Ch I

25 6 5
                                    

Lambaian angin yang membelai lembut rambutnya membawa matanya tenggelam hampir menelusuri alam mimpi. Sinar mentari ikut serta menghangatkan wajah gadis itu seolah mendukung ia untuk istirahat. Sebelum gadis berambut pendek dengan hiasan mekap tipis di wajahnya teriak membangunkan siapa saja yang terlelap.

“Guys, AKU ADA INFORMASII!”

Benar-benar menyebalkan, ketua kelas melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda dengan menutup akses pendengarannya sementara. Gadis itu tidak penasaran dengan informasi apapun yang dibawa temannya itu.

“Sistem sekolah kita akan berubah, dan tahu apa yang berubah?!” ucapnya antusias diikuti oleh semua siswi di kelas ini yang penasaran.

Gadis bernama Selly itu sengaja menarik nafasnya dan berdehem, “akhirnya sekolah kita akan gabung sekelas sama cowok.”

“APAAA!”

Semua tentu tidak ada yang percaya, ini berita besar. Termasuk ketua kelas yang tidak berhasil terlelap dan menutup telinga. Pasalnya, sekolah mereka merupakan sekolah swasta sama seperti sekolah lainnya yang mempunyai murid perempuan dan laki-laki. Namun, di sekolah ini siswa dan siswinya dipisah dalam gedung yang berbeda. Gedung A untuk siswa dan gedung B untuk siswi.

“Gila, aku gak mau satu kelas sama cowok,” lontar gadis yang bernama Yasmin disetujui oleh sebagian dari isi kelas ini.

Perubahan secara mendadak seperti ini pasti membuat sebagian murid tidak akan siap menerima kenyataan. Apalagi sekelas hanya perempuan semua rasanya lebih bebas untuk melakukan apa saja. Walaupun banyak yang kadang sengaja berdiri lama di balkon lantai dua untuk melihat isi gedung A.

“Sebentar, kamu tahu info darimana Sel?”

“Gak sengaja dengar di ruang guru sih tadi,” jawab Selly kepada Dera selaku ketua kelas.
Sama seperti teman-teman yang lainnya, Dera masih belum percaya, “kamu berani jamin ini informasi benar?”

Selly mendecak kesal, “ya ampun. Gak ngerti lagi kenapa kelas ini harus nunjuk dia jadi ketua kelas. Aku dengar langsung tahu. Lagian kelas kita kan kelas XI B6 yang artinya kita bakal sekelas sama XI A6. Kalian tahukan anak-anak A6 itu gimana?”

Semua orang tahu kalau kelas A6 adalah kelas unggulan di gedung A yang bisa ditebak sendiri isinya akan seperti apa. Sedangkan kelas B6 merupakan kelas yang biasa saja, jadi kalau sekelas dengan anak-anak yang hampir sempurna itu bukankah kehidupan SMA ini akan tidak menyenangkan.

Dera menghembuskan nafasnya lelah, beberapa orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan gadis itu juga ikut menghela nafas.

“Berarti The XYZ?”

“Yup. Bukankah mereka poinnya?” tambah Selly dengan sudut bibir yang mengembang sempurna. Beberapa anak yang tadinya kontra malah berpikir sebaliknya karena The XYZ. Entah apa yang buat mereka berpikir kalau kelompok itu patut untuk dikagumi seperti itu. Bagi Dera, mereka hanya kelompok pertemanan yang tidak jelas.

“Hahhh…” Ketua kelas melempar padangannya ke arah samping bangkunya. Terlihat wajah Yasmin yang tidak jauh berbeda dengannya.

“Jangan sampai berurusan dengan mereka,” gumam Yasmin dibalas kekehan kecil dari rekan sebangkunya. Di kelas ini, atau bahkan sekolah ini hanya mereka yang tidak terlalu menyukai kelompok tersebut. Mungkin karena itu juga mereka bisa berteman baik seperti ini.

🌸🌸🌸

Ternyata kebenaran dari informasi yang disampaikan Selly terungkap begitu cepat, kepala sekolah benar-benar mengumpulkan semua siswi dan siswa di satu lapangan terbuka antara gedung A dan B.

Bisa dilihat bahwa The XYZ menjadi pusat perhatian utama di tempat itu padahal bukan dia sumber informasinya. Ketiga cowok itu memang bisa menjadi magnet siswi SMA Laskar Pendidikan.

"Kalau mereka dekat kayak gini aja buat kita deg-degan gimana sekelas sama mereka ya. Iri banget sama XI B6," ucap seseorang yang sedang berbaris di depan Dera dan Yasmin kepada teman di sampingnya.

