Dua minggu sebelumnya..
"Kau tidak perlu takut, anak muda..." Ucap seorang laki-laki berkacamata hitam. Rambut hitamnya tersisir rapi, jas yang dipakainya adalah keluaran Wong Hang, salah satu tailor ternama di Indonesia. Jas itu berwarna biru tua dengan dasi merah bercorak garis putih. Laki-laki yang berusia tiga puluh tahunan itu tampak tersenyum menatap pemuda yang berusia delapan belas tahun itu, di sampingnya.
"Kau tidak berhak untuk membawaku pergi." Ucap Ryu, membalas tatapan mata yang berada dibalik kacamata hitam itu.
"Siapa bilang?"
"Siapa kau sebenarnya?"
Laki-laki itu tertawa. "Aku tidak membawamu pergi. Tidak menculikmu dan juga tidak menyembunyikanmu."
Ryu menatap bingung laki-laki aneh ini di sampingnya. Lalu ketika mulutnya terbuka, ponsel keluaran terbaru tahun ini milik laki-laki itu berdering kencang.
Terpaksa Ryu menutup mulut kembali dan menunggu hingga laki-laki tampan misterius itu menyelesaikan pembicaraan di ponselnya dengan bahasa yang tidak ia ngerti.
Remaja laki laki yang memiliki wajah tampan dan berhidung mancung itu sepertinya kesal, akhirnya memandang keluar jendela yang menampilkan pemandangan luar kota Jakarta yang tampak cerah di siang hari itu.
Ryu sudah lelah meronta ronta, namun ia juga curiga. Orang ini seperti bukan penculik. Karena dilihat dari setelah yang dipakainya, mobil yang dibawanya, kemudian sopir dan ajudan yang mendampingi pria itu juga terlihat professional.
Lelaki delapan belas tahun itu hanya bisa diam sambil tiba tiba memikirkan ibunya. Ibunya pasti kebingungan dengan kehilangannya tiba tiba. Ia bingung bagaimana mengabari ibunya karena ponsel dan dompetnya tertinggal di mobilnya. Ryu kehilangan akal bagaimana harus melarikan diri, ia hanya bisa pasrah mengikuti kemana Jaguar putih ini membawanya.
***
Begitu memasuki kawasan Hotel Kempinski Indonesia, Ryu sudah tahu kalau orang yang membawanya itu mungkin saja tidak memiliki niat untuk berbuat jahat kepadanya. Terbukti ketika laki-laki itu menyuruhnya untuk menikmati hidangan yang tersedia di restoran yang ada dilantai bawah hotel mewah tersebut.
"Makanlah dulu sekarang. Kau belum makan dari pagi, 'kan?"
Ryu berdiri dengan tatapan dingin dan curiga, menggeleng. "Bawa aku kembali."
Laki-laki itu melepas kaca mata hitamnya dan ia menatap Ryu dengan tatapan lurus. Ia tidak menyauti permintaan Ryu.
"Hari ini ulang tahunmu, makanlah. Aku punya sesuatu untukmu di kamarmu nanti."
Ryu memandang orang itu dengan was was sekarang. Siapa orang ini sebenarnya? Kenapa ia tahu hari ini adalah ulang tahunnya?
"Kau siapa sebenarnya?" Tanya Ryu sambil mengalihkan pandangan dari orang itu. Perutnya berkicau keras, apa lagi saat seorang waitress melewati mereka membawa sepiring lobster asap panggang yang membuatnya semakin lapar.
"Panggil aku Han."
Ryu mengangguk dan ia berjalan meninggalkan pria bernama Han itu. Ia tidak peduli lagi untuk saat ini siapa Han sebenarnya, ia hanya ingin mengisi perutnya yang keroncongan dari tadi. Ryu membutuhkan nutrisi tambahan untuk berpikir siapa sebenarnya lelaki itu, tapi itu nanti. Karena ikan salmon dan sushi di hadapannya lebih menarik untuk disantap.
***
"Aku tidak bisa menerima ini."
Selesai makan, seorang bodyguard berbadan bongsor mengantarkan Ryu ke lantai paling atas hotel ini. Ketika pintu terbuka, mata Ryu melebar. Ini bukan kamar hotel. Melainkan apartment yang berbentuk penthouse. Karena seluruh interior dan perabotan disini terlihat sangatlah mewah. Ryu tidak bodoh, ia tahu barang barang disini lebih mahal dan mewah daripada di rumahnya. Berarti Han ini sangatlah kaya, bahkan mungkin lebih kaya dari ibunya yang notabene adalah pengusaha wanita sukses yang namanya sudah terkenal se Asia. Nama ibunya pun sudah termasuk dalam daftar lima puluh orang terkaya di Indonesia via Majalah Forbes.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILY and RANDY (Tjaya's Fam Series I)
RomanceKenyataannya, cinta tidak sebahagia yang kau pikirkan Pada ceritanya, cinta juga adalah hal rumit yang paling susah untuk dijelaskan Cinta yang membuatmu tersakiti Cinta juga yang membuatmu bersedia untuk melakukan banyak hal Emily sangat percaya bi...