"ga bisa kek gitu!"
"kita kan baru aja bayar uang kas, kenapa ga pake uang kas aja?"
"iya bener!"
Hari ini tak jauh lebih pusing dari hari kemarin, baik Zelia maupun Reza bingung harus menghadapi teman-temannya bagaimana.
"yaa kalian berdua sih banyak uang, dianter jemput, jadi ga masalah sama ongkos" ucap salah seorang temannya lagi.
Reza hanya membelalakan matanya, apakah teman-temannya memang tidak pernah memerhatikannya bahwa selama ini ia tidak pernah ke kantin untuk sekedar jajan.
"oke, kalo gitu kita bagi setengah setengah aja gimana? Setengah uang kas buat main, setengahnya lagi buat beli peralatan kelas, nanti kalo kurang buat main bisa ditambah pake uang kit-"
"ahh kalo kaya gitu males ahh ga mau ikutan, percuma dong bayar uang kas" ucap Gisya, lagi-lagi anak ini menjadi kompor kelas.
"iyaa, males ikutan jadinya" ucap Ihza.
"ihh atuh ga bisa, harus jadii.. vilanya udah diberesin soalnya" ucap Tita.
"iyaa udah dirapihin" sahut Riska si empunya vila.
Perdebatan itu terus berlanjut dan berlangsung sangat ramai karena Dwi dan Gisya mulai memukul mukul meja sehingga suasana menjadi lebih ramai.
"ya udah kalo pada ga mau, sayang banget udah bayar uang kas tapi ga ikut padahalnya uangnya ke pake" ucap Fany.
"bener tuh!" ucap Chika.
"ya makanya ga usah jadi aja, jadi uang kasnya ga kepake!" ucap Gisya yang masih tetap dengan pendiriannya.
Zelia dan Reza hanya bisa diam dan berpikir, tidak ada solusi lain selain mengambil setengah dari uang kas, mereka harus segera membeli peralatan kelas, mengingat kemarin saat meminjam sapu dan pel pada kelas lain sangatlah susah.
Suasana tambah riuh karena Dwi sekarang tidak hanya memukul meja tetapi juga bernyanyi dengan suara yang nyaring.
"lo bisa diem ga?" ucap Reza pada Dwi, Reza benar-benar tidak menyukai Dwi yang sangat berisik.
Namun hal itu bukannya membuat Dwi berhenti sekarang ia malah beroh ria dan tertawa karena berhasil memancing emosi Reza.
"oke! Oke! Semuanya tolong tenang dulu, hah.... Sebagai ketua kelas gue mutusin buat tetep pake setengah dari uang kas buat main, kita ga bisa terus terusan minjem peralatan kelas dari kelas lain" ucap Zelia.
"emangnya kenapa sih? Tinggal minjem doang gengsi banget" ucap Gisya.
"bukan gengsi, kelas orang pasti pelit" ucap Ihza.
"kelas mana tuh yang pelit? Sini gue labrak aja kelasnya kalo ga mau minjemin!" ancam Fany.
Dan sekejap kelas kembali riuh juga suara meja yang dipukul kembali terdengar sampai mereka tidak menyadari bahwa waktu istirahat kedua sudah habis dan saat ini tengah memasuki jam pelajaran selanjutnya.
"temen-temen!"
"!@#$%^&"
"temen-temen, tolong diem dulu" ucap Zelia.
"woy! Bisa diem ga?" ucap Reza.
"woy juga" ucap Gisya, sepertinya menantang emosi Reza memang salah satu hal yang Gisya sukai.
Semakin Zelia dan Reza berteriak meminta perhatian teman-temannya, maka semakin riuh keadaan kelas, ditambah lagi putri, okta dan juga nava ikut membantu berteriak agar teman-temannya mau diam, namun nihil kelas tersebut tetap berisik dan keadaannya sangat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE
Teen FictionSMA, masa putih abu yang kebanyakan diartikan orang sebagai masa yang paling indah, masa yang dipenuhi pertemanan, persahabatan, persaingan dan sesuatu yang orang sebut dengan cinta. Kenyataannya, SMA memang masa putih abu yang indah. Namun ada bany...