Dera hanya menaiki alisnya sebelah merespon pernyataan itu, sedangkan Yasmin ikut bergumam entah pada siapa tapi Dera yang tak sengaja mendengar ikut mengiyakan kalimat gadis itu. "Padahal mereka gak tau gimana ketiga cowok itu."

Aula yang tadinya ramai akan desas-desus siswi dan siswa SMA Laskar Pendidikan terdiam tatkala Bapak kepala sekolah memasuki tempat mereka berkumpul. Ia mengumumkan sesuatu persis dengan yang Selly katakan.

"Mulai hari ini, sistem sekolah akan berubah sementara yang dulunya sekolah kita terbagi menjadi dua antara siswa di gedung A dengan siswi di gedung B. Mulai sekarang akan menjadi satu sistem. Artinya siswa di gedung A akan bergabung belajar sementara waktu bersama dengan siswi di gedung B sampai gedung A selesai direnovasi."

Lapangan kembali ricuh dengan berbagai respon dari individu yang hadir -kecuali kelas XI B6 yang sudah tidak kaget lagi karena sudah dapat bocoran dari Selly. Kebijakan seperti ini tentu tidak bisa dibantah, tapi daripada membantah, mereka terlihat lebih banyak yang setuju dengan kebijakan ini daripada menentang. Dera sudah menebak akan begini, ya mau bagaimana lagi, pikirnya.

Setelah mereka selesai berkumpul di lapangan dan menerima segala informasi terkait hal itu. Semuanya kembali ke kelas masing-masing, dan hal mengejutkan kembali terjadi. Bangku di kelas mereka sekarang bertambah yang awalnya hanya ada dua puluh bangku menjadi empat puluh bangku. Syukur ruang kelas mereka luas sehingga bertambah dua puluh manusia lainnya tidak terlalu menyempitkan.

Kini kejutan selanjutnya datang dari derap langkah beberapa orang yang jalan begitu cepat mendekat ke arah ruangan XI B6. Letak ruangan itu paling ujung lantai dua yang cukup menguras tenaga untuk mencapai kelas itu. Tapi, begitulah perhitungan kelas di sini, dimulai dari B1 dan diakhiri dengan B6.

Sekelompok orang asing mulai memasuki kelas mereka dengan perlahan. Sedikit ricuh karena beberapa dari mereka ada yang tiba-tiba bermain, mendorong, dan melempar tas mereka secara sembarangan. Siswi XI B6 hanya bisa tersenyum dan juga mencoba memberikan kalimat selamat datang kepada mereka.

"Bukannya mereka dari kelas unggulan?"

Seharusnya dengan cap unggulan itu harusnya mereka bisa lebih bersikap tenang daripada ini, tapi namanya remaja tetap saja punya sikap ajaibnya masing-masing.

"Permisi, mungkin kalian bisa langsung duduk di bangku masing-masing dulu. Ini kan hari pertama kita gabung kelas," lontar Dera mencoba tenang menanggapi siswa yang akan menjadi teman sekelasnya ini.

Seseorang yang berkacamata duduk dengan santai bersama buku bacaannya mengatakan sesuatu yang membuat Dera kesal. "Kau bukan ketua kelas kami."

Gadis itu menghembuskan nafasnya berkali-kali tidak menyangka akan mengalami hal yang seperti ini. Yasmin hanya menepuk pundak Dera agar emosinya bisa mereda untuk melawan mereka. "Siapa ketua kelas kalian?"

"Aku ketua kelasnya."

Seorang laki-laki bertubuh tegap meninggalkan dua teman di belakangnya berjalan menuju bangku Dera yang berada di barisan paling kanan dan menjejakkan kedua kakinya itu tepat di depan meja milik Dera. “Mahesa Xavir Nardama.”

Namun, gadis itu tidak merespon seantusias seperti teman-temannya. Dia juga tahu bahwa cowok yang ada di hadapannya ini salah satu anggota The XYZ. Tapi tetap saja tidak ada yang spesial –kecuali karismanya yang sedikit menonjol.

“Kalau gitu, tolong bilang sama mereka.”

Ia hanya mengangguk dengan ekspresi datar sebelum kemudian berbalik dengan mengangkat tangan kanannya. Ajaib semuanya terdiam, duduk di bangku masing-masing dengan tertib. Gadis itu hanya menyaksikan semua kejadian itu dengan kebingungan. [22:404]

🌸

Halo, Masqy!
Selamat datang dan selamat membaca ya, ini cerita aku yang ke $&hldnx&+u 😊
Jangan lupa kritik dan sarannya, karena cerita ini akan diupload setiap hari :)

Oiya, mulai besok aku bakal kasih biodata dari masing-masing tokoh ya tapi per-Ch.
Bisa lihat para tokoh juga di instagram aku 🙌

Thx🌸

1109

Masquerella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang