandir sambil terus berusaha menelepon ponsel Nari yang sepertinya tidak aktif, perasaannya kian resah karena ini adalah kali pertama gadis itu terlambat pulang tanpa memberinya kabar.

Menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang empuk, sorot matanya kini tertuju pada kamar sang adik yang gelap. Ia kembali teringat akan buku-buku tebal yang ia bereskan sore tadi. Buku-buku itu Nari biarkan tergeletak berantakan di atas tempat tidurnya meskipun Seonghwa sudah membelikan rak buku yang baru.

Sebenarnya ada yg lebih mengganggu pikirannya.

Bahwa buku-buku itu hampir seluruhnya bertemakan iblis serta apapun yang berkaitan dengan makhluk mengerikan tersebut.

Tidak tidak.

Nari tidak mungkin mengikuti aliran sesat atau semacamnya kan, pikirnya.

Ia mulai mencari daftar kontak seseorang pada ponselnya yang mungkin saja akan tahu dimana keberadaan Nari saat ini.

Seonghwa berdecak. Ia amat menyesal karena tidak meminta nomor kontak Suyun yang diketahui menghabiskan waktu dengan Nari siang tadi.

Kini ia tak tahu harus bertanya pada siapa.

Meskipun sama sekali tak ada petunjuk, ia tidak boleh pasrah dan diam saja seperti ini.

Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri itu.

Mengambil mantel dan kunci mobil, langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering.

"Ya?"

"Nari ada bersamaku, kau tidak perlu mengkhawatirkannya."

Kalimat yang dilontarkan oleh sang penelepon tidak serta merta membuat Seonghwa kembali terduduk tenang. Langkahnya malah semakin tergesa keluar dari apartment.

"Beri tahu aku dimana alamatnya."

Berjalan masuk dari pintu samping bar sesuai arahan, Seonghwa disambut oleh pria tegap bersurai keperakan yang tadi menelponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjalan masuk dari pintu samping bar sesuai arahan, Seonghwa disambut oleh pria tegap bersurai keperakan yang tadi menelponnya.

"Kau sudah sampai rupanya."

"Berhentilah berbasa-basi Mingi," tegas Seonghwa. "Dimana Nari?"

Tanpa berucap, Mingi mengisyaratkan Seonghwa agar mengikutinya.

Mereka berdua melewati lorong gelap yang sepi, menuju sebuah kamar paling sudut yang merupakan satu-satunya ruangan dengan penerangan yang menyala.

Saat masuk, Seonghwa mendapati tubuh mungil Nari yang terbaring pada sebuah tempat tidur berselimut sebatas dada. Di sampingnya, terduduk seorang wanita bersurai panjang yang menatap sang pria seolah mengucapkan permintaan maafnya yang mendalam.

Sell My Soul [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang