DUA

567 205 234
                                    

Emily menyesap teh Jepang nya dengan perlahan. Suara berisik di belakang kursi kerjanya tidak membuatnya terganggu sama sekali. Wanita itu bahkan tidak perlu menolehkan kepalanya ke belakang, karena ia tahu, siapa yang dengan tidak tahu dirinya duduk diatas sofa putih ruangan kerjanya.

"Dua minggu. Kau tidak mendapat jalan keluar?" Jason cengengesan, Emily mendengus pelan.

"Sudah kubilang, aku akan membantu menemukan anak itu. Kenapa kau keras kepala sekali, sih?"

Emily melirik kesal kepadanya, namun bibirnya tidak berniat untuk mengeluarkan sepatah katapun.

Tidak mendapat respon, Jason merubah cara bicaranya menjadi serius. "Jadi, apa langkahmu selanjutnya? Kau jangan terlalu optimis bisa mencari anak itu sendiri. Terkadang bantuan dari orang luar justru sangat kita perlukan. Buat apa aparat keamanan dan polisi itu ada kalau semua masyarakat berpikir sepertimu? Hanya karena alasan takut tersebar di media?"

Emily berdeham. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Jason, namun ia sangat perlu berbicara mengenai apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Yang sangat mengganggunya.

"Aku tidak tahu harus curiga pada Rusdianto atau tidak." Emily memutar balikan kursinya dan menghadap Jason. "Kau tahu berita itu? Tentang bangkrutnya perusahaan Rusdi?"

Jason mengangkat kedua alisnya tanda ia mulai tertarik. "Ya, aku tahu. PT Sranjaya Kiratna terbelit hutang tujuh belas miliar dan PT Omahutna Indonesia yang bekerja dengan perusahaan Jepang juga mengalami penurunan harga saham yang drastis karena ketahuan adanya bahan karet, plastik dan bahan bakar berbahaya dalam makanan kaleng yang diproduksinya. Setiap hari memantau berita saham di televisi dan media, mana mungkin aku tidak tahu?" Jason menggeleng. "Kenapa kau bisa berpikir sampai sana? Aku malah berpikir kau akan membantu Rusdi dalam masalahnya."

Emily membasahi bibirnya. "Ya, padahal PT Sranjaya Kiratna adalah perusahaan warisan dari kakeknya yang diberikan secara cuma-cuma." Wanita itu meletakkan cangkir teh nya lalu bermain pen swarovski-nya yang tergeletak diatas meja. "Tapi kalau hilangnya anak itu berhubungan dengan Rudianto, kau tahu apa yang akan kulakukan?"

Alis Jason menyatu tanda ia tidak setuju. "Kau jangan bodoh, Emily. Rusdianto saja pasti sedang repot sekarang. Ia sudah ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di tempat persembunyiannya. Untung saat mendapat infus di rumah sakit, ia sudah sadar. Sekarang kemana lagi ia akan pergi? Ia sendiripun tidak memiliki tempat persembunyian, kau pikir bagaimana ia memiliki andil dalam hilangnya anak itu? Kalau kau berbicara tentang anak itu kabur darimu, itu masih lebih masuk akal."

Emily memalingkan wajahnya dan menatap laki-laki tampan six-pack itu. "Justru karena ia dan urusan rumitnya itu, maka ia berniat untuk menyeretku bersamanya."

Jason tertawa terbahak-bahak. "Ini sungguh Emily? Aku tidak berani menjamin yang baru berbicara adalah Emily yang kukenal."

Emily menatap Jason dengan tatapan tidak suka. "Apa maksudmu?"

"Berapa tahun pernikahanmu dengan Rusdianto? Satu tahun? Kenapa kau tidak tahu bagaimana sifat asli mantan suamimu? Oke, aku berbicara seakan-akan aku membelanya. Tapi kau lihat sendiri kalau aku juga memiliki bagian saham di perusahannya. Kau tahu jelas berapa kerugianku. Tidak usah dibahas. Tapi aku harap kau mengerti apa yang sedang kubicarakan. Rusdianto bukan orang seperti itu. Aku mencoba untuk menjelaskan fakta."

"Karena uangmu terlalu banyak, kau sama sekali tidak ambil pusing dengan kerugian uang ratusan juta itu."

Jason kembali tertawa. "Sekarang bukan kerugian uang itu yang aku permasalahkan. Aku menginvestasikan uangku pada perusahaan yang kinerja bulanannya menurun signifikan dalam dua tahun itu karena aku percaya ia orang baik. Salah satu pengusaha paling jujur menurutku adalah Rusdianto Hermawan, mantan suamimu. Aku dapat melihatnya dari caranya bekerja. Karena wataknya seperti itu, ia banyak dikhianati oleh banyak orang. Sayang sekali, hanya satu dari sepuluh orang seperti itu."

EMILY and RANDY (Tjaya's Fam Series I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang