Macau, Avenida de Almeida Ribeiro
Kota terkenal dengan perjudian ini memang tidak pernah sepi. Di sekitar Rua das Estalagens, Emily telah menjumpai banyak sekali toko yang menjual barang-barang antik yang katanya khas dari Macau. Salah satu jalan paling terkenal di Macau karena dari namanya sendiri adalah kombinasi bahasa Portugis dan Cina Tradisional.
Sepanjang jalan Largo do Senado sampai Inner Harbour di Avenida Almeida Ribeiro, banyak sekali toko emas yang katanya konon sudah berdiri lama sekali. Minuman keras, tembakau, anggur Portugis juga banyak ditemukan disini.
Saat Emily sampai ke tempat ini, ia tahu sebenarnya tujuannya datang bukan untuk berjalan-jalan. Ia harus kembali fokus pada misi awalnya, mengawasi langsung gerak-gerik Pak Watno dan isterinya. Pagi ini, wanita itu telah mendapatkan titik pasti dimana Pak Watno menyewa motel. Motel yang ditinggali oleh pria tua itu terletak di ujung kota, jauh dari keramaian. Tapi tim investigasi perusahaannya memang tidak pernah mengecewakannya. Mereka berhasil menemukan keberadaan targetnya hanya dalam waktu kurang dari 72 jam.
Wanita itu mengeluarkan ID card berupa passport untuk menyewa kamar di sebelah nomor motel Pak Watno. Ia juga membawa serta dua buah laptop, satu buah teropong dan sebuah kamera. Jujur saja, Emily tidak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk mengerjakan pekerjaan konyol ini. Tapi ini semua menyangkut perusahaannya, dan Emily tidak akan pernah membiarkan siapapun mengacaukannya. Ia hanya perlu membuktikan kalau selama ini analisa dan kecurigaanya tidak pernah salah. Selanjutnya, tikus got itu pasti akan ia serahkan ke pihak yang lebih berwewenang. Setidaknya dengan ini, ia tidak menunggu dengan bodoh, buang-buang waktu.
Tangannya memegang walkie talkie namun matanya fokus pada layer laptopnya. Sekarang masih siang hari, dan menurut tim nya, Pak Watno baru akan keluar dari motel nya bersama isterinya pada malam hari. Selama 3 hari ini, tidak ada kegiatan yang mencurigakan selain membeli makanan dan memberikan makanan kepada anjing jalanan.
"Apa kau sudah memastikan isterinya masih diluar?" Emily mengetik sesuatu di keyboard nya sambil berbicara pada anak buahnya. Ia membawa serta 3 anak buah dari kantornya, dan mereka kini sedang berjaga-jaga di bawah motel ini, pasar tempat isterinya terkadang singgah beli makanan dan di pintu masuk bandara.
"Masuk .. kami memastikan isteri Pak Watno masih diluar untuk saat ini dan belum ada tanda-tanda ia akan kembali." Jawab salah satu anak buah nya di seberang sana. Emily menganggukan kepalanya dan melepaskan headphone nya. Kamar yang sengaja ia sewa memiliki koridor yang terhubung ke koridor kamar pria itu, hanya dibatasi oleh sebuah dinding rendah dan diatasnya dihiasi oleh 3 buah pot bunga kecil. Emily sudah menaruh alat pendengar suara di pot bunga disana. Alat kecil berbentuk stiker tempelan itu memiliki fungsi untuk menangkap dan merekam suara dalam jarak maksimal 150 meter. Dan stiker itu sudah dikoneksikan dengan jaringan yang terdapat pada laptopnya, juga tim investigasi nya di Indonesia. Emily menghela nafas puas saat suara yang ditangkap oleh alat itu lumayan jelas meski tidak terlalu jernih. Kini hanya suara TV yang terdengar.
"Makan dulu, kau belum makan sejak kau tiba di bandara subuh tadi." Suara pria yang menganggu konsentrasi Emily membuat wanita itu hampir tersedak ludah sendiri. Ia agak kesal, namun saat menghirup aroma mie dari mie instant cup yang sudah matang, perutnya tiba-tiba bergejolak. Dengan ragu, Emily menerima cup mie instant itu dari tangan lelaki itu dan menghirupnya sampai puas.
"Jangan dihirup saja, dimakan. Garpunya ada di meja dekatmu." Randy duduk di ranjang kurang empuk di belakang Emily. Pria itu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat di deskripsikan. Emily baru sadar kalau Randy memang mengikutinya dari Bali sampai ke Macau. Seingatnya, ia tidak memberi tahu apa-apa tentang rencananya, namun entah mengapa, Randy mengikutinya sampai kesini. Pria itu menyelesaikan rapat utamanya kemarin di Bali dan langsung memerintahkan sekretarisnya untuk memesankan tiket ke Macau. Ia agak risih, namun di sisi lain, ia bersyukur. Karena tanpa dirinya, ia mungkin sudah melupakan kondisi kesehatan tubuhnya. Otaknya sibuk fokus dengan misi nya, namun otaknya lupa untuk mengirimkan sinyal pada perutnya, merengek belum diisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILY and RANDY (Tjaya's Fam Series I)
RomanceKenyataannya, cinta tidak sebahagia yang kau pikirkan Pada ceritanya, cinta juga adalah hal rumit yang paling susah untuk dijelaskan Cinta yang membuatmu tersakiti Cinta juga yang membuatmu bersedia untuk melakukan banyak hal Emily sangat percaya bi...