Bagian 5

16 12 1
                                    

Hari ini hari kamis. Siswa dan siswi memakai baju pramuka sepanjang mata memandang, tak terkecuali kelas Zelia.

Hari ini kelasnya kompak mengenakan baju pramuka, tidak ada yang lupa karena Zelia sudah mengingatkannya lewat pesan grup kelas.

Meskipun seragam pramuka yang mereka kenakan tidak seragam, beberapa ada yang warnanya sudah usang, beberapa ada yang tipis dan juga ketat seperti yang Nova dan teman-temannya pakai saat ini, hal itu tak terlalu berpengaruh, yang penting semua anak mengenakan baju pramuka.

Zelia berada di depan kelas, tengah melihat ruangan kelas dan mempertimbangkan dekorasi kelas serta tirai untuk menutup jendela saat nanti mengenakan proyektor.

Seseorang yang Zelia kenali masuk dengan langkah agak cepat dan sedikit sempoyongan dengan menundukan kepalanya.

Zelia menatapnya, ia sudah mencurigai sesuatu pada anak itu.

"... nah klo menurut gue sihh keknya warna biru tua aja bukan navi, jadi masih agak cerah gitu Zel.." merasa ucapannya tdak meendapat respon setelah beberapa saat Reza menatap Zelia yang kini sedang fokus menatap sesuatu dengan sangat serius dan tajam.

Sorot mata Zelia sangat berapi-api seaka-akan dia sangat bersemangat dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.

Reza melihat ke arah mana Zelia menatap. Disana ada Sandi yang baru saja menyimpan tasnya dan berdiri dari duduknya sembari sempoyongan.

"San.. ngerjain PR belum lo? San?" Tanya Arya yang baru saja menghampiri Sandi.

Yang ditanya masih diam menunduk sambil menendang nendang meja.

"San?" Arya inisiatif untuk memukul bahu Sandi, namun sebelum tangannya sampai Sandi telah ambruk terjatuh.

Zelia dan Reza yang melihat itu langsung berlari menuju arah Sandi. Zelia menatap Reza dan mengisyaratkan bahwa ini adalah bagiannya.

Reza terdiam melihat raut wajah Zelia saat ini, cemas, marah, kesal, dan takut terlihat begitu kentara pada wajahnya.

Tubuh Sandi berguncang hebat, busa berwarna putih keluar dari mulutnya. Arya terkejut menatap apa yang ada di depannya, tangannya terangkat seperti waria, mungkin tidak ingin disalahkan atas terjatuhnya sandi bukan karena ia yang tadi hendak memukul bahunya.

Zelia merangkak naik keatas tubuh Sandi dan langsung menamparnya.

PLAK!! PLAK!! PLAK!!

Mendengar suara tamparan yang sangat ganas itu, semua orang yang berada di kelas mulai menuju sumber suara.

"itu kenapa itu?"

"heyy ituu berentiin hey!"

"ihh!! Berentin atuuh"

"Zel.. udah Zell.. lo kenapa sih?"

Orang orang melihat kejadian itu dengan serius dan terkejut karena Zelia saat ini berada di atas Sandi dan tengah menamparnya habis-habisan.

Tak hanya teman-teman sekelasnya, namun suara tamparan yang sangat nyaring itu mengundang anak dari kelas lain ikut melihat tontonan gratis yang sebentar lagi akan menjadi gosip besar.

PLAK!! PLAK!!

"lo semua kenapa diem aja?! Cepet beliin susu!!" marah Zelia.

Reza yang baru saja tersadar langsung pergi keluar kelas dan membeli susu putih dan segera kembali ke kelas.

"San! Sandi! Kalo lo sadar coba respon gue!!"

Zelia berhenti sebentar dan mengecek detak jantung serta pernapasan Sandi.

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang